webnovel

Makan Bersama

Ulrica memilih untuk memenuhi perutnya dibandingkan dengan menjaga image-nya karena tiga alasan, yang pertama dia lapar, yang kedua masakan Anthoni enak dan yang ketiga karena dia memang suka makan.

'Ah, bodo amat lah, yang penting aku makan saja, aku lapar! Tidak peduli dengan image dan sebagainya yang penting perutku kenyang!' batin Ulrica yang tak peduli dengan apapun selain makan.

Ulrica menyantap hidangan itu dengan sangat lahap sehingga membuat Anthoni senang. Bahkan sampai nasinya belepotan ke mana-mana namun Ulrica tak menyadarinya.

'Dia ini makan saja seperti anak kecil! Benar-benar bayi besar,' batin Anthoni yang merasa gemas.

Anthoni mengulurkan tangannya hingga telapak tangannya mendarat di wajah Ulrica. Ulrica berhenti makan kemudian menatap Anthoni.

'Apa yang dia lakukan? Kenapa dia tiba-tiba menyentuh wajahku?' batin Ulrica yang penasaran.

Jari Anthoni pun mengusap dan mengambil kotoran di wajah Ulrica dan menunjukkannya pada Ulrica. Anthoni tahu Ulrica adalah perempuan yang tidak suka diperlakukan sembarangan.

Jadi Anthoni melakukan itu supaya Ulrica tidak salah paham pada dirinya dan agar Ulrica tidak berprasangka buruk padanya.

"Maaf, Ulrica, aku menyentuh wajahmu tanpa izin! Tetapi aku hanya ingin membersihkan kotoran yang menempel di wajahmu, itu saja," ujar Anthoni memberi klarifikasi.

Setelah menunjukkan kotoran itu, Anthoni melanjutkan makannya kembali. Ulrica hanya melongo karena tingkah Anthoni.

Ulrica pikir Anthoni akan bersikap seperti Nicholas. Namun ternyata Anthoni tidak sebengal dan seberandal Nicholas.

"Jadi ungkapan semua pria itu sama saja berarti tidak benar, kan?" gumam Ulrica pelan.

"Tentu saja semua pria itu tidak sama! Mereka berbeda-beda entah itu fisik, sifat dan lainnya," sahut Anthoni yang menjawab gumaman Ulrica.

Ulrica langsung melotot menatap Anthoni yang kini tengah tersenyum pada dirinya. Ulrica tidak menyangka jika perkataannya akan didengar oleh Anthoni.

"Ah, jangan salah paham, itu bukan aku yang mengatakannya, namun wanita lain," kilah Ulrica lalu mengalihkan pandangannya. Ulrica kembali melanjutkan menyantap hidangannya.

Rasanya begitu canggung setelah Ulrica mengatakan itu. Namun ia mencoba untuk mengabaikannya dan melanjutkan makannya.

Akhirnya Ulrica dan Anthoni selesai makan juga. Rupanya Ulrica menghabiskan semua hidangan yang dimasak oleh Anthoni.

Anthoni heran, namun ia juga senang karena itu berarti Ulrica menyukai masakannya. Padahal tadi Ulrica mengatakan akan makan sedikit.

Namun sekarang Ulrica malah menghabiskan semua hidangan itu sekaligus tanpa menyisakannya.

"Wah, aku sangat kenyang! Masakan Anthoni memang lezat," puji Ulrica yang senang dan semua itu nampak jelas di wajahnya.

"Aku tidak tahu jika sedikit menurut kamu adalah seluruh hidangan yang aku masak tadi! Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jika banyak dalam pemikiranmu. Apakah bisa 10 atau 20 kali lipat hidangan yang aku masak tadi?" Anthoni tertawa kecil karena membayangkan sejumlah hidangan yang lebih banyak dari itu.

Ulrica malu karena ia malah menghabiskan semuanya tanpa sisa yang mana bertentangan dengan apa yang sebelumnya Ulrica katakan.

'Aku tidak bisa menahan diri jika banyak makanan lezat di depanku. Jadi yaa begini,' batin Ulrica menangis.

Ini adalah pertama kalinya bagi Ulrica merasakan hidangan senikmat itu. Masakan mamanya memang enak, tetapi memang masakan Anthoni yang lebih enak.

"Em, aku tiba-tiba kembali bernafsu makan, jadi aku makan sedikit lebih banyak," kilah Ulrica yang tidak mau mengaku secara langsung jika dia memang makan sangat banyak.

"Jika kamu suka, aku akan membuatkan khusus untukmu hidangan yang aku masak setiap hari! Bahkan aku akan membawakannya ke sekolah!" ujar Anthoni menawarkan diri.

Saat mendengar Anthoni mengatakan mengenai sekolah, Ulrica jadi ingat dengan penampilan Anthoni saat berada di sekolah.

Penampilan yang sangat culun dan berbanding terbalik dengan sekarang ini. Sejujurnya Ulrica tidak peduli mengenai tampilan fisik seseorang.

Hanya saja menurut Ulrica mungkin Anthoni akan bisa mendapatkan kekasih jika berpenampilan seperti sekarang ini.

"Anthoni, apakah aku boleh memberi saran sebelum pulang?" tanya Ulrica meminta izin terlebih dahulu.

"Dengan senang hati aku akan mendengarkan semua yang kamu katakan." Anthoni memperhatikan Ulrica dengan saksama.

"Hei! Biasa saja sikapnya, jangan seperti itu. Aku hanya ingin memberitahu dirimu jika kau lebih baik berpenampilan seperti ini. Mungkin para gadis di sekolah akan terpesona padamu," ucap Ulrica yang langsung mengatakannya tanpa berbelit-belit.

Alasan Anthoni berdandan layaknya pria bodoh adalah untuk mencari keberadaan sang putri. Dan karena sang putri sudah ditemukan, Athoni memang berencana untuk berpenampilan seperti kesehariannya.

"Baik, Ulrica, saranmu akan aku dengarkan dan aku laksanakan! Ah, iya, mau aku antar pulang sekarang?" tanya Anthoni menawarkan diri.

Ulrica menganggukkan kepalanya lalu berjalan ke luar rumah. Ulrica tidak begitu mengamati Anthoni, jadi ia tidak tahu kendaraan apa yang Anthoni gunakan untuk datang ke sekolah.

'Apakah ia menaiki mobil? Tetapi dengan penampilannya yang seperti itu di sekolah, dia pasti tidak akan menggunakan mobil! Atau mungkin dia menggunakan motor matic? Aku rasa mungkin memang itu kendaraannya,' batin Ulrica mencoba menebak alat transportasi Anthoni.

Ulrica juga penasaran sebenarnya, dan setelah tiba di depan rumah, ternyata Anthoni memang menaiki motor. Namun bukan motor matic yang ia naiki melainkan motor besar.

Ulrica sempat terpaku saat melihat kendaraan yang akan mereka naiki. Namun seketika Ulrica tersadar dan merasa wajar jika Anthoni menaiki motor itu.

Hanya saja Ulrica tidak tahan membayangkan Anthoni yang menaiki motor stylish dengan dandanannya yang lucu. Alhasil Ulrica malah tertawa.

"Kenapa kamu tertawa? Apakah ada yang lucu dengan kendaraanku?" tanya Anthoni yang tidak mengerti.

"Aku hanya geli membayangkan saat kau pergi ke sekolah menaiki motor itu dengan dandanan anak lugu. Pasti akan membuat orang merasa aneh, kan?" Ulrica kembali tertawa.

"Aku tidak naik ini saat ke sekolah, tetapi aku naik itu." Anthoni menunjukkan bagasinya dan terdapat sebuah motor matic berwarna hitam.

Ternyata dugaan Ulrica benar jika Anthoni ke sekolah menggunakan motor matic. Seketika Ulrica berhenti tertawa dan meminta Anthoni segera berangkat.

"Ayo, kita lekas berangkat! Mama pasti khawatir karena aku tak kunjung pulang," ajak Ulrica.

Anthoni menurut dan langsung mengenakan helemnya. Tak lupa ia memakaikan helm ke kepala Ulrica dan setelh itu mereka naik ke atas motor.

"Berpeganganlah!" suruh Anthoni.

"Tidak perlu, keseimbanganku cukup bagus, kok!" bantah Ulrica yang enggan.

Ulrica memang tidak mau berpegangan pada Anthoni karena ia merasa jika Anthoni hanya ingin mencari kesempatan dalam kesempitan.

Sedangkan Anthoni sebenarnya hanya ingin agar Ulrica lebih aman. Namun karena Ulrcia menolak, Anthoni juga tidak akan memaksa.

"Baiklah kalau begitu terserah kamu saja." Anthoni menyalakan mesin kemudian mengegas motornya. Kejadian tak terduga pun terjadi.

TBC...