webnovel

Jam Kosong

Mereka pun kembali ke dalam kelas dan melanjutkan pelajaran. Kebetulan ada jam kosong jadi mereka pun menggunakan jam kosong ini untuk bersenang-senang.

Namun tidak dengan Ulrica yang selalu menggunakan jam kosong untuk belajar dan menambah pengetahuannya.

Itu juga salah satu hal yang membuat Anthoni kagum padanya. Namun Anthoni hanya menginginkan putri serigala.

'Pasti akan sangat bagus jika kamu adalah putri serigala yang selama ini kami cari! Sayangnya, aku tidak merasakan hal itu padamu,' batin Anthoni yang menyayangkan.

Sementara Tiffany tidak heran lagi jika tahu kalau Ulrica suka belajar di jam kosong. Itu justru membuat Tiffany terkesan padanya.

'Aku ingin menjadi seperti Ulrica! Tidak masalah jika tidak good looking asalkan aku bisa menjadi anak yang cukup pandai untuk bisa berteman dengannya!' batin Tiffany yang terkagum-kagum pada Ulrica.

Anthoni dan Tiffany terus saja menatap Ulrica yang sedang belajar dan itu membuat Ulrica tidak bisa berkonsentrasi.

Ulrica yang membaca buku dengan mengangkat bukunya di kedua tangannya langsung menutup buku itu sampai menimbulkan suara dan membuat Anthoni dan Tiffani terkejut.

"Kenapa kalian berdua terus saja menatap diriku? Apakah ada sesuatu yang salah ataukah ada yang ingin kalian katakan padaku? Aku sungguh tidak nyaman dengan tatapan itu!" gerutu Ulrica yang mengungkapkan ketidaknyamanannya.

Anthoni dan Tiffani bingung bagaimana menjelaskannya pada Ulrica. Mereka memilih untuk diam dan tersenyum saja.

Itu membuat Ulrica sedikit frustrasi karena kedua orang itu adalah orang yang lucu dan imut. Jadi Ulrica memilih untuk membuat peringatan untuk mereka.

"Saat aku sedang belajar, aku tidak suka diganggu! Entah dengan tatapan atau perbuatan, oke?" ucap Ulrica pada Anthoni dan Tiffany.

Lagi-lagi Anthoni dan Tiffany diam dan enggan menjawab. Namun mereka berdua menganggukkan kepalanya dan tersenyum pada Ulrica.

Ulrica menganggap itu sebagai jawaban iya. Karena jam pelajaran masih tersisa satu jam lagi maka Ulrica akan menggunakan waktunya untuk belajar.

"Baiklah, kalian diamlah dan aku akan melanjutkan pekerjaanku tadi," ucap Ulrica lalu membuka bukunya dan belajar lagi.

Saat Ulrica belajar, Jessica justru mendekati Nicholas dan mencoba untuk merayu dirinya dengan menggunakan kecantikan dan kepercayaan dirinya.

Jessica terus memperhatikan Nicholas masih duduk di bangkunya dan tengah fokus menatap ponselnya.

"Argh! Dia benar-benar pria yang sangat tampan! Aku tidak bisa membiarkannya jatuh di tangan yang salah! Aku harus segera mendapatkannya!" gumam Jessica dengan penuh percaya diri.

"Ayo, Jessica! Kamu pasti bisa mendapatkannya!" support Silvia.

"Jika dia tertarik dengan wanita cantik, tentu Jessica bisa mendapatkannya! Jika ada unsur lain, maka hanya bisa berpasrah," sahut Nina yang selalu mengatakan hal baik dan buruk secara bersamaan.

"Hey, Nina! Kenapa kamu selalu menerbangkan sebelum menghempaskan dengan kejam?" protes Silvia yang kesal dengan ketajaman mulut Nina.

"Memangnya kenapa? Bukankah aku memang seperti itu?" tanya Nina yang sudah merasa seperti biasa.

Memang Nina selalu mengatakan hal-hal yang cukup pedas sesuai dengan kenyataan. Namun itulah sifat Nina yang disukai oleh Jessica karena orang seperti itu adalah orang yang jujur.

"Sudahlah, kalian jangan berdebat. Biarkan aku beraksi dengan baik," sahut Jessica yang beranjak dari tempat duduknya.

Jessica berjalan menghampiri Nicholas yang jarak tempat duduknya lumayan. Nicholas masih fokus dengan ponselnya mencari informasi mengenai keberadaan putri serigala yang tak kunjung ditemukan.

Setibanya Jessica di samping meja Nicholas, dengan malu-malu Jessica mencolek bahu Nicholas dengan jari telunjuknya.

"Hmmm, hai Nicholas," sapa Jessica.

Nicholas sudah tahu jika Jessica ada di dekatnya namun Nicholas memilih untuk mengabaikannya.

'Ck! Kenapa dia terus menggangguku,' gerutu Nicholas dalam hati.

Nicholas yang tahu jika Jessica tidak akan menyerah untuk menggodanya, hanya bisa melarikan diri dengan satu cara, yakni mendekati Ulrica.

Meski Nicholas baru di sekolah itu selama satu hari, namun dia sudah tahu jika Jessica menyimpan dendam pada Ulrica.

Jessica yang diabaikan pun tetap berusaha untuk mendekati Nicholas dengan sabar. Ia akan membuat Nicholas terpesona pada dirinya.

"Ah, Nicholas, apakah kamu ada waktu malam ini?" tanya Jessica dengan lembut.

Lagi-lagi Nicholas mengabaikan pertanyaan Jessica dan ia malah beranjak dari tempat duduknya lalu menatap mata Jessica dalam jarak yang begitu dekat.

Jessica terkejut dengan perbuatan Nicholas yang membuat jantung Jessica seperti ingin meloncat keluar. Silvia yang melihatnya pun ikut senang dan bahagia.

"Lihatlah, Nina! Hanya dengan beberapa kata saja, Nicholas sudah bisa ditaklukkan oleh Jessica! Apa, aku bilang tadi!" ujar Silvia dengan percaya diri.

"Apakah begitu? Aku rasa dia seperti itu bukan karena Jessica berhasil menaklukkan dia," jawab Nina sambil terus membaca bukunya.

"Hah? Apa maksudmu bilang begitu?" tanya Silvia yang tidak mengerti.

Nina hanya meminta Silvia untuk memperhatikan apa yang terjadi. Silvia heran kenapa Jessica masih betah berteman dengan Nina.

Lalu Silvia memperhatikan Jessica dan Nicholas seperti apa yang dikatakan oleh Nina.

Sedangkan Jessica mengira jika Nicholas melakukan itu karena mencium dirinya. Jantung Jessica makin bergetar tak beraturan.

'Apakah dia akan menciumku? Aku tidak menyangka jika dia seagresif itu! Dan dilihat dari dekat, dia kelihatan sangat tampan! Kalau begitu aku akan memejamkan mataku agar lebih mudah untuknya!' batin Jessica lalu memejamkan matanya.

Nicholas tertawa kecil karena tingkah Jessica. Jadi setelah Jessica memejamkan matanya, Nicholas langsung pergi meninggalkan Jessica dan menghampiri Ulrica.

Silvia terkejut melihat apa yang saat ini terjadi di hadapannya. Rupanya apa yang dikatakan oleh Nina benar.

"Lah, kok, dia malah... Astaga! Jessica pasti sangat kecewa," gumam Silvia yang ikut prihatin.

Sementara itu, Ulrica masih saja membaca buku pelajaran yang sedari tadi tengah ia baca. Dan betapa terkejutnya dirinya saat tiba-tiba tangannya ditarik oleh Nicholas.

"Hei! Kau ini apa-apaan, sih?! Lepaskan tanganku!" tegur Ulrica yang terus meronta.

"Aku ada sesuatu yang ingin dibicarakan denganmu sebentar, saja! Boleh, ya?" ujar Nicholas dengan centilnya.

Ulrica muak melihat wajah sok tampan dan cool Nicholas. Jadi dengan spontan Ulrica menonjok wajah Nicholas dengan tangan kanannya.

SRET!

Sayangnya Ulrica gagal melayangkan tonjokan mautnya karena Nicholas dengan cepat menangkap tangan Ulrica.

"Eits! Pukulannya meleset!" ledek Nicholas menertawai Ulrica.

Ulrica tidak mengerti kenapa Nicholas terus saja mengganggu dirinya sejak awal masuk ke dalam kelas.

Ulrica rasa jika dia menghindarinya dan marah-marah pada Nicholas hanya akan membuat Nicholas semakin mengejar dirinya.

Jadi Ulrica mencoba untuk menurut pada Nicholas kali ini. Dengan terpaksa dia harus meladeni makhluk tampan nan menyebalkan ini.

"Jangan buang-buang waktuku dan katakan apa kepentinganmu! Jika tidak penting, lebih baik jangan berpikir untuk bisa berbicara denganku!" suruh Ulrica.

TBC...