Gelengan kepala beberapa kali diperlihatkan Jasmine di ruang BK melihat 2 remaja berhiaskan lebam keunguan di kedua wajah mereka. Kemudian kembali ditatapnya sang pelaku yang tak lain merupakan anaknya sendiri.
Dan memekik, "Arwiiiiiiiiiiin!!" Arwin meringis, dengan malas mengorek-ngorek lubang telinganya.
Jasmine memijit pangkal hidungnya, Menutup matanya sejenak. Belakangan Ibu 4 anak ini semakin stress serta uring-uringan tidak jelas disebabkan tingkah 2 putranya sendiri. Memang Jasmine tidak bekerja selain mengurus rumah, Namun rasanya sakit kepala juga bila dihadapkan dengan perilaku mereka setiap harinya.
Dan lagi dia sedang berusaha meminta anak keduanya untuk mencari waktu agar bisa pulang dari luar negeri guna hadir di pernikahan adiknya.
Lalu wanita cantik itu membalikkan badannya bertemu tatap Pak Prayitno yang masih belum membuka suaranya sejak awal.
Prayitno, "Anak ibu ketahuan pelajar yang lain memukul 2 adik kelasnya" Ungkapnya kemudian.
Arwin, "Mereka duluan yang cari gara-gara sama Rino pak! Saya udah jelasin dari tadi tapi bapak gak percaya!" Kesalnya.
Jasmine, "Diam dulu kamu!" Titahnya tegas. Berdecih, Arwin memalingkan wajahnya ke samping.
Lagi, Jasmine menggeleng kepala sebelum kembali menatap Prayitno, "Lalu? Siapa yang melapor? Kenapa tidak ke sini?" Heran karena tidak melihat kemunculan si pelapor.
CEKLEK...
Rino, "Ma-maaf baru datang" Lalu berjalan masuk dan berdiri jauh di seberang Arwin. Hal itu membuat Remaja tinggi berkulit kuning langsat di arah sebaliknya menaikkan alisnya, Apa Rino masih takut dengannya karena perbuatannya waktu itu?
Dahi Jasmine berkerut, lantas bertanya, "Loh nak ganteng, Kamu ya yang lapor?" Tebaknya, Rino mengangguk pelan.
Rino, "Iya Tante, Maaf tapi jika Rino tidak meminta bantuan anak-anak yang lain, Arwin tidak akan berhenti memukuli mereka berdua" Jasmine mengulas senyum manisnya kemudian mendatangi Rino lalu mengelus-elus kepalanya.
Jasmine, "Bagus kalau kamu yang lapor, Udah sana ke kantin, Ini masih jam istirahat lebih baik kamu makan biar sehat" Ujarnya lembut.
Mengangguk patuh, Remaja itu berkata kepada Pak Prayitno, "Pak, Saya keluar ya" Dan diangguki begitu saja sebagai jawaban dari guru BK sekaligus guru Bahasa Indonesia tersebut.
Yanuar dan Arham sontak saling pandang, Jadi Rino sudah kenal bahkan akrab dengan Mamanya Arwin? Tidak susah menebaknya sebab dari perlakuan penuh kasih sayang wanita itu saja sudah jelas membuktikan bahwa mereka memanglah akrab, Tanpa sadar keduanya meneguk ludahnya masing-masing, Habislah mereka kali ini!
Setelah Rino datang dan pergi dalam sekejap, Jasmine bertanya pada 2 remaja di sebelah Arwin, "Kalian apakan Rino?" Nada bicaranya yang dingin menusuk tulang membuat Arham juga Yanuar bergidik.
Jasmine, "Ayo jawab saya, Kalau kalian tidak jujur saya terpaksa harus membuat kalian di skor selama beberapa hari oleh guru kalian" Ancamnya.
Sambil ketakutan, Arham membuka mulutnya, "Kita iri Tante dengan Rino, Semenjak kejadian Lintang robek tasnya, Lintang udah gak pernah lagi negur kita"
Yanuar menambahkan, "Makanya kita gangguin Rino, Susu yang katanya bukan punyaya kita banting terus injak-injak, Nah pas itu kebetulan Kak Arwin lihat perbuatan kita terus mukul muka kita jadi kayak gini, Untung Rino cepet minta bantuan anak-anak"
Oke, Jasmine mengerti sekarang, Dan ini masih ada hubungannya dengan anak bungsunya. Wanita itu tampak manggut-manggut, "Baiklah karena kalian jujur, Sekarang kembali ke kelas ingat jangan diulangi lagi!" Kecamnya.
"Baik Tante!" Ucap keduanya sebelum ngacir keluar dari kantor BK.
Selesai mengurus kedua bocah itu, Jasmine balik menatap Pak Prayitno dan berkata, "Urusan bapak sudah saya kelarkan" Dengan senyum hangatnya Prayitno mengiyakan dari tempat duduknya.
Usai berucap demikian Jasmine kembali memandang sang anak dengan senyum manisnya, Arwin mendadak memekik, "Adedede...Ma!" Kala Jasmine menjewer telinganya sambil menariknya keluar dari sana.
Jasmine, "Kamu itu yah! Udah mau jadi ayah kok kelakuannya itu loh!" Gerutunya dengan nada pelan.
Arwin, "Ma lepasin! Arwin malu diliatin cewek-cewek!" Protesnya terhadap sang Mama.
Apa yang dikatakannya benar, Pasalnya disekitar situ terdapat banyak siswi-siswi perempuan yang terlihat cekikikan melihatnya yang mirip anak kecil, Padahal dia lebih tinggi 30 cm dari Mamanya, Jadilah remaja itu harus berjalan dengan kepala lebih condong kearah Mamanya.
Wanita itu malah memelototi sang anak, "Mana lebih malu kamu atau Mama yang hampir tiap Minggu ke sini hah!?" Teriaknya di telinga Arwin sembari terus menyeret remaja malang tersebut ke kelasnya, 12 IPS-B.
"Hahahaha!! Si anak Mommy!" Dari depan, Lebih tepatnya di kelas 2 IPA-A Lintang tengah tertawa terbahak-bahak, Sesekali akan mengejeknya dari ambang pintu kelasnya.
Saat berpapasan, Lintang semakin menjadi-jadi, Ia menjulurkan lidahnya lalu masuk ke kelasnya. Arwin menggeram kesal, Seandainya mereka sedang di rumah, Habis sudah adiknya itu!
Jasmine, "Jagain calon suami itu yang bener, Jangan sampai berantem di sekolah, Ancam kek atau gertak kan bisa! Badan tinggi kok gak ada gunanya!" Komentarnya lagi. Rasanya kuping Arwin ingin keluar dari kepalanya, Jeweran ala emak-emak memang tidak main-main.
Di kelas, Rino bertanya sebab tertawanya Lintang, Karena selama ini belum pernah melihat remaja ini begitu bahagia, "Apa yang kamu tertawakan Lin?" Tanya Rino ingin tahu.
Lintang, "Si Arwin di jewer mama ke kelas, Jadi bahan tontonannya anak-anak" Jawabnya usai menghentikan tawanya. Menertawakan kakak sendiri adalah hal paling menyenangkan bagi adik, Terutama Lintang.
Rino, "Dia dijewer Tante? Kemana?"
Lintang, "Ya dianterin sampe ke kelasnya lah!"
Remaja itu mengulum bibirnya, Ada rasa khawatir dengan ayah dari anak di perutnya. Dia hendak pergi namun ditahan Lintang, "Mau kemana Lo?"
Rino, "Aku harus bilang sama Tante, Harusnya Tante tidak membuat Kak Arwin malu, Dia tidak bersalah, Tapi teman-temanmu itu yang bersalah"
Lintang, "Hah? Apa salah teman-teman gue?"
Akhirnya Rino menjelaskan kronologi kejadian yang dialaminya kepada Lintang. Setelah mendengarnya, Gantian Lintang yang marah. Hampir Yanuar dan Arham yang berada di kelas jadi bahan kemarahannya jika Rino tidak cepat mencegah.
Lintang, "Lo kok gak ngomong sih sama gue!" Marah Lintang.
Rino, "Masalahnya sudah diselesaikan Tante Jasmine, Tidak perlu diperpanjang lagi, Nanti kamu juga ikut masuk ruang BK"
Ucapannya membuat Lintang mengulas senyum penuh di bibirnya, Lantas mengusak rambut hitam halus milik Rino, "Lo itu kalo perhatian manis banget, Bikin gue susah buat benci sama Lo" Ungkapnya.
Rino, "Maaf ya tidak bisa membalas perasaanmu" Setelah itu Rino menunduk sedih.
Dengan cepat Lintang memegang pundaknya, "Hey gak usah sedih lagi, Gue gak papa kok, Mending patah hati daripada liat Lo sedih kek gini, Gue juga ikutan sedih tau gak" Ujarnya mendramatis.
"Hahaha..." Rino tertawa pelan, Lintang bernafas lega.
Sementara itu. setibanya Jasmine mengantar anaknya ke depan kelas, Dia memberi pesan pada anaknya sebelum pergi, "Pulang nanti antar calon suamimu sampai di rumah, Ngerti kamu?" Bisiknya.
Arwin, "Iya Ma" Jawabnya acuh sembari masuk dalam kelasnya.
Jasmine, "Iiih! Anak dikasi tau kok!" Gemasnya.