Arwin masih diam, Ia dirundung rasa bersalah yang besar.
Dengan mata sembab, Rino mendongak menatap Arwin, "Kamu, huhuhu... tega kak akhh..." Lirihnya kesakitan.
Arwin menggigit bibirnya, "Sorry, Gue gak tahu" balasnya.
Rino, "Lepas kak, Lepas!" Pekiknya tiba-tiba, Arwin tersentak mendengarnya.
Rino berontak lagi, Namun Arwin jelas tidak bisa melepaskannya begitu saja, Sudah tanggung nafsunya di ujung tanduk.
Arwin, "Sekali lagi sorry, Rin" Dengan mendadak mendorong pinggulnya keras hingga penisnya tertanam sempurna di dalam lubang Rino.
"Aarrrghh!!"
"Aaah...hah...hah..." Keringat mengucur deras dari pelipis melewati wajah Arwin. Tarik nafas terus keluarkan, Dia terus melakukan itu beberapa kali.
Pria itu bahkan bisa merasa jikalau penisnya terjepit-jepit diantara lubang berkerut itu. Ditatap lagi pria dibawahnya sambil mendekatkan tubuhnya hingga wajah Arwin berhadap-hadapan dengan Rino. Lalu mencium bibir pria dibawahnya, kali ini gerakannya lembut dan tidak menuntut.
Rino terus memejamkan mata dengan cairan bening yang tak berhenti keluar dari matanya, Rasa sakit di area bawahnya membuatnya menjadi linglung untuk melakukan apapun yang bisa membuatnya bebas dari jeratan pria ini.
Malah Ia masa bodoh meski isi mulutnya tengah diobrak-abrik oleh Arwin menggunakan lidahnya. Yang dirasakannya sakit, kulit robek itu terus mengeluarkan darah segar yang mengalir lewat sisi penis Arwin.
Plok!
"Uhuhu... Bunda, Sakiiiit Arrgh!!" Jeritnya di sela-sela ciuman kala Arwin menarik keluar kemudian memasukkan penisnya dengan sekali gerak.
Akan tetapi Pria diatasnya sama sekali tidak mendengarnya. Makin lama gerakannya makin cepat hingga tubuh Rino terhentak-hentak, Arwin benar-benar harus berusaha keras untuk masuk dan keluar disebabkan lubang Rino yang masih perjaka.
Plok! plok! plok!
"Ngh... Sakit! hiks..huhu...!!" Jerit tangis itu terdengar beberapa kali dari Rino. Tubuhnya bagai terbelah dua, Juga kulit sobek pada lubangnya membuatnya bagai mengalami sakaratul maut.
Arwin bergumam menanggapi, "Engh... Gak usah uh... Nangis! Bentar lagi juga ahh... Gak sakit!" Hiburnya seraya mengerang, tidak sekalipun pinggulnya berhenti bergerak.
Perlahan Rino membuka matanya sambil sesekali sesenggukan, "Aghh! Kak, Aku mohon berhenti! ini haangh... Dosa!!" Ucapnya memeringati.
kekehan disertai decakan terdengar gamblang dari Arwin, "Ck, dosa Lo kata? Emangnya Lo suci sekarang?" Tanyanya balik tanpa menghentikan dorongan bokongnya di bawah sana.
Rino menggertakkan giginya marah, "Memangnya Agh... siapa yang menyebabkan ak-nnnngh...aku tidak perjaka lagi?!" Sarkasnya penuh amarah.
Kata-kata menohok remaja di atasnya sampai bungkam. Yang dikatakan Rino memang benar, Arwin adalah pria yang telah menghilangkan keperjakaannya beberapa menit yang lalu.
Kesempatan ini tidak disia-siakan Rino, Dia berusaha melepaskan diri lagi. Sadar akan itu, Arwin juga ikut menguatkan pertahanan kakinya.
Arwin, "Lo gak bakalan bisa lepas dari gue, Apa susahnya tinggal nikmatin doang, Gue kasih tau ya Lo tuh enak tinggal ngedesah 'ah uh oh!' doang, Gue yang capek gerak!" Ungkapnya kesal, Pasalnya sejak Rino tahu niat buruknya remaja berlesung itu tidak henti-hentinya berusaha melepaskan diri darinya.
PLOK!
"AAAH!" Teriak Rino ketika sebuah hentakan keras penis Arwin membuat lubang serta bagian di dalam sana sangat sakit. Tak terelakkan sebuah cairan bening turut serta keluar dari kelopak matanya.
Arwin, "Enak gak?" Sindirnya sambil menghapus sisa air mata dari pipi Rino.
"Hiks...huhuhu..." Tidak ada jawaban selain suara tangisan Rino yang sampai ke telinga Arwin.
Arwin mengangkat kedua kaki Rino dan meletakkannya di atas pundaknya hingga posisi remaja itu menungging sempurna, Kemudian bergerak lagi. Malah Arwin bisa melihat langsung proses ia menarik dan memasukkan miliknya.
"Eeng... Aah... heengh!"
"Ah..ah..ah eengh... Berhenti Kak, Berhenti"
Sebisa mungkin ia mendorong Arwin dengan tangannya yang terikat. Arwin juga sudah lelah untuk menyingkirkan tangan Rino jadi memilih membiarkanya.
Ketika klimaks hampir tiba, Arwin mencabut penisnya mendadak. Meski senang, Rino masih bertanya-tanya dalam hati. Namun tidak lama setelahnya tubuhnya tiba-tiba diposisikan menjadi menyamping oleh Arwin, Kemudian dia menyusul turut berbaring menyamping di belakang Rino.
Mengangkat sebelah kaki atas Rino, Arwin menggesek-gesekkan miliknya untuk menggoda lubang dibawahnya, Kepalanya pun ia letakkan sisi ceruk leher Rino.
Arwin, "Engh... Emhh... Ah..." Desahnya di telinga remaja itu, Sesekali akan menggigit atau menjilati telinga Rino dengan gusar.
Meski marah, Tak ayal wajah tampan Rino memerah akibat malu. Bagaimana ia tidak malu bila Arwin mendesah tepat disamping telinganya seperti ini, Juga bagian bawahnya entah mengapa terasa perih dan panas disekitar cincin lubangnya karena digesek oleh penis Arwin.
Arwin berhenti menggesek, Memegang penisnya dengan sebelah tangannya dan mengarahkannya ke lubang bokong Rino kemudian mendorongnya hingga benda lunak namun tegang itu masuk sepenuhnya ke dalam.
"Kak Aaah...!" Kaget Rino sambil meringis kesakitan, Tapi kali ini rasanya tidak sesakit ketika Arwin pertama kali menerobos lubangnya tadi.
Usai membiasakan miliknya di dalam, pria itu lanjut mengeluar masukkan penisnya dengan gerakan cepat.
"Ah...Oh..." Arwin ganti mengemut leher Rino yang telah banyak bercak kemerahan di sana.
"Aah ah, engh" Desah Rino.
Tangannya ia selipkan lewat kepala Rino lalu memilin tonjolan kecil di dada remaja yang tengah membelakanginya tersebut.
Ia begitu bersemangat memompa pinggulnya guna mencari apa yang baru saja dipelajarinya dari media sosial, Yaitu spot pada bagian anus pria. Alasannya mengganti posisi juga karena masalah ini, Sejak keluar masuk ke dalam lubang tersebut tak sekalipun dia mendapatkan tempat yang disebutkan sebagai titik kenikmatan luar biasa yang akan dirasakan oleh pria apabila menemukannya.
"Ka-Aah kak, Berhenti kumohon! Aaah... Aku mau engh datang" Keluh Rino kepayahan.
Tidak puas, Arwin mempercepat gerakan pinggulnya, Dia pun sudah di ujung jalan namun demi tempat yang ditujunya dia rela menahannya.
"Emh...emh...eemh"
Hingga Rino tiba-tiba mendesah nikmat.
"Nyaang~!" Rino refleks menutup mulutnya karena kaget, Arwin juga sama bungkamnya, gerakannya berhenti.
Selanjutnya Ia tersenyum puas sekaligus bangga pada dirinya sendiri. Akhirnya setelah perjuangannya, Arwin dapat mendengar desahan erotis menggoda ini keluar dari mulut Rino setelah sebelumnya hanya bisa terbayang lewat mimpinya semalam.
"Rupanya titik ini" pikir Arwin.
Untuk memastikan tebakannya benar, Didorongnya lagi penisnya dengan keras agar menumbuk tempat tadi.
"Ah-Aangh~" Tanpa diduga Rino masih mendesah keenakan saat tempat itu kembali disodoknya.
Tersenyum miring, Arwin menghentak lagi.
"Aah! Kak, Cukup! apa yang kamu lakukan!" Bentak Rino tanpa disadari olehnya sendiri. Sejak Arwin menumbuk bagian itu, Jantungnya berdebar-debar, serta lubangnya menjadi gatal entah mengapa. Dan yang lebih mengejutkannya, Rino melihat ke bawah, Sebuah cairan putih kental baru saja keluar dari penisnya.
Arwin membalas, "Akhirnya gue dapet juga titik spot Lo, Di sini kan?" Godanya seraya menyodokkan penisnya di tempat itu lagi.
"Nnngh~" Desah Rino, sekali lagi keluarnya cairan putih kental dari benda lunak miliknya. Arwin terpaku begitu matanya tertuju pada cairan putih yang tercecer sedikit jauh, Dari pengalamannya sendiri Ia bisa menebak Rino pasti telah datang dua kali.
Arwin, "Kok gak ngomong mau dateng? Dah dua kali lagi" Tanyanya kesal. Demi menemukan tempat itu dia rela menahan kedatangannya, Tapi bagaimana bisa pacarnya ini sudah datang 2 kali?
Penuh rasa malu ketika Rino menjawab, "I-itu, Aku tidak tahu!" Jawabnya gagap.
Arwin menganggukkan kepalanya mengerti, Lalu lanjut bergerak maju mundur lagi dengan keras. Rino pasrah, Melawan pun tidak berguna, Buktinya sampai detik ini tidak sekalipun dia bisa mengalahkan Arwin, Ia menutup matanya menangis dalam diam.
Intinya keluarganya pasti akan kecewa berat kepadanya apabila mengetahui bahwa dia telah diperkosa seperti ini.
"Ahh...Haaah!" Arwin mendongakkan kepalanya mendesah bersama keluarnya spermanya, Lalu disusul dengan tubuhnya yang ambruk menimpa Rino.