Tok... Tok... Tok....
"Permisi, Bu," sapa Fiona.
"Iya Fiona. Silahkan masuk."
Betapa terkejutnya Fiona ketika masuk ke dalam ruang Guru. Ternyata sudah ada Lukas di dalam sana. Tidak lama kemudian Jane dan kedua temannya juga masuk ke dalam ruang Guru.
"Ini ada apa ya Bu? Kenapa saya di panggil ke sini? Dan kenapa ada mereka juga ya Bu?" tanya Fiona.
"Iya jadi gini Fiona. Jane melapor ke Ibu kalau dia sedang mencurigai jika di sekolah ini ada yang hamil. Dia sangat yakin karena dia menemukan test pack di dalam taksi waktu sekolah ini melakukan acara di salah satu Cafe. Sebagai ketua OSIS, apa kamu mengetahui hal ini sebelumnya?" jelas Guru itu.
Fiona langsung terdiam mendengar penjelasan dari Guru nya. Tetapi Fiona tetap berusaha supaya tetap tenang agar semua orang yang berada di sana tidak mencurigainya.
"Oh iya Bu. Kemarin si Jane bilang ke saya kalo dia temuin test pack di Cafe waktu itu. Tapi saya juga ga tau punya siapa. Karena yang datang ke Cafe waktu itu bukan hanya anak sekolah dari kita aja Bu."
"Yakin lu ga tau? Atau jangan-jangan punya lu lagi," sambung Jane.
"Engga lah. Jangan asal tuduh ya lu."
"Sudah, sudah. Kalian berdua jangan bertengkar. Fiona, saya minta tolong sama kamu untuk cari tau semuanya ya. Kamu cari tau apa ada yang mencurigakan di sekolah ini. Jangan sampai sekolah kita di pandang jelek."
"Baik Bu. Nanti saya pasti akan cari tau."
"Yaudah kalo gitu. Sekarang kalian semua bubar dari sini. Masuk ke kelas kalian masing-masing."
"Iya Bu."
Akhirnya Fiona dan Lukas bisa pergi dengan tenang tanpa ketahuan oleh siapapun jika sebenarnya Fiona lah yang sedang mengandung. Tetapi justru Fiona sendiri yang di tugaskan untuk mencari tahu siapa yang sedang hamil di sekolah mereka. Karena Fiona adalah ketua organisasi siswa intra sekolah di sekolahnya.
******
Waktu berjalan dengan sangat cepat. Sekarang sudah waktunya Fiona dan semua murid yang ada di sekolah diperbolehkan untuk pulang ke rumah masing-masing. Di depan kelas Fiona sudah ada Jane dan kedua temannya yang sengaja ingin menjahili Fiona.
"Itu Fiona udah mau keluar dari kelas kayanya. Kalian berdua jangan lupa dorong gua ya sampai Fiona jatuh juga," perintah Jane.
"Iya, siap."
Jane dan kedua temannya berpura-pura sedang bercanda satu sama lain dengan saling dorong-dorongan. Hingga akhirnya Jane menabrak Fiona sampai terjatuh. Jane melakukan itu semua sengaja karena Jane yakin jika di dalam tasnya Fiona terdapat bukti kalau dirinya memang sedang hamil.
"Aw," runtuh Fiona.
"Eh, sorry. Gua ga sengaja."
Fiona langsung berdiri sendiri. Tidak ada yang mencurigakan dari dalam tasnya Fiona.
"Kalian tuh maunya apa si? Ga puas apa udah tuduh gua hamil? Sekarang kalian berdua sengaja dorong gua?"
"Siapa juga yang sengaja. Kan udah gua bilang kalo gua ga sengaja."
"Emangnya gua ga bisa bedain mana yang sengaja mana yang engga? Apa yang udah kalian lakuin ke gua itu sengaja. Kalo kalian ga ada kapok-kapoknya kaya gini, gua bisa lapori kalian ke Guru bimbingan konseling."
"Silahkan aja. Mana ada yang mau percaya sama lu. Lu aja bicara asal nuduh kaya gitu. Ga ada bukti sama sekali kan lu?"
Fiona melirik ke seluruh arah sekitar depan kelasnya. Ternyata terdapat beberapa CCTV yang bisa jadi bukti untuk melaporkan Jane dan kedua temannya.
"Itu. Di sana ada CCTV yang mengarah ke kalian. Gua bisa laporin kalian semua."
Kemudian setelah itu Fiona pergi begitu saja meninggalkan Jane dan kedua temannya. Sedangkan Jane dan kedua temannya merasa khawatir jika Fiona benar-benar akan melaporkan mereka bertiga ke Guru bimbingan konseling.
"Gimana dong? Kalo Fiona beneran laporin kita ke Guru bimbingan konseling gimana?" tanya Kaila.
"Ya gua juga ga tau. Udah yuk ah kita pergi dari sini."
"Yaudah deh, ayo."
Akhirnya Jane dan kedua temannya pergi meninggalkan kelas Fiona. Walaupun sebenarnya Jane dan kedua temannya tetap merasa khawatir jika mereka benar-benar akan dilaporkan oleh Fiona atas kejahatan mereka semua. Apalagi Fiona juga sudah menemukan bukti dari CCTV yang berada di tempat kejadian.
********
Ternyata Fiona benar-benar melaporkan Jane dan kedua temannya ke Guru bimbingan konseling. Sehingga Fiona dan kedua temannya di laporkan kepada kedua orangtua mereka oleh Guru bimbingan konseling di sekolah. Setibanya di rumah, Jane langsung di marahi oleh kedua orangtuanya. Terutama oleh Ayahnya.
"Kamu itu gimana si Jane? Kenapa kamu selalu ada buat masalah di sekolah? Emangnya kamu ga bisa seperti kakak kamu yang ga pernah buat masalah?"
Jane yang tidak terima sudah di banding-bandingkan dengan kakaknya oleh Ayahnya sendiri merasa sangat kesal. Hingga akhirnya Jane yang selama ini hanya diam pun akhirnya mengungkapkan semua perasaannya kepada kedua orangtuanya yang selalu membandingkan dirinya dan kakak kandungnya sendiri.
Selama ini Ayah dan Mamahnya Jane memang selalu membanding-bandingkan Jane dengan kakaknya. Sebenarnya kakaknya Jane itu bukan lah kakak kandung dari Jane. Karena Ayah dan Mamahnya Jane menikah dengan membawa kedua anak mereka masing-masing. Mamahnya membawa anaknya yaitu Jane dan Ayahnya membawa anak juga, yaitu kakak tiri dari Jane. Itulah alasan kenapa Ayahnya selalu membangga-banggakan kakaknya daripada Jane. Dan Mamahnya selalu membela suaminya daripada anak kandungnya sendiri. Karena kalau Mamahnya membela Jane, sudah pasti suaminya itu akan sangat marah kepadanya.
"Ayah kenapa si selalu banding-bandingkan aku sama kakak? Aku itu ya aku. Kakak itu ya kakak. Ayah ga bisa banding-bandingkan aku sama kakak. Karena kita beda. Mamah juga kenapa justru ikutan marahin aku si? Kenapa? Mamah takut di ceraikan sama dia? Justru lebih baik Mamah cerai aja deh sama Ayah."
Ayahnya yang mendengar ucapan dari Jane barusan sangat emosi. Hampir saja Ayahnya menampar Jane. Tetapi entah kenapa tangan Ayahnya terhenti tepat di depan wajah Jane.
"Kenapa ga jadi? Tampar aja aku, Yah. Tampar. Aku benci sama Ayah dan Mamah."
Kemudian Jane langsung masuk ke kamarnya dengan membanting pintu kamarnya sangat keras. Di dalam kamarnya Jane menangis sejadi-jadinya. Jane merasa sangat sedih dan juga lelah atas sikap Ayah dan Mamahnya selama ini.
"Kenapa si Ayah itu selalu bangga-banggakan kakak. Iya gua tau gua itu ga sepintar kakak. Gua ga sehebat kakak. Tapi apa mereka ga ngehargain perasa gua sedikit pun? Aaa... Gua benci sama Ayah dan Mamah," teriak Jane.
Perasaan Jane sekarang ini benar-benar kacau. Bahkan dia sampai melemparkan semua barang-barang yang ada di kamarnya. Ketika dalam keadaan seperti ini Jane langsung menghubungi kekasih hatinya. Kendrick.
-TBC-