webnovel

02

Di salah satu bangku taman sekolah terlihat Adrian sedang duduk sendirian, matanya memandang langit mendung yang menurunkan rintik-rintik air hujan dengan tatapan yang kosong.

Adrian masih sedikit tak percaya ucapan kak Elios yang mengatakan kak Alexander atau kakak tertuanya itu akan kembali, sudah cukup lama kakaknya itu tak pernah memperlihatkan batang hidungnya lagi.

Sudah lebih dari seratus tahun yang lalu dari kejadian penyerangan dari para Warewolf ke kastil mereka dalam skala yang cukup besar, kakaknya menghilang begitu saja tanpa jejak.

Dari dulu Adrian sangat membenci kakaknya itu, karena dia tak pernah sedikit pun memperlihatkan kasih sayang padanya maupun kak Elios dan adiknya Cristian.

"Kak Rian sedang memikirkan apa?"

Terdengar suara yang tidak asing di telinga Adrian, dia melirik kiri dan kanan, tapi tak menemukan sosok yang ia cari.

"Kakak cari siapa?"

Cristian tiba-tiba muncul dan sedang duduk disebelahnya, membuat Adrian terlonjak kaget.

"Cris! Bisa kah kau tidak mengendap-endap seperti itu!" ucap Adrian sedikit kesal

Cristian tertawa melihat reaksi kakaknya itu, dia memang sering membuat kakak-kakaknya jengkel oleh perbuatannya.

Cristian memiliki kekuatan spesial, yaitu bisa menghilang dan tak terlihat oleh siapapun. Kekuatannya itu selalu ia pakai untuk menjaili kakak-kakaknya.

Setelah Cristian puas tertawa dia mencoba bertanya lagi "apa ada masalah kak? Kakak kelihatan pucat sekali"

Adrian hanya melirik adiknya dengan malas, lalu mengacuhkannya dan memandang langit kembali.

Cristian yang merasa di acuhkan oleh kakaknya itu berdecak kesal, lalu beranjak dari tempat duduknya dan pergi tanpa pamit.

Mereka berdua akhir-akhir ini memang kurang terlihat akrab, karena kejadian seminggu yang lalu, dimana Cristian menyembunyikan barang kesayangannya Adrian, itu masih membuat Adrian kesal bila bertemu adiknya.

Tidak lama setelah Cristian pergi, Elios datang mendekatinya dari arah belakang.

"Kau masih marah padanya?" Tanya Elios

Adrian hanya mengangguk tanpa memandang Elios.

Elios yang melihat kelakuan adiknya itu tersenyum tipis dan mengelus kepala Adrian dengan lembut, Adrian yang tiba-tiba diusap kepalanya sedikit kaget, dan lama kelamaan dia menikmatinya.

Ia jadi teringat akan masa kecilnya, saat itu Adrian kecil berlari di halaman kastil dan terjatuh sampai kakinya terluka.

Adrian tak menangis, ia langsung berlari menemui kakaknya Alexander untuk memperlihatkan lukanya, tapi Alexander tak peduli dan meninggalkan Adrian kecil sendirian.

Baru lah saat itu Adrian menangis, dia menangis bukan karena luka di kakinya, tapi luka di hatinya lah yang membuat air matanya keluar dengan sendirinya.

Elios yang saat itu melihat Adrian menangis di tinggal Alexander, mendekatinya dan memeluk Adrian kecil yang terisak pelan. Elios mengelus puncak kepala Adrian dengan lembut sampai Adrian tidak menangis lagi, bahkan dia sampai tertidur di pelukan Elios.

Adrian langsung tersenyum mengingat kejadian itu, sudah sangat lama dia melupakannya, dia hanya tidak ingin mengingat masa lalu tentang kakaknya Alexander.

Elios menghentikan usapan di kepala Adrian. Adrian yang merasa usapan dikepalanya berhenti, langsung melirik kebelakang dan memandang wajah Elios yang tersenyum lembut padanya.

"Apa kau lapar?" Tanya Elios

Adrian mengangguk "tentu saja aku lapar, sudah lebih dari 3 hari aku tidak makan" ucap Adrian dengan bola mata yang sudah berubah warna menjadi merah terang.

"Kalau begitu ayo kita berburu ke hutan" ucap Elios yang langsung melesat pergi, lalu Adrian menyusulnya di belakang.

@@@

Sementara itu di dalam hutan seorang gadis berambut pirang bergelombang sebahu sedang menikmati makanannya dengan lahap, dia memakan seekor kelinci putih yang mentah dan terlihat sudah tak memiliki kepala.

Kedua bola mata gadis itu berwarna biru muda yang indah, sayangnya mata indah itu tidak memancarkan kehidupan dan terlihat kosong dari tatapannya. Kedua tangan dan sekitar mulut gadis itu berlumuran darah, tampak bajunya pun benoda darah yang terlihat sudah mengering.

Entah sudah berapa lama dia tersesat di dalam hutan dan tidak kembali ke sekolah barunya, tapi dia tidak pernah mempedulikan hal itu. Dia hanya sedang lapar, dan tidak memikirkan resiko apa yang akan menimpanya saat masuk ke dalam hutan sendirian.

Tiba-tiba dia merasakan sesuatu mendekat, sesuatu yang berbahaya dan akan mengancam nyawanya. Gadis itu berdiri dan melempar mayat kelinci tadi kesembarang tempat lalu mulai berlari memasuki semak-semak berduri, dia tidak mempedulikan kulitnya yang terluka akibat goresan duri-duri tajam.

Setelah keluar dari semak-semak, terlihat di hadapannya sebuah kubangan lumpur yang lumayan cukup besar, dia langsung menjatuhkan dirinya kedalam sana, karena dia tahu sesuatu yang mengancam nyawanya itu bisa mencium bau darah kelinci yang baru saja dia makan.

Beberapa detik kemudian muncul sosok Warewolf dari balik semak-semak, dia terlihat sedang mengendus-ngendus sesuatu yang membuatnya lapar. Tapi dia tidak menemukan apa-apa di sana, setelah cukup lama dia mencoba mencari-cari sesuatu yang entah apa itu, akhirnya dia menyerah dan pergi menjauh.

Gadis yang bersembunyi di dalam kubangan lumpur itu mulai berdiri setelah merasa warewolf yang sempat membahayakan nyawanya menjauh.

Seluruh tubuhnya terlumuri oleh lumpur berwarna hitam, dia menyingkirkan lumpur di kedua matanya dengan kedua tangannya, setelah dia merasa bisa melihat kembali, dia mulai berjalan menjauh dari sana dan mencoba mencari sungai untuk membersihkan dirinya.

Tidak butuh waktu lama, dia sudah mendengar gemericak air mengalir dari kejauhan, diapun mendekati asal suara itu dengan langkah yang lambat.

Sedikit demi sedikit, mulai lah terlihat sebuah sungai dari kejauhan, air sungai itu sangat jernih yang akan menggoda siapa saja untuk mencobanya, entah itu untuk minum atau membersihkan tubuh yang kotor karena keringat.

Hanya tinggal beberapa langkah lagi untuk gadis itu sampai disana, tapi dia sudah merasakan ada sesuatu lagi yang mendekatinya, berbeda dengan yang tadi, gerakan dari sosok yang sekarang sangat cepat sekali, dan membuatnya reflek menyembunyikan dirinya diantara semak-semak.

Lalu muncul dua sosok makhluk yang melesat dengan sangat cepat dan salah satunya berhenti tidak jauh dari gadis itu sembunyi, satunya lagi sudah berada di dekat sungai membersihkan mulutnya dari darah segar.

Gadis itu mengintip di antara semak-semak, memperhatikan salah satu dari mereka yang tak jauh darinya sembunyi. Sosok itu ternyata adalah seorang pria tinggi dengan setelan jas hitam panjang sedang memegang seekor kelinci di tangannya, mulutnya menempel di tubuh kelinci yang terlihat sudah tidak bergerak.

Setelah pria itu cukup puas meminum darah kelinci ditangannya, langsung saja ia lempar jauh-jauh mayatnya. Dia mengusap darah di sudut bibirnya dengan punggung tangannya, pria itu memandang sekitarnya, seakan tahu bahwa ada yang sedang memperhatikannya.

"Adrian" panggil pria yang satunya lagi

Adrian menoleh memandang kakaknya yang berjalan mendekatinya.

"Apa kau sudah kenyang?" Tanya Elios

Adrian mengangguk

"Kalau begitu, ayo kita kembali kesekolah" ucapnya sambil berjalan kearah mereka datang

Saat mendengar kata sekolah, gadis yang sedari tadi bersembunyi dibalik semak-semak langsung menampakkan dirinya di hadapan dua pria itu secara tiba-tiba, membuat salah satunya terlonjak kaget.

"Astaga..! Apa itu kak El?" Tanya Adrian kaget

Elios memandang sosok yang muncul tiba-tiba itu dengan dahi mengkerut, yang dia lihat adalah sosok yang tak jelas jenis kelaminnya, karena lumpur hitam yang hampir menutupi seluruh tubuhnya, membuatnya terlihat seperti sesosok monster.

Gadis itu mendekati Elios, setelah berada tepat di hadapannya dia mencoba membersihkan mukanya dari lumpur, dan akhirnya terlihat jelas mukanya di pandangan Elios.

Elios sedikit kaget setelah tahu siapa sosok di depannya itu.

"Putri Avrilla?" Tanya Elios ragu

Gadis yang bernama Avrilla itu mengangguk mantap, sedangkan Adrian memandang mereka berdua dengan pandangan bingung.

"Apa yang terjadi pada anda?" Tanya Elios kembali

"Panjang ceritanya" jawab Avrilla singkat, "aku ingin membersihkan diriku dulu di sungai, tolong kalian tunggu disini" lanjutnya

Setelah itu Avrilla mendekati sungai yang sudah tidak jauh dari mereka berdiri, sementara Avrilla membersihkan dirinya Adrian bertanya pada kakaknya itu dengan penasaran.

"Kak El, bagaimana kakak bisa mengenal orang aneh itu?" Tanya Adrian sambil menunjuk ke sosok Avrilla dari jauh

"Hush! Kau jangan sembarangan bicara!" jawab Elios marah "dia itu seorang Putri kerajaan richi yang pernah  kakak ceritakan padamu, dan juga siswi tahun ajaran baru di sekolah kita yang di kabarkan menghilang, kau ingat?" Tanya Elios

Adrian mencoba mengingatnya dengan mata tertutup, lalu menggelengkan kepalanya pelan, Elios yang melihat tingkah laku adiknya itu hanya bisa menepuk jidatnya gemas. Dalam sejarah kehidupan vampire, baru kali ini Elios tahu bahwa vampire pun terkadang mempunyai ingatan yang kurang bagus seperti adiknya.

Setelah Avrilla selesai membersihkan dirinya dari lumpur, dia mendekati dua sodara yang terlihat sedang bercakap-cakap, sebenarnya Avrilla tahu bahwa mereka sedang membicarakannya tapi dia memilih tak mempedulikannya.

Melihat Avrilla sudah selesai membersihkan dirinya, Elios berhenti berbicara dengan Adrian. Adrian memandang sosok yang dilihat kakaknya itu, dia sedikit terperangah melihat tampilan Avrilla tampa lumpur di tubuhnya.

Avrilla yang memiliki tinggi kurang lebih 156 cm, dengan rambut pirang bergelombang sebahu, dan mata biru langit yang indah, membuatnya terlihat imut di pandangan Adrian, tapi dia segera menepis pikiran itu, karena dia tidak suka ada seorang manusia mengambil hatinya dengan tampilan sederhana seperti yang Avrilla pancarkan.

"Kak Elios, apa sekolah masih jauh dari sini?" Tanya Avrilla

"Lumayan jauh, karena ini sudah hampir di tengah hutan" jawab Elios

"Kalau begitu, ayo cepat kita pergi dari sini" ucap Avrilla sambil menarik tangan Elios

Entah kenapa Adrian yang melihat itu sedikit kesal karenanya.

"Hei.. Putri kerajaan richi yang terhormat, apa kah anda takut berada di tengah hutan seperti ini?" Tanya Adrian yang langsung mendapat tatapan mengerikan dari Elios, tapi kali ini Adrian tidak takut sama sekali dengan tatapan tajam itu.

Avrilla yang mendapat pertanyaan dari Adrian hanya memandangnya dengan muka datar, dan yang keluar dari mulut Avrilla setelahnya bukan lah sebuah jawaban, melainkan pertanyaan lagi.

"Kau siapa?" Tanya Avrilla masih dengan muka datar

Adrian langsung kesal mendengar pertanyaan itu, karena tidak ada satu pun siswa yang tidak mengenalnya, bahkan siswa baru pun tahu, Adrian adalah salah satu keluarga pemilik sekolah The Royal School.

"Kau..."

Sebelum Adrian berhasil menyelesaikan kalimatnya, terdengar suara auman srigala dari kejauhan.

"Itu para warewolf!" ucap Elios dengan waspada

"Cih! Mereka melewati perbatasan lagi!" ucap Adrian marah dengan mata merah menyala

"Adrian, antar Putri Avrilla kembali ke sekolah, biar kakak yang mengurus mereka!" ucap Elios sambil melesat pergi

"Eh...? Kenapa tidak kakak saja!" teriak Adrian kesal

Adrian lalu menatap Avrilla dengan malas, yang ditatap hanya menatapnya dengan tatapan datar, membuat Adrian ingin meninggalkannya sendirian saja disini, tapi jika dia lakukan, saat sampai di sekolah nanti Adrian akan dibunuh oleh kakaknya.

Dengan berat hati Adrian menggendong Avrilla di punggungnya, dan melesat pergi dari sana secepat yang dia bisa, karena kalau tidak, kemungkinan bertemu dengan para warewolf akan semakin besar.