webnovel

2

"Emmphhh.. Phi Kimmhh.." suara desahan Porchay memenuhi ruangan kerja Kim dalam kegiatan panas mereka. Kim mencium bibir plum Chay dengan begitu bersemangat, dia mulai menggigit bibir bawah Chay agar Chay membuka mulutnya dan mempermudah kegiatan Kim menghisap lidah Chay dengan kasar.

Kim masih fokus dengan kegiatan panasnya hingga suara tamparan lembut mendarat di pipi kiri.

"Hey Kim, apa yang kau impikan hingga menciumku seperti itu" ucap Peem yang ditindih oleh tubuh suaminya itu.

Kim baru saja tersadar dari mimpi anehnya. Ia pun langsung kembali ke posisi tidurnya.

"aku akan membuatkanmu sarapan dulu, kau mandilah dan bersiap-siap.. bukankah kau bilang pagi ini ada misi penting?" Peem menyisir rambut suaminya ke belakang dan mengecup lembut kening suaminya itu. Kim tak bergeming dan membiarkan Peem keluar kamar dan menyiapkan sarapan untuk mereka.

Kim termenung dengan pikiran nya sendiri.

"apa yang kulakukan.. tadi aku memimpikan Porchay? Bagaimana bisa.." Kim mengusap kasar wajahnya begitu ia sadar apa yang telah terjadi padanya.

--------------------------------------------------------

Siang ini Macau tak pergi ke kampus, ia ingin menemani Porchay di apartemen nya. Saat pergi ke kamarnya dengan semangkok bubur hangat, Macau melihat Porchay yang tertidur pulas di ranjang nya.

Macau tidak ingin mengganggu tidur Porchay, ia hanya duduk di tepi ranjang sembari menatap wajah damai yang sedang terlelap itu.

"Manis sekali.." ucap nya pelan. Macau perlahan merapikan anak rambut Porchay yang menutupi wajah cantiknya itu.

Macau jadi ingat saat pertama kali bertemu Porchay, sekitar 2 tahun lalu, saat mereka berada di kelas yang sama saat dirinya baru saja pindah sekolah ke sekolah Porchay. Saat itu Macau tersesat di sekolah barunya tapi untung saja ia di bantu oleh Porchay. Saat itu Macau melihat senyum manis Porchay dan langsung jatuh cinta dengan nya.

Namun sayangnya 3 bulan kemudian Porchay melanjutkan sekolahnya di luar negeri. Sehingga membuat Macau belum sempat mengenal Chay lebih jauh. Namun siapa sangka kalau Porchay akan kembali dan satu kelas lagi dengannya saat kuliah. Saat itu lah Macau memutuskan untuk mulai mendekati Porchay dan berteman dengannya. Walaupun sekarang hanya teman, Macau yakin suatu saat nanti Porchay pasti akan menjadi kekasihnya.

Macau menggenggam tangan Chay dan mengelus nya dengan lembut, tanpa dia sadar kalau Chay mulai terbangun dari tidurnya.

"Macau.." panggil Chay pelan. Pria manis itu mengusap mata pelan untuk menyesuaikan pencahayaan yang masuk ke retina matanya.

Macau terlonjak kaget dan langsung melepaskan tangan Porchay.

"Hm.. Ya, ada apa Chay?" Macau berbicara terbata-bata karena aksinya tadi yang hampir ketahuan oleh Chay.

"Aku merasa lapar, hehe" ucap Chay dengan tawa kecilnya.

Macau tersenyum senang melihat mode Chay yang kembali ceria seperti biasanya.

"Aku sudah menyiapkan bubur, untukmu.." Macau bangkit mengambil bubur yang tadi dibawanya dan memberikannya pada Porchay yang terlihat berbinar menatap bubur itu.

"Wahh.. Bubur udang kesukaan ku.."

"aku akan menyuapimu.." Macau hendak mengambil sendok pada tangan Chay, namun pria itu menggelengkan kepalanya menolak.

"aku akan memakannya sendiri.." Chay tersenyum dan mulai memakan bubur itu dengan lahap.

Porchay kalau sudah makan makanan kesukaan nya dia akan makan seperti anak kecil, sangat berantakan. Macau bisa melihat beberapa bulir bubur yang masih tersisa di sekitar bibir Chay.

"Yeayh, sudah habis.." Porchay mengangkat mangkok kosong itu dan menunjukkan nya pada Macau kalau mangkok itu sudah benar-benar kosong.

"Cepat sekali kau makan nya.. kau mau lagi?"

Porchay hanya menggelengkan kepalanya menanggapi tawaran Macau tadi.

Macau mengambil mangkok kosong itu dan menaruhnya di atas nakas kemudian mengambil tisu dan membersihkan bibir Chay yang masih terdapat sisa bubur.

"Disini masih ada sisa bubur" wajah Macau sangat dekat dengan wajah Chay, tanpa sadar ia menempelkan bibir tebalnya pada bibir Chay dan mereka terdiam selama beberapa saat.

Macau mulai menarik dirinya saat Chay sedikit mendorong dadanya.

"Maafkan aku.. Aku.." Macau tergagap dan memalingkan wajahnya, ia merasa bersalah pada Porchay.

"Macau.." Chay masih terdiam dengan keterkejutan nya.

"Aku.. Aku.." Macau tidak tau harus berkata apa, ia pun bangkit dan hendak pergi keluar dari kamarnya, namun Porchay menarik tangannya dan mencium nya. Chay tidak melakukan apapun, ia hanya menempelkan bibirnya pada bibir Macau.

Macau yang merasa diberi lampu hijau pun mulai menaiki ranjang nya dan membalas ciuman Porchay dengan melumat bibir Porchay dengan lembut dan mengusap sensual punggung pria manis itu.

Dirasa mulai kehabisan nafas, Chay memukul pelan dada bidang Macau untuk menghentikan kegiatan mereka. Chay menundukkan kepalanya dengan wajahnya yang merah padam.

Macau memeluk Chay dengan erat, disertai tetesan air mata yang mengalir menuruni pipi nya.

"Kupikir kau akan marah padaku dan mulai membenci ku, Chay" Macau menatap mata bening Porchay dengan dalam.

"Aku tidak akan bisa membencimu, Macau" ucap Chay dengan suara lirihnya tanpa membalas pelukan dari sahabat nya itu.

----------------------------------------------------------

Malam ini Porchay memutuskan untuk pulang sebentar untuk mengambil keperluannya. Porchay keluar dari taksi yang ia tumpangi dan langsung masuk kedalam rumah keluarga utama, tempatnya tinggal bersama keluarga kecil Porsche.

"Chay, kau sudah pulang? Kemana saja kau sejak semalam?" Porsche bertanya pada Chay dengan khawatir dan memeriksa tubuh adiknya itu untuk memastikan apakah Chay baik-baik saja.

"Aku hanya ke rumah teman, aku baik-baik saja, Hia. Aku hanya ingin mengambil laptopku dan melanjutkan projek kuliah bersama teman-teman"

"Benar kah kau baik-baik saja? Apa kau sudah makan?"

"aku sudah makan tadi bersama temanku. Kalau begitu aku ke kamar dulu, Hia"

Porsche hanya tersenyum dan mengelus pucuk rambut Porchay sebelum adiknya itu pergi ke kamarnya.

"Mommy.." sebuah suara memanggil Porsche, terlihat Dew kecil yang aktif sedang berada di gendongan Ayahnya.

"Dew.. Malaikat Mommy sudah bangun.. Dew mau susu?" Porsche beralih menggendong putranya yang masih berumur 4 tahun itu.

"Porchay sudah pulang?" tanya Kinn.

"Hm.. syukurlah dia terlihat baik-baik saja, aku sangat khawatir padanya.." ucap Porsche.

"Uncle.." Dew berteriak kegirangan memanggil Kim saat melihat pamannya itu datang bersama istrinya. Kinn dan Porsche pun menoleh ke arah pandang putranya.

"Kim? apa yang dia lakukan disini?" Porsche mengerutkan dahinya saat melihat Kim datang bersama istrinya. Ia pun menghampiri mereka berdua.

"Ada perlu apa Kim? tumben sekali kau berkunjung.." Kinn mulai membuka pembicaraan setelah mempersilakan mereka duduk di ruang tamu.

"dimana Nong Porchay? aku tidak melihatnya.." Peem melihat ke segala arah mencari Porchay.

"mau apa kau mencari adikku?" tanya Porsche dengan ketus pada Peem yang sedari tadi menanyakan keberadaan adiknya.

"Aku ingin melamar Porchay.."