Kembali pada Ilona, dia sedang mengarah pada ruangan yang bebeda ditemani dengan para pengawal.
Pikiran Ilona sedari tadi sangat cemas, bepikir hal buruk apa yang terjadi di hari pernikahannya bersama dengan sang Raja Mesir.
"Hh? Apakah ini petanda buruk, disaat kami menikah… bahkan sudah ada makhluk jahat yang akan memakan kami," Batin Ilona yang takut.
"Ratu Nefertari, sebelah sini. Anda lebih baik bersembunyi di ruang berdoa," ucap seorang pengawal. Dia menunjukkan jalan yang berbelok, pada lorong yang terpecah.
Ilona menurut dan dia mengikuti langkah kaki sang pengawal yang berad di depannya. Tapi… baru saja dia melangkahkan kakinya, sudah ada ledakan dengan sinar merah yang menyilaukan mata.
Ledakan yang cukup besar itu, mampu membuat para pengawal yang menjaga Ilona terpental ke segala arah. Begitu juga dengan tubuh mungil sang Ratu Mesir, terpental hingga ia menabrak pada dinding yang tidak jauh dari tempatnya berada.
Rasanya kepala Ilona berputar-putar, rasa sakit karena benturan pada bagian belakang kepalanya. Dengan susah payah, Ilona berusaha untuk bangkit dari jatuhnya.
Merasakan tubuhnya yang remuk, dan ada darah yang mengalir dari bagian belakang kepalanya. "Acch… sakit…" ucap Ilona sambil ia memegangi bagian belakang kepalanya.
"Ada apa?" tanya Ilona pelan, ia mencoba untuk menyesuaikan pandangannya saat itu.
Untuk beberapa saat Ilona tidak bisa melihat dengan jelas, dan yang ia lihat adalah sosok bertudung dan mengenakan jubah hitam.
"Siapa?" tanya Ilona.
Aneh sekali bagi Ilona, ketika dia melihat sosok tersebut berjalan dengan asap hijau tipis yang mengelilinginya. Tidak hanya itu saja, para pengawal yang sedang terbaring dan mengerang sakit. Seperti kehilangan tenaga, dan tidak bisa bergerak.
Perlahan asap hijau tipis itu, mulai mengelilingi para pengawal. Lalu masuk dari lubang mata dan hidung mereka. Hal yang terjadi berikutnya adalah sebuah hal yang amat menyeramkan, ketika kulit mereka seperti mengering.
"Apa yang terjadi dengan mereka semua?" Ilona sudah semakin menegakkan tubuhnya.
Melihat para pengawal yang seharusnya melindungi dirinya, justru mereka menjadi korban dari sosok bertudung yang tidak bisa Ilona kenali.
Dengan cepat asap hijau tipis yang seperti pembunuh itu, mulai meresap dan membuat para pengawal tampak seperti tengkorak kering. Dan hanya menunggu beberapa detik saja, hingga akhirnya para pengawal sudah berubah menjadi debu tipis yang melayang di udara.
"Hah? Kenapa? Ada apa dengan mereka?" tanya Ilona yang semakin takut.
Sosok bertudung itu sudah semakin mendekat ke arah Ilona. Baru saja sang ratu ingin merangkak, dan menjauh. Tapi hanya sekelebat saja, hingga ada yang menyambar tubuh Helena.
Sebuah tangan yang keras dan terasa dingin, sudah mencengkram kuat leher Ilona. Dan mengangkat tubuh Ilona, yang ia rapatkan pada dinding yang ada di belakangnya.
Perlahan tubuh Ilona terangkat, kedua matanya membelalak. Karena merasakan sesak pada paru-parunya, yang bekerja keras untuk mendapatkan udara.
Rasanya dada Ilona akan pecah, dia kesulitan untuk bernapas. Sosok bertudung itu sama sekali tidak menunjukkan, bahwa dia akan melepaskan Ilona. Karena cengkraman lehernya semakin kuat, membuat kedua kaki Helena sudah menggantung dengan kuat.
"Lepaskan aku," ucap Ilona dengan suara yang serak.
Kedua tangan Ilona memegangi satu tangan sosok tersebut, dan ia sadar kalau tangan yang mencengkramnya tidak hanya dingin, tapi juga sangat keras.
"Si… siapa kau?" ucap Ilona yang kewalahan berbicara. Memukul tangan keras yang dingin tersebut, tapi tidak ada yang terjadi. Justru Ilona semakin cepat kehilangan tenaganya, dan wajah yang semakin memerah.
"Kau harus mati, Nefertari! Berani sekali… kau ingin merubah masa lalu!" ucapnya, terdengar suara pria yang berat.
"Huk… huk… huk… lepaskan aku!" Ucap Ilona, kedua tangannya terus saja memberontak.
Apapun Ilona lakukan, agar bisa menyelamatkan diri. Hingga tanpa sengaja Ilona membuka tudung dari sosok pria tersebut, dan ia terkejut ketika melihat penampakan seorang pria dengan rambut putihnya yang panjang.
Sosok pria itu hanya terlihat separuh wajah saja, karena bagian separuh lainnya sebuah topeng berwarna silver. Mata hitamnya, menatap lekat pada wajah Ilona.
"MATI KAU… NEFERTARI!!" Teriaknya dengan suara yang lantang.
Disaat itu juga Ilona merasakan, kematian akan mejemputnya. Ketika cengraman yang dibuat oleh sosok pria misterius itu, semakin memperkuat dan tidak akan memberikan ampunan sama sekali.
Kedua mata Ilona terpejam dengan cepat, sudah tampak pasrah dengan apa yang terjadi padanya. "Sepertinya aku akan mati hari ini, semoga saja setelah aku mati… aku bisa kembali pada kehidupanku yang sebenarnya," ucap Ilona membatin.
Pria tersebut tersenyum licik, menatap puas pada Ilona yang tidak berdaya. Berpikir bahwa dia sudah benar-benar menghabisi nyawa Ilona, tapi hal itu tampaknya hanyalah kesenangan sesaat saja.
Ada aura berwarna putih yang menyelimuti tubuh Ilona, tiba-tiba saja kedua mata yang tadinya terpejam sudah kembali terbuka. Dengan memuculkan bola mata putih pekat, yang terlihat menakutkan.
"Apa! Apa yang terjadi, kenapa kau…" pria tersebut terkejut, karena Ilona memegangi kedua tagannya yang sedang mencengkram kuat leher sang Ratu.
Ilona seperti tidak sadar, kalau dia sudah bertranformasi. Karena ada kekuatan yang tiba-tiba saja datang padanya, dia mencengkram kuat tangan dari lawannya.
Sinar putih yang berkilau itu tampak meresap pada kulitnya, membuat pria itu mengerang kesakitan.
"Aarrgghh… apa yang kau lakukan denganku! Rasanya sangat panas sekali, ada apa ini? Bukankah kekuatanmu sudah tidak mungkin kembali!" ucapnya, dan melepas tangannya dengan segera.
Pria tersebut melangkah mundur, melihat tubuh Ilona yang justru melayang di udara. Rambut panjang dan hiasan rantai emas pada kepalanya, ikut melayang berirama dengan angin kencang yang tiba-tiba saja muncul.
Masih memegangi salah satu tangannya, pria itu melangkah mundur melihat wanita melayang yang ada di hadapannya mengangkat salah satu tangannya, dan mengarah pada pria separuh wajah itu.
"Odion? Beraninya sekali kau!" ucap Ilona dengan suara yang sedikit berbeda, terdengar lebih besar dan berat. "Berani sekali kau datang pada masa ini, dan mencoba untuk membunuhku? Hh… kau licik sekali!"
Ilona perlahan menurun dan tidak lagi melayang, angin di sekelilingnya juga tiba-tiba menghilang. Tapi sepasang mata putih milik Ilona masih ada, dan asap putih pekat masih mengelilingi dirinya.
"Kau! Tidak… kau tidak mungkin bisa kembali!" ucap Odion yang kesal.
"Lalu? Apa yang kau lihat sekarang? Apa kau pikir kau sedang bermipi, Odion? Hhh… sepertinya aku harus menampar wajahmu, agar kau sadar dan kembali ke dalam duniamu!" Sindir Ilona, dengan wajah yang menyeringai puas dan licik.
"Lancang sekali kau! Akan kuhabisi nyawamu, kali ini aku tidak akan membiarkan kau kembali hidup!" ucapnya dengan suara yang lantang, dan Odion sudah siap untuk memasang kuda-kudanya.
"Baiklah, aku masih punya cukup waktu untuk melawanmu!" ucap Ilona menyeringai lebar. Dua tanganya sudah terangkat, merentang lurus tepat dihadapannya dengan banyak kepulan asap putih yag menggulung.