Salju terakhir telah jatuh ke tanah. Aku memandang kepingan salju itu. Seperti namaku. Xiao Huā. Salju terakhir telah jatuh dan aku berlari.
Entah bagaimana aku tidak merasa dingin. Hanya kehangatan yang ada. Tidak tahu bagaimana, tapi aku berpikir jika salju selalu memelukku erat.
Aku berlari, menuju ujung yang bisa kugapai. Semua mengejarku, aku lari dan aku ketakutan. Kenapa aku takut? Kenapa aku merasa sedih?
Kenapa aku merasa hancur?
Aku terus berlari dan seolah aku mengambang. Aku mempercepat laju lariku hingga aku sampai di tebing. Aku menoleh ke belakang.
Sebuah istana terbakar, bunga-bunga yang biasanya menghias tempat indah itu kini hangus. Tidak tersisa suatu apa pun.
Tidak ada keindahan lagi, hanya bau gosong dan amis darah dimana - mana.
Aku menciumnya, wangi amis darah dari para Elf yang mati. Tidak tersisa. Hanya kehancuran yang ada. Tidak tersisa apa pun.
Namun dia ditarik, sesosok pemuda berambut putih berubah menjadi serigala berekor sembilan. Lalu dia ditarik menaiki serigala itu untuk lari.
Ibunya berubah menjadi ular putih raksaksa dan mengejarnya. Beberapa sosok hitam ikut mengejarnya namun dihadang oleh ular putih tersebut. Beberapa ledakan terus terjadi dan suara desing pedang serta kilau cahaya berbias.
"ANIANG!!! "
"ANIAAANG!!! "
Dia terus menjerit memanggil ibunya namun Ular Putih itu terus menghadang sosok-sosok hitam yang mengejarnya.
Hingga akhirnya dia berbalik dan berdiri sosok pemuda di hadapannya.
Seorang, Manusia!??
Kisah ini masih belum jelas akhirnya bagaimana karena saya menulis cerita ini bersama dengan partner plotting dan pengenalan tokoh pasangan pria masih belum jelas akan kemana.