webnovel

Like i Need

Aster, wanita 20 tahun baru merasakan seperti apa manisnya Ciuman pertama  di mana jutaan wanita seumurnya sudah menghabiskan malam 'panas' untuk kesekian kali. Gadis naif yang memendam perasaan selama tujuh tahun. Selalu merasa tidak diinginkan dan mudah terpuaskan hanya dengan pikiran liar yang diciptakannya sendiri. Dihadapkan pada Takdir : Saat bunga-bunga penantian dikabulkan, kau juga harus menelan bulat-bulat rasa pahit KEHILANGAN. Akankah Aster siap menerimanya? / Leon, Pria 30 tahun baru mensyukuri kehidupan ke-dua yang ia dapatkan. Berbaring cukup lama terlihat tidak berdaya kini hanya serpihan dari mimpi buruknya. Leon tak menyadari kehidupan kali ini adalah sebagian dari kehidupan 'orang lain' yang tertanam dalam tubuh sempurna. Takdir menuliskan : Bebas dari KEMATIAN adalah tawaran yang setimpal untuk dibayar dengan Hati, disaat sudah ada yang menempati. Akankah Leon merelakannya? // "jaga dia..." "ku berikan kehidupanku.... tapi aku ingin cintamu..." "Berikan padanya" //

Qkye_Pawiro · Fantasi
Peringkat tidak cukup
14 Chs

Thank you , But..

Sudah lebih dari 15 menit berlalu. Aster menatap tak berkedip pantulan dirinya di cermin, jari kecilnya pun tak henti mengelus sudut bibir tebal merekah miliknya. Entah, melayang kemana pikirannya sekarang. Ia masih mencoba mengingat dan memahami apa yang sebenarnya terjadi.

Seiring dengan kesadarannya kembali, pipi menghangat, dan sudut bibirnya terangkat menampilkan senyuman termanis yang ia miliki, sungguh tak habis pikir bagaimana bisa Joan menciumnya tadi.

Sosok pria yang bahkan baru saja ingin dia relakan setelah memendam rasa selama 7 tahun. Kini dengan berani mencuri ciuman pertamanya, tapi Aster sudah mendambanya sekian lama. 'pip...pip' sebuah pesan masuk,

Joan : Aku kira kau akan menamparku tadi.

sebuah validasi, bahwa kejadian itu bukan sebuah mimpi atau khayalan belaka. Kenapa hari ini? kenapa baru sekarang? dan kenapa hanya sebuah kecupan? pertanyaan itu terus muncul berurutan di dalam pikirannya.

Aster : Kamu berharap hal itu terjadi?? haruskah ku tampar wajahmu dengan Slipper bekasku!

Mencoba membalas setenang mungkin, disaat degup jantung bahkan tidak mau bekerjasama dengannya saat ini.

Joan: Tega sekali. Niatmu sungguh buruk…

tanpa sadar senyum berkembang lebih saat memandang layar ponsel, Aster berniat membalas dan sedikit menggoda Joan

Aster : Lalu bagaimana dengan mu? bukankah tadi itu bisa disebut mencuri? ku menuntut atas ciuman pertama ku!

Joan : sebuah kehormatan menjadi yang pertama, tapi.. kau terlihat menikmatinya

Tunggu mengapa serangan berbalik, wajah Aster memerah.

Sedikit penjelasan, Joan adalah pria idaman Aster sejak ia remaja. Kolega terdekat keluarganya, pria manis dan humoris, berkulit putih, dengan wajah kecil untuk seorang pria hampir mendekati kesempurnaan.

Umur mereka terpaut 5 tahun. Jika diingat, dahulu Aster hanya bisa melihat Joan dari balik jendela kamar, menghayal jika suatu saat ia bisa berdansa dengannya. Sampai waktu berlalu, Joan memiliki hubungan dengan sepupu Aster. seluruh mimpinya hancur.

tapi waktu terus berjalan untuknya sebagai pengagum rahasia. Aster tidak benar-benar bisa menghapus khayalannya. Begitu naif, bahkan saat sepupu perempuannya memilih untuk menikah dengan orang lain empat tahun lalu.

Saat itu Aster masih ingat, saat Joan dengan sangat bijak memilih untuk menjadi pendamping pengantin. kekagumannya atas pria idaman melonjak semakin tinggi. Joan terlihat begitu tenang, merelakan kekasihnya menikah dengan Pria lain.

siapa sangka sebuah peluang terbuka, tepat pada malam perayaan resepsi pernikahan sepupu perempuan Aster. saat itu ia gadis dengan kacamata tebal, tubuh gemuk dan kulit gelap. terlihat jauh 'berbeda' jika dibanding dengan keluarga lain.

Terlahir berbeda, itu kalimat yang kerap Aster dengar dari mereka. Anggota keluarga lain bagai titisan dewa Yunani. Bahkan ibunya menganggap ia sebagai 'produk' gagal. Itu menjadi alasan ada dalam acara keluarga besar seperti ini membuat Aster sangat tidak nyaman.

Aster menarik diri dari seluruh hiruk pikuk acara. Beberapa langkah menjauh dari ruang utama, tali sepatu tingginya terlepas. Pengaitnya terlepas. Sepatu cantik pun seperti enggan melekat di kakinya.

Aster duduk di sudut taman tak jauh dari ruang acara. Sambil sesekali mencoba menyatukan pengait itu dengan sepatunya. Ia tidak cukup kuat untuk menghubungkan kembali.

"perlu bantuan Aster ?" suara lembut yang membuat Aster tertegun.

Entah karena pantulan cahaya, atau memang wajah Joan sungguh bersinar lengkap dengan senyumnya. Aster mematung sesaat, mata Joan sedikit menyempit kemudian merebut sepatu dari tangan Aster.

"Ini tugas Pria, jangan kotori tangan dan pakaian cantikmu itu" kembali mata sipitnya seakan ikut tersenyum.

Tak perlu waktu lama, pengait itu berhasil terpasang kembali, "Terima Kasih" kalimat itu terlontar lebih seperti bisikan dari mulut Aster.

"kembalilah ke dalam Aster, angin cukup dingin malam ini. kamu bisa sakit jika terus berada disini"

Aster terdiam sesaat, "entahlah, aku merasa tidak nyaman... mereka sangat berisik, kedinginan sepertinya lebih baik"

Tawa renyah Joan terdengar "jangan seperti itu. Masuklah..."

Aster memahami sepertinya ada yang memerlukan ruang saat ini. Joan memberikan senyum terbaiknya terdengar puas, saat Aster setuju untuk kembali ke dalam aula.

Tiga puluh menit berlalu, ruangan acara mulai terlihat lengang, beberapa tamu terlihat sudah pulang. Aster kembali ke taman, dan melihat Joan yang masih duduk di kursi yang sama. Raut wajah Joan seakan mengatakan ia sedang tidak baik-baik saja, ia terluka.

Setelah membangun keberanian yang datang entah dari mana, Aster memutuskan berjalan perlahan mencoba mendekati

"kau mau minuman segar? bermain peran itu pasti melelahkan" Joan sedikit terkejut, Aster menyodorkan minuman dingin. Joan sesaat melihat ke sekitar, seakan takut ada yang mendengar.Aster tahu Joan menggunakan banyak energi untuk terus tersenyum hari ini.

"Tenang saja, terima kasih untuk sepatu ini" Aster tersenyum tulus.

Senyum samar Joan terlihat, "Aku suka senyummu", Ucap Joan sambil menggosok kepala Aster.

Sejak hari itu hubungan Joan dan Aster semakin dekat dan siapa menduga seiring berjalannya waktu penampilan Aster mengalami perubahan. Ia tumbuh menjadi sosok gadis dengan kulit coklat yang terlihat begitu segar, rambut ikal menjuntai penyempurna penampilannya.

Joan sudah memberi perubahan cukup besar untuk hidupnya. Aster memang memilih tinggal sendiri sejak ia memiliki kesempatan untuk meneruskan kuliah. Menjauh dari keluarga ternyata membuatnya lebih tenang.

Siapa sangka mereka semakin sering menghabiskan waktu bersama, entah pergi menonton, berbelanja, atau sekedar membersihkan Apartemen. hal itu terus berjalan hingga saat ini.

'Joan Calling..' Aster kembali tersadar, dan mengangkat telepon.

"Halo"

"tolong buka Pintu" suara Joan dari balik telepon

"buka pintu?" Aster masih mencoba mencerna, otaknya merespon sangat lama hari ini. Joan mengatakan bahwa ia sudah ada didepan pintu.

"Joan! Apa yang kau lakukan disini?!" Seketika saat pintu terbuka, Joan hanya memperlihatkan jejeran gigi rapinya

"aku ingin meyakinkan sesuatu"

"meyakinkan?" Aster tak sadar jika ia masih menempelkan ponsel pada telinga, Joan mengambil alih ponsel itu, sambil terus menatap Aster. Entah datang darimana suasana penuh keintiman ini?

Joan menarik pinggul Aster merapat, Aster tersentak karenanya,

"Joan saat ini kita sedang di lorong, tidakkah ini terlalu dekat? apa sebaiknya kita berbicara didalam" posisi mereka tanpa jarak, Joan seakan menyelam dalam bola mata coklat milik Aster.

"Maaf untuk tidak meminta izin mu, tapi aku benar-benar tidak bisa lagi menahan ini,"

Aster melihat warna mata Joan menggelap, ia tidak bodoh hanya untuk menyadari Joan tengah tergila-gila olehnya saat ini.

"Sejak Kapan?" hanya kalimat itu yang keluar seperti desahan, begitu sulit menghirup oksigen disaat seperti ini bagi Aster.

Joan tersenyum lembut , "Sejak, ku merasa tawamu adalah obat terbaik",

astaga tidak mungkin, yang benar saja?! kalimat itu yang terlintas dalam isi kepala Aster saat mendengarnya. Dengan susah payah Aster menelan liurnya sendiri.

"Mungkin aku terlambat dan caraku ini akan melukaimu. tapi aku rasa kamu sudah cukup dewasa untuk menghadapinya." Lanjut Joan

Nafas Joan terdengar memburu dan hangat terasa di sisi wajah Aster, setelah menyadari tidak ada jalan keluar dari situasi ini.

"Boleh?" suara Joan meminta izin terdengar lebih berat dan bergetar. bagai terhipnotis Aster menganggukkan kepalanya.

Joan menempelkan bibirnya, menekan lembut dengan sesekali terbuka dan membelai, terasa memabukkan untuk Aster. gerakan itu tiba-tiba berhenti.

"buka bibirmu perlahan Aster, coba ikuti sentuhan ku" Joan membimbing, ia mengingat dengan baik ini adalah kali pertama Aster melakukanya.

Aster mulai memahami konsep membalas sentuhan lembut antar bibir mereka, terlihat senyum puas di sela peraduan itu. Joan mendesak Aster untuk masuk ke dalam, dan menutup pintu dengan sebelah tangannya yang bebas.

Ciuman itu semakin panas dan bergairah, bahkan Joan mulai mengabsen deretan gigi Aster dengan lidahnya. Nafas mereka semakin berat, lengan Aster mulai bertumpu pada leher Joan. Ia merasa lemas, kakinya tak lagi dapat bertumpu dengan baik.

"sungguh professional, apa kau yakin ini pertama kali?" goda Joan di sela sesi mengambil nafas yang sudah mulai sesak.

"Kau meragukan ku?" Aster tak mau kalah.

Joan tertawa, "tertarik mengetahui sensasi selanjutnya?" ucapnya menggoda, tak perlu waktu lama Joan memperdalam ciumannya.

Aster cukup baik mengimbangi serangannya, hingga terdengar desahan diantara kecapan mereka berdua. Suasana semakin panas, Joan berusaha meninggalkan 'tanda' hak milik di leher jenjang Aster.

Aster jatuh semakin dalam kenikmatan yang Joan tawarkan. untuk seorang pemula Aster berhasil membangkitkan gairah tertinggi Joan, hanya dengan mengimbangi sentuhannya.

"Joan,aku..sesak" Aster coba mendapatkan oksigen.

Joan menghentikan kegiatan dengan nafas yang juga tak kalah berburu. Ia mengelus wajah Aster , membimbing untuk menatapnya.

"Kamu sungguh memabukkan Aster, bodohnya aku tidak memilikimu lebih cepat"

'Astaga Tuhan... jangan bangunkan aku dari mimpi ini' teriak Aster dalam hatinya.

Ada sedikit perubahan dalam cerita ini, semoga kalian semakin suka.

I tagged this book, come and support me with a thumbs up!

Qkye_Pawirocreators' thoughts