Setiap hari jam itu tetap sama ya.. segitu-gitu aja, namun yang di maksud baru atau berdeda adalah kegiatan atau hal yang belum pernah di jalani sebelumnya, bisa itu terjadi karena sudah di rencana jauh hari atau dadakan, atau bisa juga terpaksa menjalani atau.. hal yang di tunggu sudah lama, yang jelas tapi pasti semua waktu itu pasti berlalu akan menjadi pengalaman atau penghargaan untuk diri sendiri atau hanya sia-sia saja, bahkan ada pula yang menjadi penyesalan yang tak kunjung usai dalam hidupnya.
''Hari ini adalah hari libur yang tak terkira yeeeeeeee!!!" setelah ingat dari tidurnya bahwa hari ini tidak ada kelas untuk kuliahnya, dengan semangat Lifa untuk kembali tarik selimut lagi meski mentari sudah mulai tampak.
"Aaa..... Nyamannya.. hangatt."
sambil menghirup nafas lega dan mulai memejamkan matanya, dia berniat untuk tidur seharian saja. Namun ternyata tidak enak tidur melebihi jam dimana dia sudah biasa bangun, Lifa mencoba mencari kenyamanan membolak-balikkan badannya tapi tetap saja matanya tak bisa terpejam, rasanya justru semakin lelah berasa campur sumpek, niat hati ingin seharian bermimpi ternyata gagal.
"Haaaaghhhrr!! sumpek banget dech kalau kaya gini." Lifa langsung turun dari tempat tidurnya, dan keluar kamar dengan rambut yang bermodel amburadul, dia melihat kanan kiri yang sudah sepi.
"Waaaw kemana semuanya serasa aku doank yang masih hidup"
lalu dia melanjutkan langkahnya, berjalan cepat menuruni anak tangga adalah hal yang dia sukai, ternyata juga sama sepinya.
"Haalo pak..."
Panggil Lifa kepada supirnya yang sudah di Garasi dan terlihat sedang bersiap untuk pergi.
Supirnya pun membalas dengan melambaikan tangannya dan berjalan menuju pada nya.
"Iyaa Non ada apa? Panggil saya kah?"
"Enggak si.. kok tumben sepi banget emangnya pada kemana sich..?" tanya Lifa dengan melihat kanan kiri.
"Lho.. masa Non gak tau Ibu kan udah berangkat dari pagi, kalau noyn Ketryn baru aja pergi, Non Lifa gak kuliah?"
"Enggak Pak gak ada kelas tapi mau tidur doank malah udah gak bisa merem."
"Ooh gitu Non kenapa gak nonton tv saja Non?"
"Yaaelah.. nonton tv sendirian gini, males ah, anterin aku aja Pak, aku mau pergi aja"
ajak Lifa kepada supirnya.
"Ooh iyaaa Non" jawab supirnya dengan cepat . Mau ngomong kalau tidak bisa tapi juga bingung. Melihat supirnya seperti sedikit bingung Lifa bertanya,
"Kenapa gak mau..?" tanya Lifa menantangnya.
"Bukan gitu Non, ya sudah saya tunggu di sini silahkan Non Lifa berkemas dulu!" dan tanpa banyak berfikir Lifa langsung berjalan pergi dengan hanya ucapan. "Mmm!"
"Ayooo pak jalan sekarang!" ajak Lifa kepada supirnya dan sudah tampak kecantikannya. Ba' bidadari. Bibir nya yang mengkilau menambah betapa manis dirinya. Tapi supirnya terlihat bingung. Mengundang Lifa untuk bertanya lebih serius,
"Ada apa kok mukanya kaya gitu?" tanya Lifa yang sudah duduk manis di belakang nya.
"Enggak kok Non, jalan sekarang ya..." ucap supirnya dengan sedikit bingung.
Dan benar saja Mobil baru jalan, telfon Lifa berdering.
" iyaaa Ma.. halooo..." mendengar suara Lifa panggil (Ma) si supir kawatir gak jelas, dan benar saja ternyata.
"Mmmmm... Kenapa Pak kok gak ngomong kalau pagi ini Pak supir harus jemput Bibi'?" tanya Lifa dengan serius.
"Iyaa Non." hanya dengan satu ucapan kata singkat jawaban itu, Lifa juga paham pasti karena takut menolak perintahnya.
"Ya udah sekarang kita jemput Bibi' dulu aja pasti udah nungguin" ucap lilifa dengan segera. Mendengar kata itu hati supir sudah lega. Dan mereka langsung berangkat untuk menjemput Bibi'nya Lifa.
"Siap Non!, maaf saya tidak mau ngomong tadi tapi takut Non Lifa gak mau!"
"Ya udah gak pa-pa, udah tau kan dimana jemput nya?"
"Iyaa Non sudah" jawab supirnya dengan paham.
Sang supir pun turun karena sudah melihat si Bibi' yang terlihat lesu mungkin karena kelelahan menunggu.
" kok lama sekali Pak?" belum selesai ber-ucap si supir memberikan tanda untuk diam.
"Ssssss ada Non Lifa di dalam, sudah ayoo masuk duduk depan saja!"
Dan bibi'nya pun hanya mengangguk dan merasa tidak enak kalau saja Lifa memperhatikannya dari Mobil, yang sesungguhnya tentu saja tidak, Lifa sedang sibuk memperhatikan seorang gadis yang sepertinya pernah dia melihatnya, dan kali ini berhubung ingatannya sedang bagus dia bisa mengingat nya...
"Iyaa itu dia!.. dia yang waktu itu ku temui di tempat jualan pisang goreng dan dia yang kasih aku minum waktu aku pusing itu... hmmm kebetulan atau emang takdir yaa aku bisa ketemu lagi, mungkin ini karena aku belum mengucapkan terima kasih"
sambil mengingat-ingat kejadian waktu itu dalam hatinya. Jika saja dia tak menolong waktu itu entah apa jadinya hingga itu membuatnya melamun.
" dreeebbb" suara pintu Mobil yang menutup membuat Lifa tersadar dan kaget.
"Aaaduh.. Bikin kaget saja pak!"
"Maaf Non kaget ya?" tanya supirnya dengan menoleh ke belakang.
"Nanya lagi!"
"Iyaa Non maaf lagian Non Lifa kenapa ngelamun..?"
"Nanti kesurupan lhoo Non.." ucap Bibi'nya.
."Hus hus.. kesurupan emang nyon Lifa itu main kuda kepang"
supirnya yang mulai berani ngajak bercanda dan memang terdengar tawa tipisnya Lifa tapi supirnya tak berani menoleh.
"Maaf yaa Non itu bercanda"
ucap supirnya dengan penuh merendah,
"Udah santai aja gak pa-pa kok Pak aku itu lagi bingung banyak orang yang ku temui tapi ada satu orang yang bikin aku penasaran"
adu Lifa yang mulai curhat.
"Hmmmmmm siapa itu Non sepertinya orang itu sangat tampan dan baik hati." ucap Supirnya.
"Hhaha tampan dan baik hati gimana?" kata Lifa
"Yaa.. itu sampe bikin Non Lifa gak lupa dan penasaran, ngelamun lagi.Non..."
"Bukan Pak.. tapi dia itu cewek kok, tadi Pak supir liat gak?, anak cewek yang lagi di samping Mobil ini yang pake kemeja warna ungu...?" tanya Lifa
"Ooooh itu.. Yang rambutnya pendek jualan es teah itu Non"
"Hadech... bukan itu..!, itu ma... kaos bukan kemeja, yang tadi lagi di depan Pos pengiriman paket itu loh..."
"Hehehe gak liat Non, untungnya Non Lifa gak lagi pake kemeja ungu juga ya? kalau lagi pake kan pasti saya lihat."
"Apaan si... enggak lucu hahaha"
Karna takut Lifa marah supirnya mencoba mengalihkan perhatiannya dengan bertanya macam warna.
"Ooh kaya gitu ungu ya Non, lalu baju yang saya pake ini warna nya apa non?"
"Itu dongker biru tua Pak!"
"Oooh.. kirain ini warna ungu tua Non, kalau warna baju Non itu saya tau non.."
"Apa?!!?" jawab Lifa dengan cepat
"Itu warna suji"
"Warna suji... hhh gak ada lah warna suji, suci kali Pak tapi suci itu ya putih."
"Ooooh...suji itu lo.. daon buat bikin kelepon."
"Oooh.. itu.. hijau!" jawab Lifa
"Iyaa hijau"
"Bukan... lah.. ini itu.. warna biru bukan hijau"
"Piimkpimk.."
sang supir yang sengaja klacon agar di bukakan pintu pagarnya, Lifa hanya bersantai melihatnya.
"Kok gak ada yang buka pintu ya... oo.. iya kan aku yang bawa kuncinya ya..."
supirnya pun turun untuk membuka pintunya.
"Hadech..." sahut Lifa yang juga ikutan turun dari Mobil, dan langsung masuk rumah tapi ternyata sampai kamar hapenya tertinggal di mobil dan dia pun kembali turun untuk mengambil nya. sedang si supir dan bibinya menurun kan barang oleh-oleh dari kampung halaman.
"Banyak banget itu apaan?" tanya Lifa penasaran.
"Ini oleh-oleh buat Non Lifa dari kampung Non."
jawab bibi nya dengan lembut .
"Ooh... gitu ya udah bawa masuk aja!"
Lifa pun segera kembali ke kamarnya dengan cepat dan menelfon teman-temannya, dan mereka sedang ada si Rumah lebah (Rule.) Lifa pun segera menyusulnya dengan masih di antar supir.
"Dari mana aja lo.. hah?" ucap Sharyn yang menyapa Lifa yang baru saja sampai dan langsung duduk di sampingnya...
"Apa si baweeell banget" cetus Lifa
Melihat Tia yang sedang sibuk dengan hapenya Lifa mulai iseng untuk mengganggu nya.
"Eh.. putri dari bayangan.. eeh.. Kayangan gak capek apa ya hape mulu.. yang lu tiatin!"
Tapi Tia pun hanya bodo amat.
"Hahahaha"
Qia tertawa melihat mereka dan sebenernya Sharyn pun tertawa namun masih bisa dia tahan, tapi akhirnya pas semuanya diam suara tawa Sharyn terlepas.
"Siapa si yang ketawa?"
Tia yang mulai bersuara dan fokus melihat keadaan sekelilingnya.
"Gue ceritain yaa ma kalian dan pasti kalau kalian denger bisa ngakak abis hhhhhhh.. jadi tadi pagi itu aku udah tau kalau dia bangun terus ganti baju tapi tau nggak? yang dia pake baju apa? dia bangun masih dengan gaun semalem dan bangun cuci muka doank terus gantinya pake piyama.
Mendengar itu semua jadi tertawa terbahak terlebih Qia pun menceritakannya dengan tertawa-tawa dan nunjukin jarinya ke Tia melulu.
"Tapi elu gak kasih tau kalau itu udah pagi gitu... hhh" tanya Icha penasaran
"Yaa bodo amat lah, untungnya dia liat gue dari suara sepatu akhirnya dia nyadar coba.. Kalau enggak wkwkwkkk" jawab Qia dengan tertawa
"Eeh.. tapi gue tau ini tu.. enggak ada kelas.." kata Tia membela diri. Sementara yang lain masih menertawakannya.
Dan suara pintu utama terdengar karena ada orang masuk.
"Eh... Tante.." sapa Lifa kepada mamanya Tia Qia dan seketika juga suasana menjadi hening. Tia pun langsung duduk manis dan meletakkan ponselnya di meja.
"Siang Tante..." sapa mereka semuanya
"Selamat siang cantik"
"Tia sayank kok udah ke sini apa udah gak ngantuk hmmmm...?"
dengan lemah lembut dan memanjakan Tia di hadapan yang lainnya itu sudah hal yang biasa, kasih sayangnya begitu amat besar hingga cara memperlakukan Tia dan Qia layaknya anak umur Empat tahun.
"Tia sayank mau makan siang apa.. kita ke resto seberang yaa?" ajak mamanya
"Ma.. aku gak di ajak ngomong nie?" ucap Qia yang merasa iri, karena memang mamanya lebih memanjakan Tia daripada dirinya.
"Iyaa sayank sabar donk.. ya udah maunya makan di mana Mama ikut saja dech"
"Ma .. buah di kulkas tinggal dikit tu" adu Qia untuk mengalihkan perhatiannya yang sedang sibuk ngurusin Tia.
"Ooh iyaa kasian anak Mama mau makan buah yaa, Mama pesenin sekarang ok sayank" ucap mamanya dengan cepat
"Jadi.. Kita mau berangkat sekarang atau nanti yaa"
tanya Mamanya Tia kepada mereka berEnam tapi mereka jawab belum lapar dan masih ingin menikmati waktu saja.
"Yaa sudah Mama tunggu di depan saja ya,
ada temen lama juga mau mampir katanya, enggak enak kalau entar gak ketemu, ya udah yaa sayank Mama ke depan dulu jangan lupa nanti kalau buahnya sampai suruh Zweta buat cuci dan susun di kulkas yang rapi dan Mama juga udah pesenin"
Qia yang udah biasa dengan celoteh Mamanya yang panjang kali lebar kali tinggi langsung meng-iyakan pembicaraannya agar cepat selesai.
"Aaaaaaa.... ... iyaa ma... iyaa... pokoknya beres semuanya, ya udah Ma temui lah teman Mama itu ya..." suruh Qia yang sudah sumbek dan tidak ingin mendengar pesanan pesanan kata-kata dari Mamanya lebih banyak lagi.
Qia pun mengantarnya sampai halaman dengan sabar, mendengar pesan-pesannya.
"Ingat yaaa" ampun dech... Mama kamu itu tiap hari gak capek apa"
ujar Sharyn yang kian hari kian heran dengan cara orang tua Qia dan Tia menyayangi mereka. Mereka yang sudah Mahasiswi namun serasa melihat anak TK saja.