Dan ternyata dugaannya itu memang benar. Sedikit pun tidak salah. Baru delapan jurus ia mencecar si Ular Merah, tampak ia sudah berada dalam keadaan cukup terdesak.
Pedang lemas yang menjadi senjata andalannya tidak mampu memberikan banyak bantuan. Sebab jurus lawan selalu datang tanpa jeda.
Si Ular Hijau mulai kebingungan. Sekarang ia sedang mencari titik terang di dalam gelapnya serangan lawan.
Sementara itu, hujan masih mengguyur muka bumi. Bahkan masih deras seperti sebelumnya.
Pertarungan di tengah halaman warung arak itu semakin menegangkan. Apalagi pihak yang terlibat di dalamnya tidak ada yang mau mengalah.
Di satu sisi lain, melihat rekannya terdesak, si Ular Merah tentu saja tidak bisa berpangku tangan.
Ia membentak nyaring. Suaranya seolah-olah menyatu dengan guntur yang menggelegar. Sehingga menciptakan kesan tersendiri bagi siapa pun yang mendengarnya.
Tiba-tiba tiga lapis cahaya kehitaman tercipta. Ia sudah menerjang Pendekar Naga Putih dari sudut berlawanan.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com