webnovel

Langit dan Bumi: First love never die

Volume satu sudah TAMAT sampai bab 24 saja GRATIS!!! Langit adalah pemuda impian setiap gadis remaja masa kini. Tampan, orangtuanya yang berada, senyumannya yang mempesona, dan tingkahnya yang bisa dibilang baik, siapa tak tahu Langit ? sementara Bumi dengan kehidupan ekonomi keluarga yang sulit, kedua orangtuanya pun memutuskan menjadi tenaga kerja di luar negeri dan meninggalkan Bumi bersama kedua adiknya yang lain dengan situasi yang sulit..

Ayun_8947 · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
276 Chs

Memalukan

Max melempar pakaian yang telah dipersiapkan oleh Mamanya, dia tak mau memakai stelan seperti dahulu kali ini

" Ma, Max sudah besar, Max tak mau pakai dasi kupu kupu seperti ini, dan warna apa ini ! ambilkan warna hitam saja ! " pinta Max memaksa pada pelayan, dia menolak stelan rapi pilihan Mamanya

" Max.. kau kenapa ! tak biasanya kau memberontak mama ! " hardik Mama Max dengan nada tinggi

" ma, Max sudah tujuh belas tahun, bukan tujuh tahun ! aku cuma mau pakai yang warna hitam atau tidak sama sekali ! " ancam Max membuat wajah mamanya merah padam, wanita dengan sanggul tingginya itu jelas marah dengan penuh emosi

.

" Maximile !! jangan pernah berani membantah !! " teriak Mama murka, Max melempar pakaiannya dan pergi meninggalkan kamarnya dengan langkah kaki menyentak

" Max.. " susul Mama dengan nada yang kini sudah mereda, wanita separuh baya itu memegangi dadanya tak percaya akan sikap Max yang lain hari ini

" tantee.. " Mama membalikkan badannya mendengar panggilan di belakang punggung, dia menoleh dan mendapati seorang gadis berdiri di sana

" tante.. sepertinya tante harus tahu, Max jadi pembangkang dan nilainya merosot drastis " Mama mengerutkan alisnya tak percaya dengan kalimat serius gadis di hadapannya saat ini

" itu semua karena seorang gadis tan ! " lanjut gadis itu meyakin kan

" maksud mu ? " Mama Max masih tak mengerti arah pembicaraan gadis asing itu

" Max dan Langit merebutkan satu gadis, dan mereka selalu sibuk mengurusi gadis biasa itu, bahkan sekolahnya bukanlah sekelas sekolah kami, dia hanya gadis biasa yang centil dan pintar menggoda, hingga Max dan Langit menjadi buta dan terus mengejar ngejarnya.. " lanjut gadis itu membuat wajah Mama semakin penasaran

" siapa namanya ? " selidik mama

" aku tak tahu tante, yang pasti dia akan datang malam ini ke pesta Max, bisa jadi dia menjadi tamu spesial malam ini ! "

*****

Langit membukakan pintu Bumi membuat gadis itu merasa terlalu di istimewakan, setelah keluar Bumi membantu membukakan pintu Miya, wajah sahabatnya itu tidak terlihat senang

" waahh.. sob ! " Edo melambai sebelum menaiki tangga di teras rumah, tak lama berselang si pemilik rumah keluar Maximile Eduardo, senyuman nya yang ramah segera menyapa semuanya, Edo memperhatikan kedua gadis gandengan sobatnya itu

" hallo Miya, hai.. " mata Edo membulat mendapati gadis yang tampil beda di sebelah Langit

" Bumii.. " sapa Edo dengan suaranya yang melemah, mereka saling melempar senyum

Baru saja mereka mulai melangkah masuk, Max si tuan rumah menghampiri dengan suit nya yang lebih elegan kali ini, dia tak memakai perpaduan grey dan pink dengan dasi kupu kupu di lehernya, itu membuat Edo tersenyum takjub sambil menyikut pinggang sohibnya, sotak Max semakin salah tingkah

Telapak tangan Max langsung mengulur saat matanya menangkap wajah gadis cantik sudah berada di sini, dengan raut bimbang Bumi mengeryitkan dahi

" ayolah girl, kau tamu istimewanya hari ini " ujar Edo dengan lirikan mata ke arah Langit, shit man ! harusnya aku diam saja, sesal batin Edo mendapati wajah tegang Langit, Miya menatap uluran tangan Max yang tak kunjung di terima Bumi, garis itu meraut sinis

Miya berpindah tempat ke sebelah Langit, gadis itu meraih lengan Langit dan menggandengnya, sontak Langit terkejut dengan tingkah tak biasa Miya

" ayo kita masuk ! " ketus Miya, kalau sudah begini, mau tak mau Bumi harus menerima uluran tangan Max, mereka berjalan memasuki teras rumah meninggalkan Edo di belakang mereka

" Diiinn !! " teriak Edo menyadari ada seorang gadis lagi yang dia kenal, temannya itu berdiri di depan pintu dengan tangan bersidekap di dada, Edo segera menghampiri Dini yang sepertinya nganggur sama seperti diri nya, mereka berdua ikut bergabung menuju ruang samping yang sudah ramai

Dini melirik sinis melihat kedatangan Bumi yang disambut uluran tangan Max, tapi matanya kian membulat saat Miya neraih lengan Langit dan menggandeng mesra gebetannya itu

Dini baru saja memajukan kakinya saat dua pasangan itu akan melintasi keberadaanya, setidaknya dia akan membuat gadis yang meraih tangan Langit itu malu malam ini, sayangnya panggilan Edo membuyarkan rencana piciknya, dia terpaksa mengukir senyum dan ikut melangkah masuk bersama wakil OSIS nya itu

Mata tante Eduardo berkilat saat mendapati anak kesayangannya menyambut kedatangan seorang gadis di depan sana

" hah, apa itu ! " celetuk tante Eduardo mendekati jendela depan, dia tak percaya anak kecilnya itu sudah berani menggandeng wanita kini, alisnya berjingkrak tak suka

Mc membuka acara malam ini dengan sambutan meriah, tamu undangan terdiri dari teman sekolah les dan kegiatan lain Max datang malam ini tapi tak ada yang spesial melainkan seorang gadis yang brdiri cangguh tak jauh dari tempatnya berdiri, dan sekarang gadia itu perlahan tenggelam bersembunyi dari balik punggung tamu lainnya, dia tak percaya diri.

Max tersenyum bahagia mengingat Bumi ada d pesta ini malam ini, sudah lama dia ingin bertemu dan sedikit berbagi cerita, sebetulnya mereka berdua belum pernah mengobrol lama bahkan belum bertemu lagi setelah acara singkat Bunga hari itu, mengingat Bunga, Max bahkan tak mengundang dia malam ini ! yang dia ingat hanya Bumi saja

Max sedang mengucapkan prakata di hari spesialnya, tapi nyonya rumah tak begitu menghiraukan, matanya hanya menatap sinis ke arah Bumi, dia tak menyukai tampilan gadis sederhana ini di pestanya

" dia memakai gaun mahal tapi tanpa perhiasan, dia menggunakan sepatu branded tapi langkah kakinya jelas tak nyaman, apa dia meminjamnya untuk menjebak anak ku ? " batin nyonya rumah menduga buruk pada Bumi

" sedikit pun gadis ini tak pantas untuk Max " gusar nyonya Eduardo kesal

Dini melirik sinis ke arah Miya yang sudah melepas gandengannya, kini Langit mendampingi Max di depan sana, dan gadis itu mencoba beberapa sajian yang tersedia, Miya melangkah mendekati Bumi yang sedikit menjauh menutup diri di belakang tamu lainnya

Dini meraih segelas minuman berwarna merah, mungkin sari buah, entahlah ! dia berjalan ke arah Miya yang hanya fokus ke arah Bumi, Miya kesal dengan kedekatan Langit dan Bumi di belakang punggungnya, dia akan mencari keterangan jelas dari mulut Bumi malam ini

Sebelum Miya sampai pada posisi Bumi, nyonya rumah sudah lebih dulu meminta perhatian Bumi, gadis itu tersenyum sopan tapi tidak dengan balasan di wajah mama Max, wanita itu meraut dengki

" apa kau wanita yang membuat anakku berubah buruk ! " tuding nyonya rumah tanpa tedeng aling aling, sontak Bumi terkejut

" kau membuat anakku berani berontak ! kau yang mengajarinya kan ! " sinis nyonya Eduardo menatap dari ujung rambut hingga ujung kaki Bumi, wanita itu menghardik kasar dengan ujung jarinya, dia mendorong bahu Bumi membuat gadis itu tersentak tak percaya

" jangan berani dekati anakku, jalang ! " ketus mama Max dengan wajah sangarnya, Bumi hanya bisa terdiam mendengar makian barusan

" kau tak pantas untuk Max, kau tak pantas berada di sisi Maximile, kau hanya.. " mata nyonya itu semakin cepat menyapu penampilan Bumi

" sampah !! " wajah Bumi seketika menegang, dia tak menyangka akan mendapat kata kata buruk di sini, kata kata yang menyadarkan akan keberadaan dirinya, akan kenyataan siapa dirinya! Bumi tersadar.. air matanya pun terjatuh

Miya tak percaya mendengar kalimat dari nyonya rumah, walau dia sedang jengkel pada Bumi, tapi mendengar hinaan seperti itu juga tak bisa di biarkan, Miya melangkah cepat mendekati posisi Bumi dan nyonya rumah

" cepat tinggalkan rumah ku ! " ketus nyonya rumah menunjuk jalan keluar, saat ini tamu sedang menikmati acara pesta, mereka bertepuk tangan mendengar salam terakhir dari sambutan panjang Max, mereka tak peduli dengan perdebatan di belakang sana

Miya menerobos bahu yang menghalangi Bumi dan nyonya rumah, dia menarik tangan Bumi menjauhi nyonya sombong itu, Miya membalas tatapan murka nyonya besar itu, tapi dia tak peduli, dia akan membawa Bumi keluar dari sini, begitulah pikir Miya

Miya menarik tangan Bumi dan lekas meninggalkan wajah kesal si tuan rumah, Bumi hanya bisa menuruti langkah Miya dengan tundukannya yang dalam, dia merasa malu

BYUUURRR !!

Siraman gelas dari tangan Dini tepat mengenai wajah Bumi, dia hendak menyiram wajah Miya tapi gadis itu berjalan terlalu cepat, hingga gadis yang dia tarik yang menjadi sasaran

Semua melongo tak percaya melihat kejadian tak menyenangkan yang seketika menjadi hiburan di acara ini, Bumi menyeka minuman yang membuat wajahnya basah, Miya menunjuk Dini kasar, gadis itu murka dengan kelakuan buruk orang orang di sini pada temannya Bumi

" kau ! apa yang kau lakukan ! " kesal Miya mendorong badan Dini kesal, gadis itu terhentak dengan dorongan kasar Miya, dia mulai hilang keseimbangan karena heel nya yang tinggi

" Aaaahhhhh !! " Dini tak mau malu sendirian dia menarik tangan Miya yang berusaha menolak pegangan gadis asing itu, tapi sudah terlanjur, tangan Dini yang menarik lengan Miya, dan tangan Miya yang masih menggenggam erat pergelangan tangan Bumi

Ketiga gadis itu jatuh tercebur ke dalam kolam renang, semua sontak terkejut dan ternganga, Max melotot tak percaya dengan apa yang terjadi, nyonya rumah menutup matanya tak percaya

Langit segera terjun ke kolam dia mencari gadis yang tak lain adalah Bumi, pemuda itu segera bangkit dari kolam dan membantu ketiga nya naik

Dengan cepat Langit membuka jas nya dan memberikan pada Bumi, Max yang lebih dulu membuka jas nya hanya bingung harus memberikan pada siapa, Dini meraih jas Max dan memakainya, Edo melepas jas nya dan merangkul bahu Miya, dia membimbing gadis itu untuk keluar dari rumah mewah ini, mereka jadi tontonan tamu lainnya dan hanya tertunduk malu

Bumi melangkah cepat dengan cucuran air dari dressnya, dia hanya ingin segera pulang, Langit mengikuti langkah Bumi dari belakang, keduanya basah kuyup