webnovel

LAKUNA; ruang kosong, bagian yang hilang

Warning! +21 mengandung konten dewasa dan kekerasan, harap bijak dalam memilih bacaan. Liam Sadawira Prihadi Yang orang lain lihat dari dirinya: Seorang pengusaha muda dan sukses berusia 31 tahun yang ditakuti kawan maupun lawan bisnisnya. Yang orang lain tidak ketahui dari dirinya: Merupakan anak hasil perselingkuhan Ayahnya, Narendra dengan wanita dari club malam, menjadi penerus bisnis keluarga Prihadi karena istri sah Narendra tidak bisa memberikan keturunan. Naraya Neena Paradina Yang orang lain lihat dari dirinya: Seorang wanita muda berusia 17 tahun yang kehilangan penghlihatannya. Yang orang lain tidak ketahui dari dirinya: Naraya kehilangan penglihatannya bersamaan dengan ayah dan ibunya karena kecelakaan 10 tahun lalu. ************** Takdir mempertemukan mereka dalam sebuah pernikahan yang tidak diinginkan keduanya. Bagaimana Naraya menghadapi sikap dingin Liam pada dirinya? Belum lagi dengan kehadiran Gayatri, cinta pertama Liam, yang menambah rumit keadaan. Bagaimana sikap Liam saat ia mengetahui bahwa dirinyalah pelaku penabrakan yang telah membuat Naraya kehilangan penghlihatannya dan kedua orang tuanya? ************** “Pernikahan ini hanya akan berlangsung selama setahun, lalu kamu akan mendapatkan 15% saham dari perusahaan keluarga Prihadi.” Liam meletakkan MOU tersebut ke pangkuan Naraya. “Kamu bisa meminta Raka, assistant pribadiku untuk membacakannya.” Naraya terdiam, ia berusaha agar airmatanya tidak jatuh menanggapi sikap dingin Liam. “Tidak perlu.” Sergahnya. “Aku akan langsung menandatanganinya.” ************** Updated schedule: 2 chapters/hari. jam: 13.00 wib & 16.00 wib. ************** Meet me on instagram: Jikan_yo_tomare (let’s have a chat! ((^O^))

jikanyotomare · Fantasi
Peringkat tidak cukup
78 Chs

ERANGAN KESAL DARI BALIK SELIMUT

Naraya terbangun karena cahaya matahari yang jatuh di matanya, tanpa terasa dia tertidur sampai matahari sudah tinggi.

Mungkin karena kelelahan yang ia rasakan di malam sebelumnya, hingga ia tertidur begitu lama. Ini merupakan kali pertamanya Naraya tertidur begitu pulas di tempat asing yang bukan merupakan kamarnya sendiri.

Biasanya, mbak Minah akan membangunkan Naraya apabila gadis tersebut belum bangun ketika dia datang, dan karena kini tidak ada yang membangunkannya, jadi Naraya bahkan tidak menyadari kalau hari sudah beranjak siang.

Sebetulnya bukan hanya cahaya matahari yang membuatnya terbangun, tapi suara panggilan telepon dari ponsel yang berdering, yang terletak tidak jauh dari telinganyalah yang membuat Naraya terbangun.

Saat Naraya terduduk, memori mengenai kejadian kemarin segera membanjiri ingatannya dan hal terakhir yang Naraya ingat adalah dia tertidur karena kelelahan menangis.

Untungnya, Naraya sudah berganti baju dengan memakai kaos yang di berikan Liam padanya, kaos ini benar- benar milik pria itu, karena samar- samar Naraya dapat mencium bau khasnya yang masih menempel di pakaian yang ia kenakan.

Bukannya Naraya tidak menyukainya, justru sebaliknya.

Tapi, saat kesadaran Naraya semakin jelas dan ia mulai inderanya mulai bekerja, Naraya merasakan ada seseorang di dekatnya, begitu dekat hingga Naraya dapat mendengar dengkuran halus dari bibirnya.

Dengan dahi berkerut, Naraya secara perlahan mengulurkan tangannya ke arah datangnya suara tersebut dan menyentuh rambut halus seorang pria.

Untuk sesaat Naraya tertegun dan tangannya membeku, tidak mampu bergerak. Tapi kemudian dia menyadari kalau pria yang tengah tertidur di sebelahnya adalah Liam.

Naraya bingung apa yang harus dia lakukan sementara tangannya masih berada beberapa senti dari rambut Liam.

Bukan merupakan sebuah pertanyaan kalau Liam berada di dalam kamar ini, karena ini memang merupakan kamarnya, menurut asumsi Naraya, dan Liam terlalu sombong untuk tidur di sofa.

Pemikiran ini membuat Naraya tertegun.

Mengapa dia bisa begitu pengertian pada Liam? Bukankah seharusnya dia berteriak karena terkejut mendapati dirinya telah tidur di ranjang yang sama dengan seorang pria?

Naraya memang terkejut, tapi itu tidak sampai membuat dirinya berteriak dan membangunkan Liam.

Bukankah akan sangat canggung nantinya kalau Liam terbangun?

Perlahan, Naraya menarik tangannya dari rambut Liam dan kembali merebahkan tubuhnya ke atas kasur, berpura- pura tidur kembali.

Biarkan Liam yang terbangun lebih dulu, dia pasti butuh pergi ke kantor, setelah dia pergi, barulah Naraya akan menjelajah isi rumah ini.

5 menit…

10 menit…

Liam masih belum juga terbangun walaupun suara panggilan di ponselnya terus berdering.

Naraya jadi bertanya- tanya, apakah Liam memang tipe yang susah untuk bangun? Bagaimana mungkin dia tidur begitu pulas?

Pelan- pelan, Naraya membalikkan tubuhnya dan menghadap Liam.

Naraya dapat merasakan kalau dia berada begitu dekat dengan Liam hingga ia dapat mendengar suara nafasnya yang terasa berat, menandakan kalau ia masih tertidur dengan pulas, tidak menyadari sekitarnya sama sekali apalagi suara dering ponselnya yang tidak berhenti.

Tentu saja Naraya tidak berani mengangkat panggilan telepon tersebut, jadi dia membiarkannya begitu saja.

Dan lagi ada hal lain yang membuat Naraya penasaran.

Selama hidupnya, selain kakek, om Dirga dan Angga, tidak ada lelaki lain yang pernah dekat dengannya, walaupun om Dirga dan Angga tidak bisa dikatakan dekat dengan Naraya, dan hubungan Naraya dan kakek yang selalu memanjakannya tidak bisa di bandingkan dengan situasi yang dihadapi Naraya dengan Liam saat ini…

Lagi, hal ini justru membuat rasa penasaran Naraya semakin membuncah.

Perlahan… sangat perlahan dan hati- hati… Naraya mengulurkan tangannya, menyentuhkan ujung jarinya ke wajah Liam yang tertidur.

Kemudian Naraya tertegun saat mendengar detak jantungnya yang berpacu dengan cepat. Ia ingin tahu bagaimana rasanya menyentuh wajah seorang pria…

Dan Naraya kembali menelusuri rahang Liam dengan jari telunjuknya.

Rahang pria itu sangat tegas, menunjukkan kalau dia adalah pribadi yang keras.

Karena Naraya tidak bisa melihat wajah Liam dengan matanya, oleh karena itu, dia mencoba melihatnya dengan menggunakan sentuhan.

Seandainya Liam sadar, sudah pasti kesempatan langka seperti ini tidak akan pernah terjadi. Mana mungkin pria se sombong dan se arogan Liam akan membiarkan gadis seperti Naraya menyentuh wajahnya?

Naraya merupakan gadis remaja normal yang memiliki keingintahuan lebih akan lawan jenisnya dan karena kekurangannya, dia tidak seberuntung teman- temannya yang lain yang sudah pernah memiliki kekasih atau pergi berkencan, bergandengan tangan ataupun menonton film bersama…

Ugh! Naraya harus menghapus pikiran terakhirnya.

Tapi, setidaknya Naraya ingin tahu seperti apa wajah Liam. Apakah dia setampan itu hingga dia bisa menjadi sangat sombong, membanggakan diri kalau dia mampu bergonta- ganti wanita di setiap minggunya?

Bukannya wanita- wanita itu hanya berada di sekitar Liam karena meraka menginginkan uangnya saja? Bagaimana Naraya bisa tahu kalau Liam ternyata adalah pria buruk rupa?

Tapi, setelah sesaat Naraya menjelajahi wajah Liam dengan ujung jemarinya, Naraya mulai menyadari dan yakin kalau Liam bukan tipe pria yang mengandalkan uang saja, tapi dia memiliki asset wajah yang luar biasa.

Melalui sentuhannya, Naraya dapat merasakan alis Liam yang tebal, bulu matanya yang panjang dan hidungnya yang tinggi proporsional.

Rahang Liam yang kuat mencirikan bahwa pria tersebut memiliki contour wajah yang sangat baik. Dan bibirnya…

Walaupun Liam seorang pria, tapi bibirnya yang penuh terasa halus di ujung jari Naraya.

Apakah Liam juga menggunakan lip balm? Naraya mulai berpikir yang tidak- tidak, kemudian dia menyentuh bibirnya sendiri yang terasa kasar.

Bagaimana mungkin bibir Liam lebih halus daripada bibirnya? Dan juga kulitnya…

Orang kaya memang berbeda…

Naraya menghela nafas dengan berat.

"Aku tidak tahu kalau kamu setertarik itu menyentuhku." Suara serak itu terdengar begitu dekat.

"Eh?" Dalam seketika, otak Naraya membeku begitu pun jarinya yang berada di bibir Liam dan merasakan gerakan dari bibirnya tersebut saat ia berkata.

"Lain kali lakukan saat aku terbangun." Liam berkata sambil mengecup ujung hidung Naraya dan berkata dengan suara yang menahan tawa karena melihat ekspresi shock gadis remaja di hadapannya. "Selamat pagi."

"Aarrggghh!!" Naraya segera berusaha menghindari Liam setelah ciuman pria itu mendarat di ujung hidungnya.

Naraya sangat malu karena tertangkap basah akan apa yang tengah dia lakukan, Naraya bahkan tidak menyadari kapan Liam terbangun.

Ia segera menarik selimut dan menutupi seluruh tubuhnya karena rasa malu yang tidak tertahankan, kali ini Naraya benar- benar ingin menangis karena tindakan bodoh yang di lakukannya barusan.

"Berhenti berteriak." Liam menggumam sambil turun dari tempat tidurnya. "Kamu bukan anak- anak lagi, wajar kalau kamu memiliki rasa penasaran terhadap lawan jenismu." Katanya dengan tenang sambil berjalan menuju kamar mandi.

"Ini pertama kalinya aku menyentuh pria!" Naraya berteriak dengan putus asa dari balik selimut, rasa malunya benar- benar membuatnya seperti ingin mati.

"Congratulation. Kamu juga perempuan pertama yang menghabiskan malam di ranjangku tanpa kita melakukan kegiatan menyenangkan apapun selain tidur." Liam tertawa geli saat ia mendengar erangan kesal dari balik selimut.