sepeninggalan Tarno dan Laguna, Sumi kembali ke dalam rumah untuk melaksanakan tugas sehari hari ibu rumah tangga. Menyapu, Mengepel, mencuci pakaian, menyetrika pakaian . Semua dikerjakannya dengan senang hati. Semua dilakukan Sumi dengan cepat dan efisien hasil dari bertahun tahun menjalankan peran ibu rumah tangga. " Yuuurrrr... sayurrrr.." teriak Mbok Inah penjual sayur yang selalu datang tiap pagi tanpa pernah absen kecuali kalau sedang pulang kampung. Dulu mbok Inah jualan sayur menggunakan bakul, lalu berganti menjadi gerobak, saat ini masih menggunakan gerobak, hanya saja saat ini bukan dirinya lagi yang menarik gerobak melainkan sebuah sepeda motor yang sudah dimodifikasi sehingga menempel dengan gerobak. Mbok Inah sangat senang bila sudah berkumpul dengan ibu ibu tetangga Sumi, karena dari sinilah sumber semua gosip yang ada. Apalagi kalau mbok Arti ikutan membeli sayur, pasti dagangannya semakin laris dan cepat habis, karena semakin banyak ibu ibu yang berkumpul untuk mendengarkan gosip Mbok Arti. Tak terkecuali pagi ini. Cepat cepat Sumi menaruh gagang sapu dan pengki yang dipegangnya, mencuci tangan dan menyambar dompet belanjanya lalu keluar rumah menuju Mbok Inah yang menunggu dengan gerobak dagangannya. Beberapa Ibu ibu tetangga sudah mendahuluinya, termasuk mbok Arti. Saat ini terlihat Mbok Arti tengah memberikan gosip terbaru dengan semangat berapi api, tetapi begitu Sumi sampai ke dekat mereka seketika itu semuanya terdiam, bahkan mbok Arti terlihat salah tingkah. Merasakan suasana tak enak , Sumi hanya berbelanja seperlunya saja dengan cepat. lalu pergi lagi, baru beberapa langkah menjauhi kerumunan Mbok Inah, suara dengung seperti lebah kembali terdengar, tanda gosipnya aktif kembali dijalankan. Sumi berpikir keras, dengan kening berkerut ia menoleh ke arah mbok Arti yang sedang semangat berbicara. ada rasa sakit di dadanya melihat teman yang biasanya bergosip bersama sekarang tidak mengikut sertakan dirinya. Sumi membuang muka lalu berbalik dan masuk ke rumah dan melanjutkan pekerjaan yang tengah dikerjakan sebelum Mbok Inah datang.
Ketika Sumi sedang asik menjemur pakaian, tiba tiba ia dikejutkan dengan panggilan dari mbok Arti, "Suumm..Sumiiii, lagi dibelakang ya?" Saking sering bertandang, Mbok Arti jarang mengetuk pintu rumah Sumi dan langsung saja masuk tanpa permisi. Sumi hanya melongok dari balik kain yang sedang dijemurnya, "Iya, lagi jemur, ada apa teriak teriak? sudah selesai gosip dengan mbok Inah dan yang lainnya?" jawab Sumi ketus. "iiihh.. Sumi jangan marah dong, maaf ya, tadi aku tidak mengajakmu ikutan gosipnya, soalnya gosipnya tentang Laguna, nanti kamu marah kalau kami ketahuan membicarakan Laguna." jawab mbok Arti. " Ya pastilah marah, nenek mana yang tidak marah kalau cucunya jadi bahan gosip? memang gosipnya tentang apa? Laguna kan tidak berbuat macam macam? kenapa bisa jadi bahan gosip?" selidik Sumi.
" Mm.. ini bukan gosip sih, jadi kabarnya Laguna akan dijodohkan dengan Satriyo anaknya pak Suban. beneran kan Sum? kamu kok gak bilang bilang aku kalau Laguna dilamar?"tanya Mbok Arti. "hah? tau dari mana kamu?" selidik Sumi. " dari Bu Ilah, istri pak Kades, Bu Ilah dapat langsung dari Bu Aminah istri pak Suban." kata Mbok Arti polos. Sumi mengerutkan kening kembali. Cepat sekali beritanya menyebar, pikirnya. " Lalu reaksi Aminah bagaimana? kamu kan tahu teman kita yang satu itu agak tinggi hati dari dulu, aku juga kaget ketika pak Suban bilang ke Tarno akan menjodohkan Satriyo dengan Laguna, cucuku memang cantik, tapi dia bisu. Aminah biasanya tidak mau menerima kekurangan fisik seperti itu." kata Sumi. " wah, jadi benar Sum, kok ga bilang bilang sih.. Eh tapi bener loh Sum, si Aminah sepertinya tidak suka dengan rencana pak Suban. Dia sebenarnya tidak rela anaknya dipasangkan dengan gadis bisu. tapi mau gimana lagi Satriyo sendiri yang memilih Laguna dan tidak mau yang lain." kata Mbok Arti. Sumi terkejut, ia baru tahu bahwa Satriyo sendiri yang memilih Laguna, semalam dari cerita Tarno, Sumi kira pak Suban lah yang memilih Laguna untuk Satriyo. "Oh begitu, aku juga baru tahu semalam Ti, Laguna saja masih kaget." jawab Sumi pendek. " Oya, lalu Bagaimana, apakah Laguna bersedia? " tanya Mbok Arti penasaran. " Belum tau, masih dipikirkan, kalau aku terserah Laguna saja baiknya bagaimana." jawab Sumi. "waah sayang loh Sum, dapat jodoh kayak Satriyo langkaaaa. Kalau Laguna gak mau, buat cucuku saja, si Lia. " kata Mbok Arti. " huss, Lia kan masih 15 tahun, masih kecil Ti" kata Sumi. " ya kan bisa tunggu 3-4 tahun lagi" kata mbok Arti sambil cengengesan. " Sudah, aku mau beres beres lagi, kamu jangan membicarakan Laguna lagi ya, aku tidak mau dia terbebani nanti." ancam Sumi. " Okee" kata Mbok Arti sambil membuat tanda Ok dengan jarinya, dalam hati ia hanya berkata" semua orang sudah kukasih tau kok, aku tidak usah berbicara apa apa lagi" dan mbok Arti pun berjalan pulang menuju rumahnya. Sumi hanya geleng geleng kepala, melihat Mbok Arti pulang ke rumah artinya seluruh desa sudah tahu mengenai Satriyo dan Laguna. Mbok Arti pantang pulang sebelum semua orang mendengar ceritanya. Sumi hanya mendesah lalu mengangkut keranjang cucian yang sudah kosong masuk ke dalam rumah. Sebentar lagi ia akan mulai memasak untuk makan siang suaminya dan cucunya. Tapi rasanya badannya lelah, Sumi pun merebahkan diri di kursi panjang dan beristirahat sejenak sebelum mulai memasak.
Sementara itu di toko kerajinan tangan milik Laguna, Laguna sedang melayani beberapa turis asing yang melihat lihat karya tangan Laguna. Dengan kertas dan pena di tangan Laguna sigap melayani pertanyaan pertanyaan yang ditanyakan turis turis tersebut. Pagi ini banyak turis turis asing yang berkeliaran di desa mereka, akhir Minggu ini akan diadakan turnamen papan selancar, beberapa peselancar berpengalaman baik dari dalam maupun luar negeri berdatangan untuk mengikuti turnamen tersebut. Beberapa bahkan sudah mulai datang hari ini untuk berlatih. Tentu saja hal ini membawa dampak positif bagi seluruh masyarakat desa, merekapun mengerahkan tenaga dan upaya mereka untuk menarik wisatawan datang ke toko atau hotel dan penginapan yang sudah disediakan. Karena itu Laguna lumayan sibuk pagi ini. Saking sibuknya dengan pelanggan Laguna tidak memperhatikan dua orang yang sedang memperhatikan dirinya dari luar toko. Baru ketika para turis turis tersebut keluar dari toko dengan membawa kantong belanjaan, kedua orang tersebut masuk dan melihat Laguna sedang mengatur kembali pajangan kerajinan tangannya di etalase. Ketika mendengar kedua orang tersebut datang Laguna langsung mendongakkan kepala, senyum selamat datang untuk menyambut tamu yang sudah tersungging di bibirnya sedikit menurun karena kaget. cepat cepat ia tersenyum kembali dan memberikan isyarat selamat datang pada Satriyo dan ibunya. Dia tau Satriyo masih mengingat bahasa isyarat, sedangkan ibunya menunggu pasti akan diterjemahkan oleh Satriyo.
" Selamat pagi Laguna, lama tidak berjumpa, kulihat kamu baik baik saja, dan tokomu ini laris manis rupanya, dari tadi kami lihat dari luar toko ini sibuk sekali." kata Satriyo. 'Terimakasih kak, untungnya turis senang dengan kerajinan tanganku, lumayan buat menambah penghasilan.' jelas Laguna dengan bahasa isyarat yang diterjemahkan oleh Satriyo untuk ibunya. 'Tumben mampir kemari, mau mencari sesuatu kah, ada yang bisa saya bantu? ' sambung Laguna lagi. " Selalu to the point seperti biasanya, belum berubah kamu Laguna." kata Satriyo sambil tersenyum, "Kami hanya mampir melihat keadaanmu Laguna, sudah lama kita tidak pernah bersilahturahmi, padahal dulu kita dekat sekali. Kuharap kamu sudah mendengar rencana Ayah untuk kita, kemarin Ayahku sudah bicara dengan kakekmu." sambung Satrio. 'Benar, semalam kakek sudah memberitahuku, tapi Laguna butuh waktu untuk memikirkannya.' jawab Laguna dengan isyarat tangannya. Ketika Satriyo menerjemahkan bahasa isyarat Laguna pada ibunya, ibunya langsung berteriak marah, "Apalagi yang harus dipikirkan Laguna, kamu ini gadis bisu, belum tentu ada orang lain yang mau melamar kamu, Sudah bagus anakku ini masih mau sama kamu. Pakai dipikir pikir segala! "
Laguna melongo kaget, dan sempat terdiam sejenak. "Ibu, sabar dulu lah" bisik Satriyo pada ibunya. " Sabar bagaimana Satriyoo.. anak ini tidak sadar dirinya kejatuhan durian runtuh. Bukannya ditangkap, malah masih mikir mikir!" omel Aminah. " Ya tetap harus dipikirkan dong Bu, kan menyangkut masa depan Laguna dan keluarganya. Benar kan Laguna?" kata Satriyo menenangkan ibunya. Aminah hanya melengos. " Begini saja Laguna, tadinya kamu mau kuajak makan siang bersama, tetapi sepertinya urusan saya masih belum selesai, bagaimana kalau pulang nanti aku jemput?" tanya Satriyo. 'Boleh, jemput saya pukul 5' jawab Laguna. " Baiklah, sampai ketemu nanti sore Laguna." kata Satriyo sambil menarik ibunya yang masih melotot pada Laguna keluar dari tokonya.
Setelah keduanya pergi, Laguna menghembuskan nafas lega. Sebenarnya dia juga tidak mau dijemput oleh Satrio, tetapi tidak mungkin juga mengelak. Laguna tidak mempunyai alasan dan desa mereka juga tidak terlalu besar, semua orang mengenal orang lain, sulit untuk berbohong disini. Laguna hanya pasrah saja, perkataan Aminah sebenarnya membuat sakit hati, tetapi Laguna tidak mempunyai waktu untuk memikirkan perkataan Aminah, karena saat itu tokonya kedatangan rombongan turis selanjutnya. Laguna pun mencurahkan perhatian dan kemampuannya untuk melariskan dagangannya.
Menjelang siang hari, kakeknya datang ke toko Laguna, Laguna masih melayani satu dua pembeli yang masih tersisa sebelum jam makan siang mulai. Tarno pun dengan sigap membantu Laguna meladeni pembeli. Lewat tengah hari para pembeli sudah mulai menipis, turis dalam dan luar negeri saat ini sedang mencari restoran atau kedai terdekat untuk mengisi perut mereka. Perut Laguna juga sudah mulai keroncongan. 'Istirahat dulu kek, hari ini melelahkan, banyak pembeli turis asing' kata Laguna sambil tersenyum gembira karena dagangannya laris manis. "Iya, kakek senang kalau dagangannya laku begini. kamu memang berbakat cucuku. Ngomong ngomong, nenekmu mana ya.. kakek sudah mulai lapar. " kata kakek sambil mengelus perutnya. 'Tidak tahu kek, tumben nenek terlambat. Semoga tidak terjadi apa apa di rumah.' kata Laguna sambil melihat ke arah luar tokonya.
Tak lama kemudian terlihat Sumi berlari lari kecil sambil membawa rantang dan memasuki toko Laguna. " hadduuhh.. maafkan nenek terlambat, nenek tadi lelah sekali dan ketiduran, tau tau sudah siang. Nenek langsung buru buru masak dan berangkat kemari." kata Sumi merasa bersalah. 'tidak apa apa nek, yang penting nenek sudah datang, Laguna kira nenek kenapa kenapa di rumah?' kata Laguna. Tidak, tidak ada apa apa.. hanya..ah sudahlah, ayo kita makan dulu, nanti nenek ceritakan."kata Sumi sambil mengeluarkan makanan dari rantang yang dibawanya. Lalu merekapun mulai makan siang. Sambil makan Sumi pun menceritakan soal gosip yang didengarnya pagi ini dari mbok Arti, bahwa satu desa sudah mendengar soal perjodohan Laguna dan Satriyo. Tarno sudah tidak kaget satu desa sudah tahu bila sumber gosipnya mbok Arti. Lalu Laguna juga menceritakan kedatangan Satriyo dan Aminah ke tokonya. Bagaimana sikap Aminah yang tersinggung karena Laguna masih belum memberi jawaban dan ajakan Satriyo untuk pulang bersama nanti sore. Sumi dan Tarno agak kesal dengan Aminah mendengar cerita Laguna. Lalu Sumi pun menceritakan bahwa Aminah memang agak tidak setuju tetapi tidak berkutik melawan Satriyo karena memang Satriyo yang memilih Laguna. Laguna terkejut, dan dalam hati bertanya tanya, apakah selama ini Satriyo juga mempunyai perasaan terhadapnya? tetapi Satriyo terlihat sangat memuja istrinya sejak pacaran hingga menikah, bahkan terlihat sangat terluka dan menderita ketika istrinya menghilang di telan lautan. Laguna menjadi lebih bingung lagi, ditambah pula dengan sikap Aminah yang tidramah kepadanya, membuat nyalinya lebih ciut lagi. " Sudahlah, jangan jadikan beban Laguna, Jalani saja dulu, lihat saja dulu nanti sore bagaimana. Dulu waktu kamu masih kecil kalian pernah dekat, coba saja apakah kalian bisa dekat lagi atau tidak. Pernikahan itu bukan mainan, jadi memang harus dipikirkan matang matang. Berdoalah pada Yang Diatas Laguna. " saran Tarno pada Laguna ketika makanan sudah habis mereka sikat. Laguna mengangguk lalu membantu Sumi membereskan bekas makanan diatas meja. "Baiklah, Kakek akan pulang dengan Nenek, berarti nanti sore kamu pulang dengan Satriyo ya, jangan kemalaman lagi Laguna" kata Tarno. " kami pamit dulu ya" kata Sumi sambil memeluk Laguna. Laguna pun membalas pelukan neneknya. Dan Kakek Neneknya pun meninggalkan Laguna untuk kembali menjalankan bisnisnya.