webnovel

Wanita Terpedaya Cinta

"Pokoknya papa nggak suka kamu pacaran sama Devan. Putusin atau kamu bukan anak papa lagi!" 

Bayangan perkataan sang papa terbesit di benak seorang wanita cantik bernama Anastasia, Anastasia Kumalasari.

Meski dia adalah pewaris tunggal perusahaan International Glorious Group Company, Anastasia ingin mandiri, memilih tinggal di sebuah kontrakan kecil demi menyesuaikan cara hidup pasangannya. Wanita yang memiliki wajah blasteran berdarah campuran Sunda dan Eropa itu, kini harus menelan ludah atas omongannya sendiri yang lebih membela kekasihnya itu daripada menuruti perkataan sang papa. Berulang kali ucapan papanya terngiang-ngiang di kepala, membuat rasa meratapi Anastasia kian mendera.

"Tega kamu, Devan! Tega!" lirih Anastasia. 

Dia berlari melibas deras hujan. Tak peduli tubuh yang basah kuyup. Dia hanya ingin menangis tanpa ada yang tahu. Biar hujan saja yang mengetahuinya dan menyamarkan air mata itu. Tentu saja, apa yang akan kamu rasakan jika mengetahui kekasih yang kamu cintai, diam-diam menikah dengan gadis lain, di saat kamu sudah menyerahkan seluruh hidup untuknya. Bahkan, rela mempertahankan hubungan yang ditentang orang tua? Pasti akan hancur sekali, seperti Anastasia. Gadis itu kembali teringat rasa sakit hati yang begitu membuatnya patah-patah. 

***

Lelaki itu bernama Devan, yang Anastasia anggap baik dan mencintainya dengan tulus. Selama empat tahun menjalani hubungan backstreet bersamanya. Namun, lelaki itu malah nikah sama janda beranak dua. Nyesak, itulah yang dirasakan Anastasia. Hatinya terasa tercabik-cabik, badan lemah tak berdaya, seperti tanpa tulang.

Itu juga Anastasia mengetahui dari akun media sosial. Devan mengaku kerja ke luar kota, ternyata melakukan pernikahan sama wanita lain. Yang merupakan putri pemilik dari perusahaan Nasional Win Food Solution.

Dia tidak mungkin lompat-lompat kegirangan dengan apa yang menimpanya. Anastasia langsung terpuruk, hatinya mencelos, empat hari tidak masuk kantor, tidak keluar dari kamar, kalau ke toilet, sih, iya. Tidak ada nafsu makan, pikiran kalut, dan merasa depresi beberapa hari saat mengetahui hal itu.

Anastasia memilih pulang setelah lima jam berada di tengah derasnya hujan, menangis sejadi-jadinya di dalam rumah. 

Begitu tiba di rumah, tiba-tiba terdengar seseorang mengetuk pintu.

"Anastasia!" Terdengar sebuah suara bersamaan dengan bel rumah yang berbunyi.

Telinga Anastasia menangkap suara sangat familier. Suara lelaki yang amat dia cintai, tetapi memilih bersanding dengan wanita lain. Sontak Anastasia langsung mengangkat kepala, ingin memastikan suara itu, ada harapan kalau itu benar-benar Devan. Namanya juga hati perempuan belum move on, itulah perasaan yang dirasakan Anastasia. Namun, tidak ada siapa-siapa. Ada sedikit perasaan kecewa hinggap di diri wanita itu. 

Suara itu kembali terdengar. Anastasia berpijak untuk menarik langkah membuka pintu rumahnya.

Spontan netranya membulat sejurus dengan mulut yang terbuka cukup lebar. Dia kaget bukan main saat melihat seseorang di hadapannya. Namun, tiba-tiba pandangan Anastasia langsung gelap, dia terjatuh dan tidak sadarkan diri. Anastasia pingsan karena tidak makan beberapa hari ini.

Seseorang yang mengetuk pintu rumah Anastasia, turut terkejut melihat gadis itu yang sudah ambruk di lantai. Dengan hati-hati, dia mengangkat tubuh Anastasia yang kurus dan kecil lalu membaringkannya di atas tempat tidur. 

"Anastasia, Anastasia," ucap lelaki itu. Menggoyangkan tubuh dan sesekali menepuk pipi gadis itu agar bangun. 

Beberapa menit kemudian, perlahan mata gadis itu terbuka, sayup-sayup dia mendengar kembali suara Devan memanggil dirinya. Bagi Anastasia seperti sebuah mimpi, lelaki itu sudah menikah, tidak mungkin Devan datang menemuinya. Mata Anastasia terbuka sempurna dan langsung menangkap sosok Devan yang ada di hadapannya sekarang. Kedua sudut bibir Anastasia mengembang indah. Rasa rindu yang begitu menusuk kalbu, sekarang perlahan hirap karena sudah berujung temu. 

"Kamu nggak apa-apa, Anastasia? Kenapa kamu pucat begini, sih?" tanya Devan, terlihat mengkhawatirkan Anastasia. Mata Anastasia bisa melihat jelas wajah panik Devan.

Anastasia ingin memastikan apakah ini hanya fatamorgana. Dia memberanikan diri, jemarinya bergerak menyusuri setiap sudut wajah Devan. 

"Kamu jahat banget sama aku. Kamu nikah sama orang lain," ucap Anastasia. Meluapkan kesedihannya yang terpendam selama ini. Tangannya menangkup wajah lelaki itu. 

"Siapa yang menikah? Aku nggak bakal nikah sama cewek lain selain kamu, Anastasia!" balas Devan.

"Nggak usah bohong! Aku udah lihat postingan cewek itu, nge-tag kamu di akun medsos," timpal Anastasia dengan suara parau.

"Sumpah, itu bukan aku yang nikah, itu sepupu aku yang nikahan, aku cuma panitia aja," ujar Devan, mencoba meyakinkan Anastasia.

Sebelum Anastasia membalas kalimat Devan, dengan cepat lelaki itu membungkam bibir Anastasia dengan bibirnya. Bibir mereka telah bertemu, Devan langsung melumat bibir Anastasia, dan memeluk erat tubuh wanita itu. Meluapkan rindu bercampur nafsu yang sudah tak tertahankan. Merasa terengah-engah, Anastasia menarik diri dan menghirup napas sebanyak-banyaknya. Namun, Devan tak membiarkan hal itu berlangsung lama, dia kembali merengkuh Anastasia, menciumnya kembali, dan sedikit menekan tengkuk Anastasia yang terasa begitu halus di tangannya. 

Hasrat mereka makin meningkat. Tangan Devan mulai menjalar ke bagian tubuh Anastasia yang lain. Melucuti pakaian gadis itu hingga tubuh polos tanpa sehelai benang. Devan benar-benar rindu menjamah tubuh gadisnya. 

"Mhhhh. Ahhhh … Devan," desah Anastasia tak tertahankan. 

Devan mengecup leher Anastasia. Memberikan cupang merah di sana.

Menyibak pakaian Anastasia, terlihat dua bukit kembar Anastasia yang berisi dan bulat sempurna, Devan remas dengan kuat. Dia hisap bergantian dan asyik memainkan ujung yang berwarna merah kecokelatan itu. Puas di bagian atas, kepala Roby turun mengendus dan mencium perut datar Anastasia hingga tiba di bagian inti gadis itu. 

"Aku sangat suka memasuki lubang sempit ini," ucap Devan sambil mengelusnya dengan lembut. 

Anastasia mengerjapkan mata ketika Devan bangkit untuk melepaskan pakaiannya satu per satu. Dia kembali melihat milik Devan yang sudah berdiri tegak. Devan kembali menindih tubuh Anastasia dan memasukkan batang keras itu ke liang hangat Anastasia. 

"Devan … shhhhh …." Anastasia mendesah, menggigit kecil bibir bawahnya karena tak tahan merasakan sensasi nikmat yang diberikan Devan. 

Anastasia pasrah, tidak bisa melawan karena tubuhnya tidak menolak. Membiarkan Devan melakukan aksinya. Ini bukan pertama kali mereka bercinta. Kesucian Anastasia direnggut pertama kalinya oleh Devan. Anastasia merelakan kegadisannya atas dasar cinta dan sayangnya kepada laki-laki itu.

Setelah selesai melampiaskan hasrat mereka masing-masing, mereka tetap bergeming dari ranjangnya. Tanpa sehelai benang pun terpakai, kecuali selimut yang menjadi saksi bisu sekaligus menutupi tubuh mereka berdua.

"Kamu percaya, kan, sama aku? Aku sayang sama kamu, Anastasia, mana mungkin aku nikah sama orang lain!" ucap Devan, membelai rambut Anastasia yang ada dalam pelukannya. 

"Iya, tapi kamu nggak bohong, kan?" lirih Anastasia dengan mesra dan manja dalam dekapan sang kekasih. Menenggelamkan wajahnya ke dada bidang Devan. Seolah-olah enggan untuk berpisah. 

"Nggak, Sayang. Aku ke toilet sebentar, mau bersihkan diri dulu, ya," ucap Devan. 

Anastasia mengangguk. Satu kecupan dari Devan mendarat di kening Anastasia, sebelum lelaki itu beranjak ke toilet. Hati Anastasia menghangat, dirinya merasa sudah tenang dan baikan. Dia memunguti pakaiannya yang berserak di lantai dan memakainya kembali. Ketika Anastasia menyisir rambutnya, perhatian gadis itu teralihkan begitu mendengar ponsel milik Devan yang bergetar di atas meja. Dengan rasa penasaran yang menghantui, Anastasia tanpa ragu mengambil benda itu. Namun, sandi ponselnya diganti. Meski begitu, notifikasi di layar ponsel kelihatan jelas. Tampak pesan dari seseorang, bertuliskan kontak yang diberi nama My Wife. 

[Devan, Sayang, nanti pulang jam berapa? Kangen, nih, dengan keperkasaan kamu yang seperti semalam.]

Anastasia sangat syok, seperti tersambar petir. Baru saja dirinya dibuat berbunga-bunga, kini dia harus dijatuhkan ke dasar jurang pesakitan. Ternyata benar, Devan memang sudah menikah, tetapi dia sekarang ada di sini bersama Anastasia dan baru saja usai bercinta. 

Devan keluar dari toilet dan melihat ponselnya ada di tangan Anastasia. Dengan cepat direbut lalu melihat notifikasi yang masuk. Seketika Devan gugup setelah melihat Anastasia yang memergoki dirinya, belum lagi raut wajah memerah gadis itu yang tampak siap meluapkan marah. Devan menyesal karena kelalaiannya meletakkan ponsel di atas meja Anastasia.

Devan memeluk Anastasia, mencoba menenangkan gadis itu. "Maafin aku, Anastasia. Sungguh, hanya kamu yang aku cinta dan sayang," ucapnya dengan rayuan. Entah apa yang ada di dalam pikiran Devan. Dengan entengnya mengucapkan kata maaf.

"Tega kamu giniin aku!" bentak Anastasia. Sekuat tenaga mendorong tubuh kekar Devan dan tak mau menatap lelaki itu.

"Ini karena Papa kamu sudah merendahkan aku!" kata Devan penuh emosi. Jangan pikir hanya Anastasia yang bisa marah, dia juga bisa. 

"Apa katamu?" tanya Anastasia. Adu mulut tak terelakkan. Dia menatap Devan tajam. Devan pun tak mau kalah, dia berkacak pinggang sambil melayangkan tatapan menusuk ke arah Anastasia. Gadis itu sebenarnya memahami maksud perkataan Devan.

"Mungkin Papa aku bener, harusnya aku dengerin omongan Papa, tidak melanjutkan hubungan ini. Kamu menikahi wanita itu hanya karena harta? Berarti kamu melakukan semua ini kepadaku karena harta juga, hah? Ternyata selama ini kau picik sekali!" sergah Anastasia. Matanya merah dan mulai berair.

"Harusnya iya, dan Kau sendiri yang menunda ingin segera menikah denganku kan? kalau begitu kita akhiri sampai di sini saja. Terima kasih untuk servis yang kamu berikan tadi," ucap Devan sambil tersenyum miring. Dia melangkah pergi meninggalkan Anastasia.

Anastasia terpaku dengan ucapan Devan. Tubuhnya menegang, lelaki yang dicintai sekarang tega mencampakkannya seolah seperti sampah dan pergi begitu saja tanpa perasaan sedikit pun. Anastasia menunda pernikahan karena menunggu persetujuan sang Ayah. Kristal bening berlomba-lomba jatuh membasahi pipi. Hati Anastasia bagai dirobek sembilu. 

Anastasia menepis kenangan pahit itu. Kini Anastasia harus menelan kenyataan pahit atas kejadian yang dia lakukan. Namun, bisakah dia memutar balikkan waktu? Penyesalan membuat Anastasia terpuruk. Begitu mudahnya dia menyerahkan kesuciannya kepada Devan. Selain itu juga dia begitu entengnya membantah perkataan papanya. Devan sudah menjadi bagian dari masa lalunya. Pernikahannya dengan gadis lain bukanlah kabar burung.

"Bodoh, Anastasia. Kau bodoh!" teriak Anastasia sambil memukul bibirnya berkali-kali. Dia merutuki benda mungil yang kenyal itu setiap mendesah kenikmatan di bawah kungkungan Devan. 

 Wanita yang memiliki kulit putih merona itu terduduk di lantai, sudut dinding, memeluk kedua lutut, dan menenggelamkan wajah di antara kedua lututnya yang tertekuk.

Suara bel dan ketukan pintu terdengar. Mungkinkah Devan kembali menyesali perkataannya? Anggapan Anastasia itu semoga saja benar.

Dengan cepat Dia bergegas menghampiri. Pintu rumah ternyata sudah terbuka, Anastasia melihat siluet asing tengah mengenakan jas hujan berwarna hitam yang menutupi semua tubuhnya, Anastasia pun terkejut setelah sadar pria itu adalah orang asing yang tidak dikenal.

Sambaran gemuruh bersorak di atas langit gelap sehingga memancarkan terang sekejap. Hanya sepasang mata tajam terlihat dari pria misterius yang berdiri di hadapan Anastasia. Karena ketakutan, tanpa sepatah kata, Anastasia pun berlari menuju kamarnya, tetapi pria itu malah masuk dan ikut mengejar.

Belum sempat Anastasia mengunci pintu kamar, pria itu langsung mendorong pintu dengan kuat hingga membuat Anastasia jatuh bersimpuh di lantai berlapiskan marmer. Bergerak merangkak, Anastasia segera meraih gagang telepon rumahnya yang berada di atas nakas, berniat menghubungi polisi, tetapi ponsel itu dengan cepat dirampas dan dibanting oleh pria misterius. Dengan gerakan cepat, dia langsung mengambil tangan Anastasia tanpa bisa wanita itu hindari, kemudian membalikkan badannya lalu menahan wanita tersebut di atas ranjang.

"Kau siapa? Kumohon lepaskan aku," pinta Anastasia. Keringat karena panik dan air mata ketakutan sama-sama menetes, bercampur jadi satu membasahi pipinya. 

Cekalan di tangan makin erat. Sekuat tenaga Anastasia meronta ingin melepaskan diri. Namun, tak sanggup, pria itu sangat kuat, apalagi kondisi tubuh Anastasia masih sangat lemah. Lelaki itu sedikit pun tak bersuara. Satu tangannya yang bebas, meraba saku jas hujan dan mengambil benda berwarna putih. Kemudian, menginjeksi leher Anastasia dengan suntikan bius. 

"Ahhhh," ucap Anastasia pelan saat benda tajam menancap lehernya dan dicabut paksa. Dalam sekejap gadis itu tak sadarkan diri.

Kemudian, pria itu membopong Anastasia keluar, menuju ke sebuah mobil, dan memasukkannya ke dalam bagasi. Dia melepas maskernya setelah di dalam mobil lalu mengambil sebatang rokok dari kotak dan menyalakan memakai korek api. Tampak tato ular kecil di tangan pria misterius itu. Dia menghisap rokoknya, membiarkan embusan asap mengepul. Dia menyalakan mobilnya dan melaju dengan cepat membawa Anastasia pergi.