webnovel

Chapter 11 Kehilangan

Akhirnya Rudi menelepon temannya Leo.Leo adalah anak berandalan yang sering masuk dan keluar dari penjara anak-anak. Dia seorang pengedar dan pemakai obat-obatan. Sudah lama Rudi tidak pernah berhubungan dengannya lagi sejak setahun yang lalu. Sejak dia hampir kehilangan nyawanya karena balapan sepeda motor dan over dosis obat.

"Hei Leo, kamu masih ingat aku kan." Sapa Rudi.

"Oh Rudi. Ada apa kamu nelpon aku?" tanya Leo yang heran temennya itu nelpon dia. "Nggak biasanya kamu nelpon aku. Ada angin apa sampai kamu nelpon aku."

"Angin topan," jawab Rudi.

"Ada masalah apa?" tanya Leo.

"Kamu kok tahu kalau aku ada masalah,"tanya Rudi heran.

"Memangnya sejak kapan kamu telpon aku kalau nggak ada masalah,"jawab Leo.

"Bener juga ya."

"Kamu butuh obat lagi ya," tanya Leo.

"Nggak aku minta bantuan lo. Malam ini ada balapan kan di jalan?"

"Iya. Lalu kenapa? kamu mau balapan lagi?" tanya Leo.

"Begitulah,"jawab Rudi.

"Bukannya kamu sudah tobat." Leo heran dengan temennya satu ini. Dulu dia bilang dia nggal bakalan balapan sama pakai obat lagi tapi belum setahun dia sudah mau narik ucapannya lagi.

"Aku sedikit ingin berbuat amal,"ujar Rudi. "Kamu bisa kan temenin gue."

"Apa temen-temenmu tahu kamu balapan?" tanya Leo.

"Nggak,"jawab Rudi.

"Sebenarnya ada masalah apa sampai kamu mau adu nyawa lagi?" tanya Leo lagi yang masih nggak ngerti dengan pikiran temennya itu.

"Aku bilang kan nggak ada masalah apa-apa. Aku ingin berguna untuk seseorang," jawab Rudi. "Kamu mau nemenin aku nggak sih."

"Baiklah tapi jika terjadi sesuatu sama kamu aku nggak mau disalahin,"ujarnya yang ingat kejadian yang hampir satu tahun. Leo ditonjok sama Budi, Roy dan Dino gara-gara Rudi masuk rumah sakit.

"Tenang aja mereka nggak bakalan nyalahin kamu. Ini kan keinginanku sendiri. Tapi aku punya amanat yang harus kamu laksanakan,"ujar Rudi.

"Amanat apa sih?"tanya Leo penasaran.

"Nanti aku bilangin. Sekarang kamu siap-siap. Sebentar lagi aku jemput," perintah Rudi.

"Oke bos."

............….

Setelah Rudi selesai menelepon dia buru-buru mengeluarkan sepeda motor kesayangannya dari garasi. Sepeda motor ini tidak pernah dia pakai lagi sejak kecelakaan itu. Kalau bukan karena Miki dia mungkin tidak akan berhenti dari balapan dan obat-obatan terlarang. Dia masih ingat ucapan Miki yang membuatnya sadar.

"Sebesar apa pun masalah yang kau hadapi jangan kau sakiti dirimu sendiri. Sebesar apa pun kau membenci dunia jangan pernah kamu membenci dirimu sendiri. Sebesar apa pun sakit yang kau terima jangan kau lari dari dirimu sendiri. Hadapilah semua yang telah menyakitimu dan melukaimu dengan berani. Dengan menghadapinya kamu akan mendapat sesuatu yang berharga tapi jika kau berlari dari kenyataan, yang akan kau hadapi adalah kehancuran dirimu sendiri." Perkataan Miki itu telah membuka matanya. Sejak itu dia menyukai Miki dengan segenap hatinya.Dia tidak akan membiarkan Miki terluka. Dia berjanji pada dirinya sendiri akan menjaga Miki dengan seluruh jiwa raganya walau harus mengorbankan nyawa.

Setelah mengingat semua yang bisa dia ingat Rudi mengeluarkan sepeda motornya. Sebelum pergi menjemput Leo, Rudi membuat surat terakhirnya. Sesudah itu dia menjemput Leo dan menuju arena balapan motor anak jalanan.

"Hei Rud, sudah lama aku nggak lihat kamu. Bukannya kamu sudah tobat," sapa Roni temen Rudi dulu.

"Kenapa memangnya aku nggak boleh balapan lagi?"

"Bukan gitu. Aku hanya heran saja. Kamu kok tiba-tiba muncul disini,"jawab Roni.

"Hei Leo, sapa yang kamu bawa tuh?" tanya Thomas ketua balapan motor ini.

"Bos, sudah lupa ya sama Rudi?"tanya Leo.

"Mana mungkin lupa. Anak yang selamat dari kecelakaan dan over dosis itu kan,"jawab si bos.

"Bener-bener keajaiban yang jarang terjadi, kamu masih hidup sampai sekarang. Hokimu bener-bener hebat. Padahal kecelakaan itu sudah hampir merengut nyawamu tapi buktinya sekarang kamu masih hidup. Kalau bukan mujizat namanya apa lagi," ujar Toni.

"Hei Ton, sudah lama nggak ketemu," sapa Rudi.

"Sudah hampir satu tahun ya kita nggak ketemu. Ngapain lo kesini mau nostalgia ya?"tanya Toni.

"Nggak, aku cuma mau balapan lagi,"jawab Rudi.

"Apa aku nggak salah dengar nih?" tanya Udin yang kebetulan mendengar pembicaraan mereka. "Kamu nggak kapok ya."

"Kenapa kamu takut aku kalahin ya?"

"Sapa bilang?Sekarang ini aku rajanya jalanan tahu!"

"Ayo kita buktikan kalau kamu raja jalanan,"ujar Rudi santai. Rudi tidak terlihat takut dengan gelar Udin si raja jalanan.

"Sudah…jangan bertengkar. Sebentar lagi pertandingan akan dimulai. Kalau kamu mau ikut cepet daftar ke Wira," lerai si Thomas.

"Ayo Rud kita daftar dulu," ajak Leo.

"Hei Wir!" sapa Rudi ke Wira yang sedang itung duit.

"Lho kamu toh. Ngapain kamu kesini?" tanyanya heran.

"Dia mau daftar balapan,"jawab Leo.

"Ngapain lo semprul datang kemari," bentak Wira. "Belum puas kamu buat kekacauan disini kemarin."

"Sorry…aku kan nggak sengaja,"jawab Leo ketakutan.

"Wir, aku daftar kena nomer berapa?" tanya Rudi agar Wira nggak marahin Leo.

"Nomer sepuluh. Apa bener kamu mau ikut balapan lagi?"tanya Wira masih nggak percaya.

"Begitulah!"

Setelah mendaftar, Rudi menepati posisi yang dia terima.

"Bukankah itu si Rudi?" tanya Dina ke Roni.

"Kalau iya kenapa? Kamu masih suka dia ya?" tanya Roni ke pacarnya itu.

"Bukan begitu. Aku heran kenapa dia tiba-tiba muncul,"jawab Dina. Sudah lama dia mencoba untuk menemui Rudi tapi menemui Rudi seperti mencari jarum ditumpukan jerami. Dia sudah tanya ke temen-temen Rudi tapi mereka diem seribu bahasa. Tapi sekarang Rudi tiba-tiba muncul dihadapannya bagaimana jantungnya nggak kembali berdebar.

"Baik kita mulai balapan hari ini," ucap komentator.

Satu, dua…tiga…bendera dikibarkan tanda balapan dimulai. Para pembalap memacu motornya secepat mungkin.Udin berada di urutan pertama. Sementara diurutan kedua dan ketiga ditempati pembalap jalanan dari ganknya Santoso. Rudi yang saat start berada di urutan sepuluh sekarang sudah menepati urutan ke lima.Rudi dulu adalah pembalap hebat di jalanan. Semua pembalap dibuat takut olehnya hingga ia di juluki si macan jalanan.

Setelah melajukan motornya Rudi tidak melihat apa pun. Yang dia lihat adalah motor di depannya. Dia terus memacu motornya dengan kecepatan tinggi. Dengan perlahan-lahan dia mulai menyusul para pembalap lainnya. Dia sudah berada di posisi kedua saat putaran ke duanya. Balapan ini terdiri dari tiga putaran.

Saat Rudi mengendarai motornya, dia tidak merasakan apa pun. Seluruh masalah yang menghimpitnya lenyap tak berbekas, yang dia tahu dia hanya perlu terus memacu kendaraannya. Dia hanya merasakan angin yang berhembus menembus tubuhnya. Memberi kedamaian dalam dirinya.

Saat sampai putaran terakhir dia berhasil membalap Udin si raja jalanan. Setelah berhasil membalap udin dan mencapai finish Rudi membanting setirnya sehingga motornya kehilangan kendali dan mengelinding bersama Rudi. Mereka yang melihat hanya dapat membelalakkan matanya.

"Rudi!" panggil Leo.Leo yang khawatir segera pergi ke tempat Rudi terjatuh.

"Leo!"Panggil Rudi lemah.

"Iya aku disini,"jawab Leo sambil memegang tangannya.

"Aku punya permintaan terakhir yang harus kamu laksanakan dan sebagai imbalannya uang kemenanganku buat kamu,"ujar Rudi yang saat itu mengeluarkan darah banyak.

"Sudah Rud, nanti aja bicaranya. Kamu harus menghemat tenagamu,"ujar Leo yang cemas.

"Leo aku sudah nggak punya banyak waktu lagi. Aku hanya minta tolong sampaikan surat ini pada Peter di rumahnya."Rudi memberitahu alamat Peter ke Leo di sisa-sisa nafasnya.

"Aku ingin kamu berikan surat ini sekarang juga," suruh Rudi di saat kesadarannya mau hilang.

"Rudi!"Panggil Leo saat Rudi mulai kehilangan kesadarannya.

Ambulance akhirnya datang. Rudi di bawa ke Rumah Sakit Adi Husada tempat Miki dirawat.Saat itu jantung Rudi sudah berdetak lemah. Nafasnya sudah mulai tersendat-sendat walau sudah diberi oksigen.

Leo yang demi memenuhi permintaan Rudi segera pergi ke alamat yang diberi Rudi di saat nafasnya mulai habis.

"Tok tok! Tok tok!" Leo mengetok pintu rumah Peter.

"Siapa sih yang dateng malem-malem gini?"ujar pembantu Peter marah karena dibangunin oleh tamu tak diundang.

"Ada apa?" tanya pembantu Peter setelah melihat Leo.

"Peternya ada,"tanya Leo.

"Dia sedang tidur,"jawab si pembantu.

"Kalau bisa tolong dibangunin. Saya ada masalah penting yang harus disampaikan," ucap Leo seperti pebisnis yang takut kliennya pergi aja.

"Apa nggak bisa besok?"

"Kalau besok keburu masalahnya tambah besar." Leo bener-bener nggak ngerti bagaimana buat si pembantu ini mau ngerti tentang masalah yang darurat ini.

"Ada apa bi?" tanya Peter yang mendengar ribut-ribut saat mengambil minum.

"Nih den, ada yang mau ketemu aden," jawab Si bibi.

"Sapa Bi?"tanya Peter lagi.

"Mana saya tahu den," jawab Si bibi.

Akhirnya Peter sendiri yang menhadapi Leo.

"Kamu siapa dan mau apa kesini?" tanya Peter yang merasa nggak mengenal Leo.

"Saya temennya Rudi. Saya kesini karena disuruh Rudi menyampaikan surat ini,"jawab Leo.

Peter menerima surat itu dan membacanya.

Dear Peter,

Surat ini adalah surat wasiatku yang terakhir.Maafkan aku karena tidak memberitahu tentang rencanaku ini padamu. Saat kamu meneleponku aku sadar betapa beruntungnya aku. Walau ayah dan ibuku tidak mempedulikan aku tapi masih ada temen-temen yang begitu menyayangiku. Walau sebesar apa pun masalah yang ada aku masih bisa menghadapinya. Itu semua berkat temen-temen yang ada di dekatku.

Kalau bukan karena keajaiban dari Tuhan mungkin aku tidak akan pernah tahu betapa besar cintaNya padaku. Dia memberikan cinta padaku lewat Miki sebagai perantaraNya. Aku sadar untuk apa aku dibiarkan hidup sampai sekarang. Aku dibiarkan hidup agar aku berguna bagi orang lain. Selama aku hidup aku tidak pernah tahu apa arti hidupku sampai saat ini.

Aku hidup bukan untuk diriku sendiri tapi juga untuk orang lain. Aku hidup bukan untuk menderita tapi aku hidup untuk merasakan cinta. Cintaku pada Miki adalah pemberian Tuhan yang paling berharga. Walau aku tahu Miki tidak mencintaiku, aku tetap tidak menyesal karena telah mencintainya. Karena dengan cinta ini aku dapat menikmati hidup.

Cinta tidak harus memiliki. Cinta bukan sesuatu yang egois. Asalkan orang yang kita cintai bahagia maka kita akan bahagia.Buat apa mempertahankan cinta yang tidak ada harapan. Itu hanya menyakiti diri sendiri dan orang yang kita cintai. Aku hanya berharap diakhir hidupku aku dapat berguna untuk orang yang aku cintai. Karena itu aku sumbangkan mataku kepada Miki jika aku meninggal.

Mungkin mata itu lebih berarti bagi Miki daripada untukku. Aku titipkan impianku pada Miki. Semoga dengan mata yang aku berikan ini dia dapat melihat kembali dunia yang indah ini. Lewat mataku aku sampaikan rasa cintaku kepadanya. Mungkin hanya dengan ini aku dapat berguna untuknya. Mungkin hanya dengan ini aku dapat membalas budinya padaku.

Kau boleh mengatakan aku ini bodoh, itu tidak masalah bagiku. Aku menghargai cintamu yang tulus ke Miki. Cinta yang tak mengharapkan imbalan. Cinta yang rela memberikan apapun untuk sahabat dan orang yang kita sukai.Cinta yang telah menyadarkan aku betapa beruntungnya aku bertemu dengan kalian semua. Karena itu aku rela melakukan semua ini.Semua ini kulakukan atas nama cinta yang telah kalian berikan padaku.

Titipkan salamku pada Roy. Aku ingin dia tetap tegar walau apa pun masalah yang telah dilaluinya. Karena dia memiliki sahabat yang hebat di sampingnya.Sahabat yang akan menemani dia jika dalam kesulitan. Sampaikan salamku untuk Budi juga. Bilang padanya jangan menipu dirinya sendiri. Katakan padanya dia harus berani menyatakan rasa sukanya ke Mita karena kesempatan hanya datang sekali seumur hidup. Saat semuanya berlalu kamu akan menyesal seumur hidupmu.Juga sampaikan pada mereka semua jangan sering bertengkar, bahaya persahabatan bisa hancur karenanya.

Sampaikan salam manisku untuk Miki. Bilang padanya jangan bersedih karena aku akan marah jika dia menangis. Jika dia menangis karena aku, aku akan sangat terluka. Bilang padanya jangan lupa pada mimpinya. Mimpi yang akan kalian bangun berdua. Mimpi yang membuatku ingin bermimpi.

Sampai disini pesan ku untuk kalian. Semoga kalian rukun selalu dan semakin hebat and keren.Aku akan melihat kalian dari atas. Aku akan berbahagia untuk kalian karena kalian sahabat yang tak akan dapat tergantikan oleh apa pun juga.

Semoga Tuhan menyertai kalian seperti dia menyertaiku dalam kalian.

Goodbye MyFriends

From you friend

Rudi

Peter tidak menyangka Rudi akan berbuat senekat itu. Peter menangis saat membaca surat yang begitu mengharukan, membuat seluruh jiwa raganya ikut menangis.

Setelah membaca surat peninggalan Rudi yang terakhir Peter segera menghubungi teman-temannya dan menceritakan semuanya ke mereka. Mereka semua terkejut mendengar berita itu. Mereka benar-benar terharu dengan perbuatan nekat Rudi.

................

Di Rumah Sakit Adi Husada para dokter berusaha menyelamatkan nyawa Rudi tapi mungkin takdir mengatakan lain. Rudi menghembuskan nafas terakhirnya di meja operasi.

"Dok, bagaimana keadaannya?"tanya Peter yang sudah sampai di rumah sakit sejak tadi bersama teman-temannya. Setelah mendapat telepon dari Peter, Budi dan csnya segera menuju rumah sakit. Mereka menunggu Rudi yang sedang dioperasi di ruang tunggu gawat darurat.

"Apa kalian keluarganya?" tanya Dokter yang heran melihat mereka semua.

"Bukan kami teman-temannya dok,"jawab Budi.

"Kalau gitu kami tidak dapat memberitahu keadaannya. Hanya keluarganya yang berhak diberitahu mengenai keadaan pasien,"jawab Si dokter.

"Apa tidak ada pengecualiannya dok?" tanya Peter.

"Maaf itu sudah peraturan rumah sakit, hanya keluarga pasien yang boleh tahu keadaan sebenarnya pasien,"jawab si dokter."Memangnya kemana keluarganya?"

"Orang tuanya sekarang sedang ada di luar negeri," jawab Budi. Mereka tidak pernah mempedulikan Rudi sama sekali. Setiap hari Rudi ditinggal dengan pembantu.

"Saya adiknya dok,"ucap Mita.

"Anda adiknya," tanya dokter heran.

"Memangnya kenapa dok?" tanya Mita pura-pura marah. "Apa saya nggak persis sama kakak saya ya? Wajar aja lah kami kan anak dari satu ibu beda ayah!"

Budi dan temen-temennya hampir tidak dapat menahan tawa melihat akting Mita yang hebat abis.

"Bukan gitu,"jawab dokter itu gugup.

"Lalu bagaimana keadaan kakak saya dok?" tanya Mita tegas, membuat si dokter tak berkutik.

"Maafkan kami. Kami sudah berusaha sekuat mungkin untuk menyelamatkan nyawa kakak anda tapi hanya yang diatas yang berhak menolong,"jawab dokter dengan raut menyesal.

"Maksud dokter, kakak saya telah meninggal dunia," ujar Mita.

"Iya, kakak anda tidak berhasil kami selamatkan."

"Oh Tuhan,"ucap Mita sambil menangis membuat dokternya kalang kabut.

"Tabah yah dik. Mungkin ini yang terbaik untuk kakak anda daripada dia lumpuh,"hibur si dokter yang melihat Mita dan Miki menangis.

"Dok, saya punya surat wasiat terakhir yang mengatakan dia ingin matanya diberikan untuk pasien di kamar D-306. Jadi apa bisa operasi dilaksanakan sekarang juga," tanya Peter.

"Mana suratnya," minta si dokter.

Peter memberikan surat wasiat terakhir Rudi ke dokter tersebut.Dokter tersebut memeriksa surat itu dengan seksama. Setelah diperiksa dan dia tidak menemukan apa-apa, si dokter memperbolehkan operasi untuk dilaksanakan.

"Kami akan mempersiapkan kamar operasi sementara itu kalian harus menyiapkan mental anak tersebut," suruh si dokter.

"Baik dok,"ujar mereka serempak sambil diselingi tangis Mita dan Miki.

Budi,Peter dan temen-temennya segera menuju kamar Miki untuk memberitakan kabar baik ini ke orang tua Miki dan Miki.

"Om dan tante jangan kwatir lagi. Miki sudah mendapat donor mata yang sesuai,"ujar Peter saat sampai ke kamar Miki.

"Benarkah?" ujar Ibu Miki gembira.

"Syukurlah, akhirnya Tuhan memberikan keajaibannya,"ujar ayah Miki.

"Kalian tahu siapa donor mata Miki?" tanya ayah Miki.

"Tidak Om,"jawab Mereka serempak. Mereka tidak ingin memberitahu Miki sekarang karena itu mereka merahasiakannya.

"Om, sebentar lagi Miki akan di operasi kita harus mempersiapkan mentalnya terlebih dahulu," ujar Peter.

"Bener juga."

Peter membujuk Miki agar tenang dalam menghadapi operasi nanti.

"Miki tenang aja jangan gugup," ujar Peter memberi arahan.

"Bener Miki. Semua pasti baik-baik aja,"hibur Mita.

"Maaf pasien harus pakai baju operasi dulu. Kalian diharap keluar dulu," ujar si perawat.

Setelah berganti baju, Miki dibawa ke kamar operasi. Selama 2 jam Peter menunggu di luar bersama orang tua Miki dan temen-temennya.Peter yang merasa gugup mondar-mandir untuk menghilangkan ketegangannya sehingga membuat Roy jadi sebal.

"Kamu ini nggak bisa duduk ya Ter," sindir Roy. "Kalau kamu kayak gitu aku bisa mati cemas."

"Sorry aku benar-benar gugup," ujar Peter.

"Kami semua gugup tapi nggak ada yang kayak kamu," ujar Roy.

"Karena kecemasan kalian tidak lebih besar dari kecemasanku," jawab Peter sambil terus mondar-mandir.

"Sudahlah Roy. Kamu kayak nggak tahu Peter aja kalau sudah keras kepala dia nggak bakalan nurut," ujar Miki.

"Peter duduk aja disini,"suruh ayah Miki.

"Baik om,"jawab patuh Peter.

"Dasar sama calon mertua baru nurut,"bisik Roy ke Miki.

Akhirnya operasinya selesai juga.Miki dibawa keluar oleh beberapa perawat dengan tempat tidur dorong.

"Siapa keluarga pasien?"tanya dokter yang mengoperasi Miki.

"Saya ayahnya,"jawab ayah Miki.

"Untuk sementara waktu matanya harus diperban. Sampai waktunya tiba baru perban itu boleh dibuka,"ujar dokter itu.

"Sampai kapan perbannya dapat dibuka?" tanya ibu Miki.

"Mungkin dua minggu lagi,"jawab si dokter.

Setelah memberitahu keadaan pasiennya dokter itu langsung pergi.

..............

Dua minggu kemudian perban Miki boleh dibuka.

"Bagaimana?" tanya si dokter.

Miki hanya membuka dan menutup matanya. Dia hanya melihat kabur orang yang ada didepannya.

"Kenapa dia dok?" tanya ayah Miki.

"Dia belum terbiasa dengan matanya,"jawab dokter itu. "Setelah beberapa menit dia pasti dapat melihat dengan jelas.

Akhirnya Miki dapat melihat dengan jelas. Dia melihat Peter yang menatapnya dengan cemas serta teman-teman yang menatapnya dengan pandangan bermacam-macam. Ada yang sedih, ada yang takut dan juga ada yang tersenyum.

"Peter mana Rudi,"tanya Miki setelah sadar Rudi tidak ada disana.Peter jadi bingung harus bilang apa pada Miki.

"Miki, kamu harus tabah mendengar kabar ini." Akhirnya Peter mengambil keputusan."Rudi sudah meninggal seminggu yang lalu saat kau dioperasi.Mata yang ada di matamu sekarang adalah miliknya. Dia memberikan matanya agar kamu dapat melihat lagi."

"Ini adalah surat terakhir yang ditinggalkan Rudi untuk kita semua."Peter memberikan secarik kertas yang sudah dimintanya dari dokter yang mengijinkan operasi mata Miki.

Miki membaca surat peninggalan Rudi yang terakhir dengan menangis.Miki tidak menyangka demi dirinya Rudi rela kehilangan nyawanya.

"Jangan menangis Miki. Nanti Rudi akan sedih di atas sana,"hibur Peter.

"Kenapa dia begitu bodoh?"

"Mungkin karena cinta orang dapat melakukan hal bodoh. Andai bukan dia yang memberikan matanya, mungkin aku yang akan memberikan mataku untukmu." Peter mewakili Rudi menjawab pertanyaan Miki.

"Kapan dia dikubur?"tanya Miki.

"Sehari setelah kematiannya,"jawab Budi.

"Aku ingin menemuinya," pinta Miki.

"Nanti kalau dokter sudah mengijinkan kamu pulang, kita pergi ke kuburan Rudi bersama-sama," bujuk ayah Miki.

"Aku ingin pergi sekarang,"ujar Miki ngotot.

"Kalian bener-bener mirip. Kalau sudah keras kepala nggak mau peduli sama yang lain," ujar Roy.

"Huss!" Miki menyuruh Roy diam.

"Bagaimana dok?"tanya ayah Miki.

"Dia boleh pulang sekarang,"jawab dokter itu.

Setelah diijinkan pulang Miki bersama orang tua dan temen-temennya pergi ke kuburan Rudi.

"Rud, aku nggak tahu bagaimana membalas kebaikanmu. Tapi yang kutahu aku akan kabulkan mimpiku untukmu. Aku akan bangun rumah impianku. Lihatlah rumah impianku dengan matamu ini.Mata yang menjadi amanat terakhirmu untukku,"ujar Miki.

"Kalau kita diberi kesempatan di masa yang akan datang aku ingin dilahirkan kembali bersamamu. Mungkin saat ini yang aku cintai hanya Peter tapi aku berharap di masa yang akan datang aku dapat membalas cintamu."

"Aku tak akan pernah melupakan kenangan indah kita berdua. Kenanganmu akan selalu kusimpan di dalam hatiku, yang akan menjadi kisah kita berdua. Selamat tinggal teman terbaikku. Semoga kau bahagia di atas sana.Doa ku selalu menyertaimu."

Setelah menaburkan bunga Miki pergi.

"Hei Ter, kamu mau pulang nggak?" tanya Roy yang sadar kalau Peter masih berlutut di kuburan Rudi.

"Sebentar lagi,"jawab Peter.

"Rudi aku berterima kasih sebesar-besarnya padamu. Kalau bukan karena kamu mungkin Miki akan berada di dalam kegelapan selamanya. Sebagai laki-laki aku mengakui kehebatanmu. Kamu rela kehilangan nyawa demi memberikan matamu kepada Miki. Semua jasamu akan selalu kuingat di dalam kisah hidupku,"ujar Peter dalam hati.

"Semoga kau berbahagia di atas sana. Kalau kita bertemu lagi aku akan bersaing denganmu secara jantan demi memperebutkan Miki."

Setelah mengatakan itu Peter meninggalkan kuburan Rudi.

............THE END......…