webnovel

Tuan Willy mencari masalah

"Uhuk! Anu ... mengenai hal itu—? Kami telah melakukan investigasi berkala, dan sepertinya pemerintah menaikan harga sewa tanah di blok A. Tidak hanya kita yang merasakan akibatnya, namun beberapa toko tetangga kita juga mengeluh dengan masalah ini." jelas Matthew panjang lebar.

"Hah, kenaikan?! Berapa persen?" kejut Keenan merajut alisnya heran.

"Mmm, hampir 45% dari normalnya..."

"Wahhh, gila ya mereka—?! Ini sama saja dengan mencekik leher warganya yang tak bersalah. Mengapa mereka mendadak melakukannya tanpa memberikan informasi apapun kepadaku! Dasar lintah darat, tikus kantor, hama pemerintah, aku injak - injak wajah mereka juga!!" kesal Keenan yang sudah meletus tak tahan lagi menahan amarahnya saat ini.

Tanpa sadar tangan Keenan mengepal membuat kertas ditangannya ikut gemetar rusak.

"Brengsek!" membanting kertas - kertas tak berdosa itu ke lantai.

Semua perhatian karyawan jelas mendengar luapan emosi Keenan yang membara. Karena mereka secara langsung mengetahui sesuatu yang tidak diketahui oleh Keenan saat itu.

Sementara seorang wanita dengan blus warna ungu muda berjalan santai ke arah mereka.

"Bos, aku bisa menjelaskan sesuatu yang perlu kau ketahui." gelombang suara yang lembut sedikit membuat Keenan melunak. Ia berpaling melihat yang terakhir dengan wajah anggun datang menghampiri.

Sesosok wanita tinggi dengan garis pinggang sempit menampilkan kurva yang menarik, berwajah lembut dan anggun, dengan rambut di kuncir ponytail berhias pita perak, dengan rambut warna ungu, merupakan penampilan yang layak disebut dengan dewi kecantikan yang mewakili kelembutan semua wanita di bumi ini.

Ekspresi tegang Keenan perlahan kendur, menatap dalam mata hazel milik Yuyun.

"Apa maksudmu Kak Yuyun? Apa yang kalian sembunyikan dariku selama ini?" menstabilkan posisinya menyimpan lengannya di balik punggung. Bersiap mendengar penjelasan seksama yang keluar dari mulut mungil Yuyun.

Keenan meraih kursi di dekatnya dan duduk bersandar, jari tangan kirinya dengan pelan mengetuk meja.

Mendapat perhatian intens dari Keenan tentu bisa membuat wanita manapun merasa minder sekaligus beruntung.

Tak terkecuali Yuyun, ia berdehem.

"Ekhem! Saat itu Tuan Willy datang dengan Nona Anna dan membuat keributan disini. Singkatnya, mereka kesal karena Anda sedang ketemu klien wanita dari Paris yaitu Nyonya Claire di luar, mereka mengancam akan melakukan sesuatu yang membuat bisnis Anda hancur. Dan seperti yang Anda tahu, sebenarnya Nona Anna menaruh hati kepada Anda, dan sikap implusifnya telah membutakan segalanya. Bahkan mereka berani menghina Pak Matthew di hadapan kami semua Pak..."

Aktivitas Keenan terhenti mendengar jawaban mencengangkan keluar dari mulut Yuyun.

"Mereka mengancam, beraninya mereka mengancam?! Hanya karena masalah sepele, yang jelas ini tidak sama sekali ada hubungannya dengan mereka?!" menaikan ujung kalimatnya.

"Huh..."

Menghela nafas dalam, memijit keningnya yang rada sakit.

"Matthew, kalian semua tahu mengenai ini namun kenapa kalian tidak memberitahukan saya?! Oh, saya ingat...! Waktu itu kalian memotong semua kerugian dengan gaji kalian, katakan apa saya keliru? Mengapa kalian tidak memberitahu alasan yang sesungguhnya hmm?" desah Keenan frustasi, menatap wajah sesal Matthew juga Yuyun bergantian.

Ia tak habis pikir dengan pengorbanan mereka yang dengan apik menyembunyikan masalah sebesar ini dari sepengetahuannya.

Keenan batuk kering.

"Ekhem! Dengar ya, beri saya rincian kerugian dari pendapatan kalian yang terpotong. Next time, saya akan ganti dengan uang pribadi saya." tegas Keenan melihat perubahan reaksi wajah murung mereka.

Baik Matthew juga Yuyun terkejut.

"Tapi Bos—! Ini masalah kita bersama, kerugian juga kita tanggung bersama. Mengapa bapak malah mau mengganti kerugian kami?" sela seorang karyawan baru yang belum lama ini bergabung bersama studio Keenan.

Seulas busur tertarik dari sudut mulutnya, Keenan menatap wajah Anthony pemuda yang baru lulus universitas malah langsung melamar kerja di tempatnya.

"Begini ya...? Kalian adalah orang ku, teman ku, keluarga ku, tanpa kontribusi besar kalian studio ini tidak akan berkembang sejauh ini. Jadi, tolong jangan lakukan hal itu lagi, keputusan yang kalian buat justru membuatku terluka. Anggap saja karena saya sangat menghargai dedikasi kalian selama bertahun-tahun ini. Dan tolong jangan ada penolakan!" tutur Keenan dengan wajah serius.

Anthony tertegun kehabisan kata, speechless mendengarkan ucapan Keenan. Malah dia tertawa riang bersama karyawan lainnya di belakang.

"Sungguh tak disangka, yang dikatakan orang memang benar. Bos Keenan dulunya adalah seniorku waktu di kampus. Aku tidak begitu mengenal anda namun teman - temanku berkata kalau beliau adalah seorang jenius. Beliau selalu punya kejutan yang membuat orang tercengang... Maka dari itu, aku putuskan saat itu diam-diam menjadikan beliau sebagai role model bagi hidupku! Tak disangka, saat ini aku belum lama ini didekat anda namun sudah merasakan dampak positifnya." batin Anthony sembari tertawa lepas dengan karyawan lain. Bagi Anthony sosok Bos Keenan memiliki kesan positif di hatinya.

Matthew hanya menggeleng tak berdaya, karena mengerti betul karakter atasannya itu.

"Huh dasar..."

Sementara Yuyun tertegun dengan wajah memerah tersenyum lembut, seolah mengakui sesuatu yang selama ini ada di perspektifnya tentang seseorang Keenan. Pria berbadan kurus yang lembut, implusif, hangat, mengayomi, brilian, sedikit tempramen, juga tegas.

"Wahh celaka, sepertinya perasaanku sudah naik level dari 'kagum' ke level lebih intim mungkin? Tidak, tidak! Ini tidak boleh dibiarkan. Aku takut perasaan ini berujung sayang atau semacamnya!" ucapnya sepintas dalam hati dengan kulit wajahnya yang memanas.

Keenan tertawa pelan melihat tingkah mereka. Sebelum Matthew di sebelahnya membuka suara.

"Lantas apa rencana selanjutnya? Apa kau akan diam saja melihat mereka bersikap seenaknya."

"Tentu saja tidak. Masalah itu biar jadi urusanku. Apa mereka berpikir aku akan bersikap lemah dengan intervensi mereka begitu? Oh ya satu hal—!" kicauan Keenan menarik lagi perhatian sekelilingnya.

"Aku berharap kalian jaga kesehatan, karena bersiaplah kita akan ada bussiness trip ke luar negeri. Kali ini tempat eksotis ini menjadi pilihan dua klien besar kita, apa kalian bisa tebak kita akan kemana besok?"

"Mmm, Paris!" tebak Jordy yang berada di sebelah Anthony.

Keenan menggeleng, "LA!" teriak Mikha.

"Bukan juga," sahut Keenan.

"Apa kali ini tujuan kita Benua Asia? Soalnya kami menebak ke Eropa atau Amerika juga bukan..." kali ini giliran Yuyun bersuara.

"Mhmm, coba tebak kita akan kemana?" tantang Keenan. Matthew bergeming bukan karena tahu, namun dia juga sedang malas main tebak-tebakan.

"Korea? Atau Jepang?" tanya Anthony.

"Salah, baiklah karena tidak ada yang tahu... kali ini vacation kita ialah Pantai Serangan, Bali - Indonesia...!" teriak Keenan semangat.

"Wow, Bali? Yang terkenal itukan?" tanya Mikha.

"Yupp," sahut Keenan.

"Wahh, akhirnya aku berkesempatan ke sana! Aku sudah lama bermimpi ke Kuta Bali tapi kali ini diajak ke Pantai Serangan, baiklah, baiklah, tak masalah..." ucap Anthony.

"Eh, jangan salah. Destinasi kita tidak kalah jauh kok sama menarinya! Itu karena klien kita tinggal disana, makanya demi kelancaran segalanya bahkan mereka sudah menyiapkan tempat villa kelas premium untuk kita semua." imbuh Keenan.

"What—?!" pekik mereka bersamaan. Keenan mengangguk kecil.

"Setahuku, perjalanan kita kurang lebih selama 14 hari. Jadi studio kita akan tutup selama itu. Sedangkan ketemu dengan klien diperkirakan 4-5 hari urusan kita selesai ... barulah kita bebas liburan hehe..." tutur Matthew yang sedari tadi diam.

"Boss, apa boleh kita ajak keluarga, pasangan, atau teman?" intrupsi Mikha.

"A, a, a... Sayangnya tidak bisa, karena tujuan utama kita adalah pekerjaan. Juga biaya hotel sudah ditanggung oleh mereka, masa iya kita akan tambah menyusahkan mereka sih. Hanya saja tiket perjalanan pakai uang kantor, bukan uang pribadi. Jadi, persiapkan diri kalian sebaik mungkin. Jangan lupa bawa uang receh ya, mbok kalian mau berbelanja disana..." meski terlihat sedikit kekecewaan dari wajah Mikha namun dia tetap tersenyum.

"Baiklah, baiklah, kurasa segini saja yang perlu saya sampaikan. Silahkan lanjutkan kembali kegiatan kalian." ucap Keenan mengantar mereka satu - persatu menjauhkan diri dengan penglihatannya.

Matthew masih berdiri di tempatnya.

"Apa kau yakin, tidak butuh bantuan ku menyelesaikan masalah soal Pak Willy, Kee?" terdengar nada perhatian dari Matthew.

Keenan terkekeh berjalan mendekati Matthew dan menepuk bahu kirinya dibawah tatapan Yuyun yang ternyata juga masih di tempat.

"Oh teman! Aku tahu kamu bermaksud baik. Tetapi, untuk saat ini sejujurnya aku belum bisa banyak bergerak. Aku masih butuh waktu mengumpulkan banyak bukti, mengumpulkan semua kebusukan mereka barulah aku memberi mereka balasan seratus kali lipat dari penghinaan yang kita terima!" Matthew merajut alisnya dan menghela nafas.

"Baiklah, baiklah, aku percaya sepenuhnya kepadamu. Dan aku yakin, kamu tidak akan melakukan hal yang sembrono tanpa rencana. Benar begitu?" balas Matthew yang melenggang pergi kembali ke kursi nya semula.

Keenan melihat kepergian Matthew, ia berbalik menatap Yuyun yang masih belum beranjak di tempatnya. Meski nampak jelas kecemasan dari paras rupawannya, kedua alis Yuyun merajut.

Keenan mendekati Yuyun, menepuk kepalanya lembut. Meski sebetulnya, dikisaran usia Yuyun lebih tua 3 tahun darinya. Namun Keenan tetaplah Keenan, dia melakukan caranya sendiri supaya membuat orang tahu isi kepalanya.

Tindakan Keenan membuat Yuyun salah tingkah. Meski bisa menahan rona merah diwajahnya, dia gagal menyembunyikan kekhawatiran yang dia miliki.

"Baiklah, aku tahu persis karakter kamu Kee? Tolong, jangan terlalu memaksakan diri okey? Bilang saja, aku pasti bantu kok." ucap Yuyun seraya menurunkan tangan kanan Keenan dari atas kepalanya dan menggenggamnya erat.

"Terimakasih Kak Yuyun. Kamu bisa mempercayai ku sepenuhnya hehe..." gurau Keenan yang justru membuat yang terakhir berwajah panas kemerahan dengan gelisah.