webnovel

CERITA 7

"nggak.. dia nggak menyalahkan aku, tapi memintaku bersabar, DASAR BRENGSEK!! aku memang mencintainya tapi nggak bodoh.. kalau dia punya anak, apa aku harus terima juga?! atau kalau dia kena penyakit aku harus terima juga!! Gila kan dia?!?" senyum puas terlihat di wajah adam, akhirnya putrinya sadar juga.

"makanya ayah.. pecat aja dia, dia gila dan menyakiti putrimu.." tuntut tiya filia, wajahnya cemberut. adam melepaskan pelukannya. dengan gaya berpikir dia kembali ke meja kerjanya.

"kita tanya denny dulu, bagaimana den, apa kita harus memecat si roy?" denny yang sejak melihat Tiya filia menangis, telah pindah tempat duduknya sengaja menjauh dari ayah dan anak itu dan ketika di tanyai seperti itu jadi kaget.

"eh..maaf.. kenapa bos?.." Denny seakan baru mengumpulkan kesadarannya.

"Kenapa tanya om Denny ayah.. nggak usah di tanya-tanya segala, pecat aja.. dia itu brengsek ayah"

"Nggak bisa seperti itu sayang.. roy nggak melakukan kesalahan pada perusahaan, jadi ayah nggak punya alasan buat pecat dia"

"emang nggak bisa pakai alasan dia telah menyakiti hati putri ayah"

"nggak bisa sayang.. roy itu bekerja dengan baik di perusahaan, urusan kalian kan urusan pribadi , nggak ada hubungannya dengan pekerjaan, maaf kan ayah, ayahmu ini seorang profesional."

"ih ayah bikin kesal.. aku benci ayah.." rengek tiya filia.

"soalnya kalau ayah memecat dia tanpa alasan itu akan melanggar hukum, bagaimana.. seperti itukan ibu pengacara?" Kata Adam bercanda, dan ternyata itu meredakan kemarahan putrinya.

"ih ayah... tapi aku ingin membalas dia.."

"dengan kamu hidup bahagia bersama laki-laki yang lain, itu balas dendam yang paling ampuh" kata adam bijak, dia menatap putrinya meyakinkan. ayah dan anak itu saling menatap untuk sesaat.

" ya sudah, kalau begitu aku ingin melihat kandidat yang ayah ingin jadikan menantu" kata Tiya filia, dia langsung menuju ke sofa yang ada di ruangan itu dan disambut senyum cerah di wajah Adam