webnovel

Chapter 5: Rusa Krinitas

Berlari di tanah lapang saat senja, di bawah langit sore yang merah-jingga, cuacanya saat ini lebih terik, tetapi sudah agak naung karena matahari sudah hampir tenggelam. Saat itu Adam tak henti menghentakkan kakinya yang seirama dengan bunyi hembusan nafas, membuat aliran darah meningkat akibat dari detak jantung yang berdegup lebih cepat. Otot-ototnya mulai menghangat, dan cairan keringat terus-menerus keluar membasahi tubuh. Kaki perlahan melemah, ego juga sudah tak sanggup lagi melaksanakan kehendaknya, sehingga memaksa Adam untuk berhenti di dekat pohon rindang untuk mengambil nafas yang telah banyak hilang.

Di sisi lain, Joy yang tidak jauh dari sana berlari pelan ke arah Adam yang terduduk kelelahan, lalu dia memberikan sebotol air kepada Adam.

Joy bertanya, "Ada yang bisa kubantu lagi?"

Adam bersama sifat tidak tahu dirinya menjawab, "Ada! Untuk kebutuhan fisikku, aku benar-benar butuh makanan yang sempurna. Seperti daging, sayur, telur, su—"

Joy sontak memotong perkataan Adam itu. "Sadar... kita ini orang miskin," katanya.

"Benar juga," sahut Adam.

Namun, tiba-tiba terdengar sebuah bunyi yang membuat perhatian Adam teralihkan kepada semak-semak yang tampak bergerak hidup. Mengetahui ada sesuatu di sana, Adam dengan segera menarik Joy untuk bersembunyi di belakang pohon.

"Aku mendengar sesuatu," kata Adam berbisik.

Dan tak lama, di balik semak itu muncul suatu sosok yang ternyata adalah seekor rusa. Namun, Adam yang melihat rusa itu dengan cara yang tidak biasa, kelopak matanya melebar, pupilnya membesar, dan perasaannya begitu takjub dengan penampilan rusa itu yang memiliki tubuh mungkin tiga sampai empat kali lebih besar dari rusa pada umumnya.

Adam lantas bertanya kepada Joy, "Hewan apa itu?"

"Itu... tampak seperti..." Joy menyipitkan pandangannya kearah tanduk yang dimiliki oleh rusa itu, yang tampak mengkilap seperti emas. Hal itu sontak membuat Joy menjadi sangat terkejut, dan lanjut berkata, "Itu rusa krinitas!"

Mendengar Joy yang terlalu bersemangat, Adam dengan segera membekap mulut Joy dengan tangan.

"Berisik," kata Adam pelan.

Entah kenapa Joy menjadi berdebar-debar saat terlalu dekat dengan Adam, seakan Joy merasa nyaman dengan situasi itu, tetapi sekaligus malu, bahkan dirinya tak tahan dengan rasa malu itu sampai-sampai membuat kedua pipinya memerah dengan wajah yang spontan turun.

'Apa yang terjadi? Aku kenapa?' tanya batin Joy.

Kemudian rusa itu berjalan mendekati satu pohon beri yang tumbuh di pinggiran tempat ini, lalu memakan buahnya. Setelah selesai, rusa itu dengan segera kembali ke dalam hutan. Merasa sudah cukup melihat penampakan itu, Adam berhenti membekap Joy dan lebih dulu keluar dari persembunyian.

"Yah... dia pergi," ucap Adam dengan nada kecewa.

Joy nampak hanya diam dengan mata yang terpejam, setelah itu dia menarik nafas dalam yang kemudian dihembuskan perlahan. Matanya dia buka, lalu dia berjalan dengan ekspresi datarnya.

Joy berkata, "Kamu tertarik? Kenapa tidak buru saja?"

"Memang boleh?" tanya Adam.

"Boleh," jawab Joy, "Tidak ada yang melarang."

"Baguslah," sahut Adam, "Tapi sebelum pulang, aku ingin mencari material yang kubutuhkan terlebih dulu, jadi kau pulanglah."

"Baik, aku pulang, dan kamu jangan tersesat ya," kata Joy.

Joy pun pulang lebih dulu sehingga hanya menyisakan Adam seorang di tempat itu, tetapi Adam sudah memiliki tujuannya, yaitu Hutan Zona Aman. Setibanya Adam di sana, dia segera mencari pohon yang cocok untuk membuat benda yang dia inginkan, busur dan panah. Adam berkeliling sendirian sembari mengamati keadaan bagian-bagian hutan, sampai beberapa jam berlalu, akhirnya Adam menemukan kayu kering yang tampak berhamburan di bawah pohon oak.

Adam segera mengidentifikasi potongan-potongan kayu itu satu per satu, hingga ditemukan satu potongan kayu yang menurutnya bagus; tidak ada mata kayu, puntiran, bahkan cabang, dan bagian tengahnya pun tebal.

"Ini sempurna!" gumam Adam.

Dan tak terasa keberadaan matahari hampir lenyap ke tepi langit, menandakan hari mulai merubah kulit. Mengetahui hal itu membuat hati kecil Adam berkata, 'Sudah saatnya.' Lalu Adam dengan cepat mengambil beberapa potongan kayu yang sudah dipilih, dan lanjut berlari kecil menuju jalan pulang.

Sampai hari sudah menampakan malam, sedangkan Adam baru saja sampai di kediaman Joy. Di sana Adam melihat Joy yang tampak sudah tertidur lelap di kasurnya, dan tampak di meja makan sudah siap bubur sayur yang masih hangat. Namun, Adam hanya melewati meja makan itu, lalu lanjut melangkah pelan mengambil pisau di dapur.

'Aku harus menyelesaikan pekerjaanku dulu,' ucap batin Adam.

Setelah itu Adam segera pergi keluar rumah, dan duduk beralaskan tanah. Kemudian Adam mengambil sepotong kayu yang nampaknya lebih panjang, lalu Adam regangkan untuk mengukur lengkungan alami dari kayu itu.

"Sepertinya pegangan yang cocok di sini," gumam Adam.

Selesai memperkirakan struktur yang cocok, Adam segera melanjutkan pekerjaannya dengan meraut kayu itu mengunakan pisau, hingga membentuk sebuah busur sederhana tanpa ada adanya ukiran-ukiran indah.

Namun, melihat busur itu membuat memori lama kembali tersusun di dalam ingatan. Masa di mana Adam muda pertama kali memburu dan membunuh makhluk kecil yang bernafas.

Busur sudah dibuat, tetapi Adam tidak langsung istirahat, Adam malah lanjut mengambil lagi satu per satu sisa potongan kayu, dan memotong kayu-kayu itu dengan ukuran yang sama. Kemudian kayu-kayu itu diraut, dipanaskan, dan diukir takiknya hingga menjadi sebuah anak panah.

Pekerjaan Adam memang selesai, tetapi masih ada yang kurang. 'Tersisa tali lagi. Mungkin aku pinta saja kepada Joy besok,' ucap batin Adam.

Di keesokan hari, di waktu senja hampir menuju malam. Adam hanya berbekal perlengkapan seadanya dengan berani pergi sendirian ke hutan, walaupun keahlian Adam tidak sehebat saat dia masih menjadi seorang prajurit, tetapi pengalamannya bukan main-main, dia adalah salah satu Letnan termuda pada masanya. Memburu hewan liar bukanlah hal yang sulit bagi Adam, karena dia sudah pernah memburu makhluk yang lebih sulit untuk ditaklukan, yaitu memburu manusia. Sehingga Adam tahu apa yang harus dia lakukan hanya untuk sekedar memburu hewan berkaki empat. Berawal dari menemukan bekas jejak yang diukir di atas tanah.

'Jejak… besar dan lebih dalam. Tidak salah lagi,' ucap batin Adam.

Saat itu hari sudah sepenuhnya malam, Adam berjalan mengikuti jejak kaki itu hanya dengan penerangan cahaya bulan. Telinganya begitu sensitif mendengarkan bunyi-bunyi yang terdengar hidup, dan pikirannya terus menebak bunyi-bunyi yang terdengar, sampai terdengar suara berisik dari tanah yang terinjak, Adam sontak menunduk dan mengendap ke dalam bayang-bayang pepohonan. Dengan gerakan penuh kehati-hatian, Adam mulai melepaskan ikatan tali untuk mengambil busur dipunggungnya, lalu dia bergerak lagi dari pohon ke pohon lain, hingga dia mendapati bunyi suara yang terdengar lebih intens.

'Rusa itu! Ketemu!' ucap batin Adam dengan semangat.

Di hadapan tampak rusa krinitas sedang menikmati air minum di sebuah genangan. Adam jelas tidak ingin melewatkan kesempatan itu dengan membiarkan dirinya dibimbing oleh busur kayu yang ia pegang. Adam mulai menarik anak panah dengan tatapan tajam yang lurus ke depan. Fokus tingkat tinggi membuat hutan terasa lebih sunyi, bahkan yang terdengar hanyalah suara angin dari nafas, dan suara dentuman dari jantung yang terpompa.

Saat itu mangsanya tak curiga sama sekali ketika Adam mengangkat arah busur yang ia bidik. Lalu dia menahan nafasnya sebentar, dan perlahan dihembuskan, tetapi di tengah hembusan itu anak panah segera dilepaskan. Anak panah melesat dengan cepat, menembus heningnya malam, dan mendarat mantap di benda empuk sesuai harapan.

'Kena paha kiri! Harus nya dia tidak bisa lari lagi!' ucap batin Adam.

Namun, serangan senyap itu tidak membuat rusa krinitas terluka parah, tampak dia cukup santai saat melepaskan anak panah yang menancap, dengan cara menariknya menggunakan mulut, dan tanpa merasa terluka rusa itu segera melarikan diri.

Hal itu sontak membuat Adam kaget luar biasa. Adam berkata, "Brengsek! Apa-apaan… kenapa dia masih bisa lari?"

Tiga hari kemudian, perburuan Adam terhadap rusa bertanduk emas tidak membuahkan hasil, hewan langka itu terklasifikasi sebagai hewan yang sangat pintar. Bahkan saat Adam mencoba membuat jebakan di tempat makanan yang penuh buah beri, rusa itu malah pergi ke tempat buah beri lain.

Sempat dilema oleh keputusasaan, Adam terduduk diam di atas batu seraya melihat rusa krinitas berjalan bebas dari kejauhan. Batinnya berkata, 'Sudah tidak bisa dilukai. Reflek si rusa sudah terasah tajam. Sial! Baru pertama kali aku bertemu hewan sepintar ini. Tidak bisa ditipu dua kali. Ini akan jauh lebih susah karena sepertinya dia sudah sangat waspada dengan pergerakanku.'

Sesaat Adam termenung memikirkan cara mengalahkan hewan tergolong gesit dan cerdas ini, tetapi akal manusia selalu saja punya cara lebih ekstrem yang muncul ketika tekat besar berada di puncaknya.

Mendapatkan rencana di dalam otaknya, membuat Adam sedikit menyeringai. "Hewan ini suka makan beri ya," gumamnya dengan ekspresi tidak biasa.

Seharian penuh Adam berkeliling hutan, hanya untuk mengambil semua buah beri. Buah-buah itu kemudian Adam kumpulkan di satu tempat, sehingga dia hanya cukup menunggu si rusa datang.

"Akhirnya kau datang," kata Adam kepada rusa yang muncul dari balik pepohonan.

Wajah rusa bertanduk emas sepenuhnya tertutup oleh bayangan, tetapi ekspresi dingin dan datarnya masih terpancar jelas, meskipun terlindung oleh gelap malam. Mata hitamnya dengan tajam menatap lurus ke arah Adam, seakan memberitahu jika ini adalah sebuah ancaman.

'Baiklah dia datang!' ucap batin Adam.

Rusa krinitas dengan cepat berlari ke arah Adam, tanpa rusa krinitas ketahui jika sebuah jebakan tali sudah terlebih dahulu Adam persiapkan. Membuat rusa krinitas berakhir terinjak jebakan itu, yang kemudian mengikat kaki dan mengangkat rusa krinitas secara terbalik.

'Pengalaman yang belum pernah dia alami! Dan aku tidak akan mengulangi kesalahanku lagi!' ucap batin Adam.

Namun, rusa krinitas itu tidak menyerah, dalam posisi terbalik dia berusaha meronta-ronta hendak melepaskan diri. Adam yang melihat itu, tanpa pikir panjang segera melepaskan satu anak panah ke arah paha kaki rusa yang terikat, sehingga membuatnya sedikit melemah.

Merasa si rusa tidak bisa melakukan apa-apa lagi, Adam segera berjalan ke arah si rusa yang bergelantungan, seraya mencabut sebilah pisau di balik badan. Namun, setelah jarak Adam dan si rusa sangat dekat, secara mengejutkan si rusa itu ternyata masih memiliki tenaga, bahkan dia mengamuk lebih hebat, sampai-sampai tali yang mengikat kakinya itu terputus.

Terkejut dengan hal itu, Adam reflek melompat mundur, sedangkan si rusa jatuh ke permukaan tanah, dan perlahan bangkit bersama amarah. Si rusa kemudian menatap ke arah Adam dengan sorotan mata yang tampak lebih tajam dari sebelumnya, bahkan aura yang keluar dari dalam tubuh si rusa membuat burung-burung di pepohonan pergi meningggalkan sarangnya.

'Perasaan apa ini? Terasa tidak nyaman sekali,' ucap batin Adam.

Adam merasakan suasana ganjil tersebut, tetapi dia tidak bisa melihat, karena saat ini Adam belum memiliki kemampuan untuk melihat mana yang si rusa keluarkan. Mana itu begitu lengket menyelimuti tubuh si rusa, lalu perlahan mengalir ke tanduknya, membuat warna emas menjadi lebih terang. Rusa itu kemudian berdiri dengan dua kaki, seperti kuda siap berperang, lalu dia melompat dan berlari sangat kencang.

Merasa terancam, Adam spontan mengambil posisi dan dengan cepat melompat menghindari tandukan runcing si rusa. Tandukan maut itu hampir mengenai Adam, tetapi Adam berhasil menghindarnya. Rusa yang tidak mengira akan hal itu membuat dirinya berakhir menusuk sebuah batang pohon.

'Aku tidak percaya aku berhasil menghindar! Tapi aku tidak ingin melewatkan kesempatan ini!' ucap batin Adam.

Adam segera menarik anak panah dengan busurnya, tetapi ada suatu keanehan yang muncul, bermula dari partikel-partikel berwarna biru yang perlahan keluar dari dalam dada Adam. Kemudian partikel itu mulai bergerak melingkar membentuk satu kumparan, dan lama-kelamaan meledak sehingga menyelimuti tubuh Adam.

Esensi kehidupan yang menopang dunia ini akhirnya memberkati Adam dengan Mana yang diberikan oleh alam. Kekuatan itu muncul dari tekad kuat Adam saat dirinya berjuang melawan tantangan, kesulitan, dan rintangan hidup. Meski dirinya belum sepenuhnya pulih, tetapi setitik harapan membuatnya terus bertahan.

Tanpa Adam ketahui, Mana miliknya perlahan tersalurkan ke anak panah yang dia tarik, membuat massa dari anak panah itu menjadi lebih berat, dan ketajamannya juga diperkuat. Di sisi lain si rusa sudah berhasil melepaskan tanduknya dari pohon, lalu si rusa berbalik dan berhadap-hadapan dengan Adam yang tampak sudah bersiap di posisinya.

Si rusa dengan segera berlari ke arah Adam lagi, tetapi Adam dengan percaya diri segera melepaskan anak panahnya, dan di detik itu, secara mengejutkan gaya pegas yang dihasilkan oleh anak panah yang Adam lepaskan sangatlah kuat, sampai-sampai terasa menusuk gendang telinga.

Anak panah itu terbang melesat dengan berani ke mangsa yang ukurannya jauh lebih besar darinya, hingga menusuk kepala dan spontan menghentikan pergerakan si mangsa. Rusa krinitas pun meringkuk jatuh, dengan dagu yang lebih dulu terhempas ke tanah, dan darah merah mengucur dari sela-sela lubang kepalanya, hingga membuat genangan merah di bawah sana.

"Akhirnya… berhasil juga," kata Adam seraya menyapu keringat dagunya dengan tangan.