Di dalam ruangan itu hanya ada Kiai dan Sofil yang memperkenalkan diri sebagai Barrak, Sofil merasa canggung, panas dingin seperti mau ijab qobul.
'Ya Allah ... Perasaan apa ini yang menyiksaku, rasanya aku ingin membuka aibku kepada Kiai Mad, tapi ... Ya Allah ... hamba benar-benar serasa didatangi malaikat pencabut nyawa, eh. Astagfiruah ... jalan taubat mau aku tempuh, malah berkata yang tidak-tidak,' Batin Sofil tersiksa.
"Hekm, kok diam. Oh ya, Kang Barrak bisa nyetir mobil?" tanya Kiai Mad.
"Saya memang sopir," ceplosnya lalu menutup mulut. "Saget Yai. Alhamdulillah saget," sambungnya dengan bahasa jawa yang artinya bisa.
"Kalau bisa mau antar saya ke Surabaya? Ada acara di sana, kuat tidak nyupir jauh?" tanya Kiai menandang pemuda karismatik itu.
'Shofil jangan asal bicara,' batin Sofil lagi.
"Kuat Yai IngsyaAllah pulang pergi juga bisa, Yai ... Yai ... Boleh saya curhat?" tanya Barrak ingin mengeluarkan gejolak di dalam sanubari.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com