webnovel

Ketika Dia Pergi Sebentar

Ini bukan kisah laki-laki yang tampan dan juga kaya raya. Dengan wajah yang jelek, dan tidak mempunyai banyak uang tetapi Prasetyo juga ingin merasakan rasanya di cintai dan mencintai seseorang, bagaimana Prasetyo mendapatkan cewek yang bisa menerima wajah buruk rupanya? Prasetyo merupakan seseorang yang sudah bekerja di sebuah Perusahaan yang cukup besar, ia di sana juga sudah bekerja cukup lama. Bekerja dengan sistem shift cukup menguntungkan bagi Prsetyo sendiri. Uang demi uang ia sisihkan untuk biaya pernikahannya yang akan terjadi sekitar beberapa tahun lagi. Namun, ketika mendekati acara pernikahannya, ia bertemu dengan seorang perempuan yang bekerja dengannya atau bisa di sebut partner kerjanya. Mengerjakan pekerjaan bersama, istirahat bersama, dan sudah sering menghabiskan waktu bersama juga dalam waktu yang cukup lama. Sampai pada akhirnya sempat di tegur oleh bosnya, apa yang akan di lakukan mereka berdua? Apakah yang harus di lakukan Prasetyo dalam masalah ini? Apakah akan tetap melaksanakan pernikahannya yang sudah di rencanakan jauh-jauh hari dengan kekasihnya yang bernama Devi atau malah memilih bersenang-senang dengan partner kerjanya yang bernama Mei? Ini juga bukan tentang kisah percintaan saja, tapi juga memberikan pembelajaran tentang dunia kerja yang sangat keras dan licik.

Ervantr · Realistis
Peringkat tidak cukup
279 Chs

Revenge

"Gue mau ngomong bentar sama lo, Nay," ucap Mei sambil menarik tangan Naya ke belakang kelasnya.

"Lo kok nikung gue, sih? Lo kan udah tahu kalau gue suka sama Kak Frans, tapi lo malah deketin dia. Kita temen lho, Nay." Mei melipat tangannya di depan dada.

Naya menghela napasnya pelan. "Gue nggak nikung lo, Mei." Naya menekankan setiap kata yang keluar dari mulutnya.

Mei tertawa. "Nggak nikung gimana? Lo hampir tiap hari ada di dekat dia. Lo juga sering jalan sama dia, kan?"

Cewek itu menatapnya tajam. "Lo nggak usah pura-pura bego. Kacamata lo itu nggak buat lo jadi cewek cupu yang kalau ngomong pasti jujur."

Kini Naya yang balik menatapnya dengan tajam. "Think before you speak."

Naya meremas sebelah bahu gadis itu dengan matanya yang berkilat. "Harusnya sih gitu. Kalau lo punya otak," lanjut Naya.

Mei menghempaskan tangan Naya yang menyakiti sebelah bahunya. Ia mendorong gadis itu hingga Naya mundur selangkah. "Jaga omongan lo!"

Bab Terkunci

Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com