"Hei makasih ya kereta dorong bayinya. Kamu tau aja aku belum beli buat bayiku", ujar Ryan menyenggol bahu Alexa dengan bahunya saat melihat Alexa sedang berdiri meminum air di depan kulkas.
"Ryan sengaja nih. Masuk idung nih airnya", gerutu Alexa karena akibat senggolan Ryan, air yang seharusnya masuk ke mulut nya malah masuk ke hidung dan membasahi baju t shirt yang ia pakai.
"Lagian kebiasaan banget si. Minum tuh pake gelas jangan main tegak aja kaya gitu", goda Ryan senang karena berhasil mengerjai Alexa.
"Sini aku mau minum juga", ujar Ryan hendak mengambil botol yang ada di tangan Alexa namun Alexa langsung menghindari nya.
"Ambil sendiri, enak aja punyaku. Tuh di kulkas masih banyak", gerutu Alexa lagi.
"Enakkan bekas kamu", ujar Ryan pelan.
"Hah Apaan?", tanya Alexa karena ia sedang menegak air lagi jadi tidak mendengar ucapan Ryan.
"Hmmm Ryan kayanya uda ada batasan ya", sindir Nathan sambil duduk di bangku depan Alexa minum.
"Iya kak. Cuma becanda kok", ujar Ryan tersipu karena kepergok Nathan menggoda Alexa.
"Rasain lu", ujar Alexa menggoda Ryan tanpa bersuara.
Ryan memonyongkan bibirnya meledek Alexa lalu ia berjalan menuju ke arah Lia yang sedang bercengkrama dengan Liliana.
"Kita pulang sekarang aja yuk. Aku mau tidur di Apartemen aja", ujar Nathan sambil memeluk Alexa erat.
"Kenapa? Sudah malam sayang. Besok aja ya. Ngga enak sama mama papa kalau pulang sekarang", ujar Alexa lembut sambil membelai kepala Nathan yang bersandar di dadanya.
"Sayang, kita beli rumah tanah mau ngga? Tadi aku lihat pas dekat sini ada rumah yang mau dijual. Aku sempat tanya tadi harganya ngga terlalu jauh dari harga jual Apartemen kita. Kita jual apartemen trus beli disitu, mau ya sayang", ujar Alexa manja.
"Hmmm ya kalau kamu mau beli, beli aja. Apartemen ngga usah dijual. Buat invest", ujar Nathan lemah.
"Hei kalau mau mesra-mesraan mending dikamar aja gih jangan di dapur gitu", teriak Liliana dari ruang TV.
"Tau nih orang berdua, aku kan lagi ngga bisa pelukan gitu sama Lia, keganjel si dede", gerutu Ryan kesal.
"Bodo amat", teriak Nathan sambil mempererat pelukannya.
"Addduhhh", teriak Lia tiba-tiba.
"Kenapa sayang", tanya Liliana dan Ryan kompak. Nathan mengangkat kepalanya dan Alexa serta Albert semua memperhatikan Lia.
"Perutku terasa sakit. Aduh sakit", ujar Lia.
"Uda mau melahirkan ya? Ryan cepat siapkan semuanya. Siapkan mobil", teriak Liliana lalu segera mendekati Lia dan memegang tangan Lia erat. Ryan langsung sigap berlari ke arah kamarnya untuk mengambil perlengkapan persalinan.
"Kak Alexa... Bolehkan kakak menemani aku selama proses persalinan?", tanya Lia dengan menahan rasa sakit di perutnya.
Nathan langsung menatap Alexa dan terlihat muka Alexa mulai memucat. Nathan langsung bangun dan kemudian memeluk erat Alexa.
"Kita ke kamar aja ya", ujar Nathan lembut.
"Tidak Nathan. Biarkan aku menghadapi ketakutanku. Biarkan aku mendampingi Lia selama proses persalinannya boleh? ", tanya Alexa berusaha setenang mungkin.
Alexa melepaskan pelukan Nathan lalu dengan langkah pelan dia mendekati Lia.
"Aku akan mendampingi mu sayang", ujar Alexa sambil memegang tangan Lia yang dilepaskan Liliana.
Lalu Lia bangun dan Alexa berusaha memapah Lia berjalan menuju ke arah mobil. Liliana melihat ke arah Nathan dan Nathan mengangguk.
"Biarkan dia mencobanya ma. Dia mau menghadapi ketakutan nya", ujar Nathan pelan sambil berjalan bergandengan dengan Liliana dibelakang Alexa dan Lia.
Di depan mobil, Nathan langsung mengambil Alih kemudi. Albert dan Nathan duduk di bangku depan, Liliana dan Ryan dibangku paling belakang sementara Lia dan Alexa di bangku tengah.
Lia berusaha mengatur pernafasannya sesuai senam hamil yang ia ikutin selama ini. Saat ia melihat muka pucat Alexa, Lia berbisik, "Kak aku dan bayiku akan selamat. Kamu akan melihat anakku lahir kak, dia pasti akan keluar dengan selamat karena kamu ada disana menunggu nya".
Alexa berusaha tersenyum walaupun dipaksakan. Ryan yang duduk dibelakang tidak mengerti ucapan istrinya dan sesekali ia ikut mengatur nafas sesuai yang dilakukan Lia.
Saat tiba di ruang UGD, Lia langsung dinaikan ke tempat tidur dorong. Alexa terpaksa ikut berlari mengikuti laju tempat tidur Lia dikarenakan Lia tidak mau melepaskan pegangannya.
"Saya minta ditemani kakak saya ya suster", ujar Lia lemah dan suster mengangguk lalu memberikan baju untuk ruang persalinan kepada Alexa.
Sempat Alexa ragu namun saat ia melihat senyum Lia, dia langsung memakai baju tersebut dan kemudian mencuci tangannya sebersih mungkin.
Seorang dokter masuk kemudian melakukan pemeriksaan kepada Lia untuk mengecek sudah sampai mana kontraksi nya.
"Ibu sudah pembukaan 8 nih, sebentar lagi akan lahir. Bersiap ya. Pendampingnya berikan semangat ya buat si ibu dan bantu doa juga", ujar dokter itu ramah.
Alexa mengangguk, ia pun berdoa dengan khusuk agar Tuhan memperlancar persalinan Lia dan juga memberikan kekuatan buat dirinya melawan ketakutannya. Tubuh Alexa panas dingin, mukanya begitu pucat namun ia berusaha untuk tersenyum pada Lia memberikan kekuatan kepada sepupunya itu.
"Ayo Lia sayang, dorong lagi sayang. Sebentar lagi si baby keluar", ujar Alexa berusaha sekuat mungkin menahan dirinya untuk tidak jatuh pingsan.
Alexa hanya melihat ke arah muka Lia tanpa mau melihat ke arah bawah tubuh Lia yang tertutup selimut hijau. Lia bermandikan peluh berusaha sekuat tenaga untuk melahirkan anaknya. Beberapa saat kemudian terdengar suara tangis bayi dan seorang bayi perempuan yang sangat cantik telah lahir.
"Kak, bayiku lahir. Lihat kak. Kami selamat kan, kami berjuang bersamamu untuk selamat kak. Jadi lupakan mimpi burukmu itu kan", ujar Lia pelan.
Lia tau benar tentang ketakutan Alexa melihat ibunya melahirkan dulu yang membuat Alexa trauma. Lia juga menyadari kalau Alexa memang sengaja menghindari nya sejak dia mulai hamil dan Lia sengaja mengajak Alexa melihat proses persalinan nya agar Alexa bisa melupakan trauma nya.
Tak lama Lia kemudian di dorong menuju ke kamar rawat nya dan di depan pintu ruang persalinan, Alexa melihat Nathan dan ia langsung memeluk suaminya itu serta menangis dalam pelukannya. Liliana yang akan mendekati dilarang Nathan.
"Mama dan Papa lihat Lia aja dulu sama Ryan. Nanti kami menyusul", ujar Nathan tanpa melepaskan pelukannya. Liliana dan Albert akhirnya berjalan meninggalkan Nathan dan Alexa menuju ke kamar rawat Lia.
Alexa masih menangis lalu Nathan membimbingnya untuk duduk di ruang tunggu. Alexa tetap menangis tak perduli banyak mata yang melihat ke arahnya dan Nathan terlihat melindungi istri tercintanya ini.