webnovel

Keinginan untuk Melepas

Setelah berbincang dengan Gisel yang memakan waktu satu jam Naura meletakkan ponselnya ditangkas atas meja samping ranjang. Melirik jam yang menempel pada dinding, jam 22.00 Aldi belum mengirimnya pesan ataupun menghubunginya. Kebiasaan Aldi jika sedang lembur tetapi sekarang sangat berbeda sitausi, Aldi lembur ketika sudah kembali lagi dan juga sudah meminta izin Naura meski mulut Naura belum sampai terbuka.

Naura kembali melirik ponselnya, tangan yang tadinya ingin sekali terulur dan menghubungi Aldi segera diurungkan.

Naura memilih untuk menenggelamkan tubuhnya ke dalam selimut menutup matanya dan berharap jika sebelum matahari terbit serta kedua matanya terbuka nantinya sudah ada Aldi yang berbaring disampingnya. Pemandangan yang selalu ingin Naura nikmati setiap paginya.

Naura lelah dan kedua matanya kini benar-benar terpejam.

***

"Bagaimana Aldi, apakah sekarang nenek sudah bisa bertemu dengan Naura?"

Pertanyaan yang langsung membuyarkan lamunan Aldi dan seketika menegakkan tubuhnya. Memandang wanita yang berada dihadapannya duduk dikursi roda dengan kedua mata yang menatapnya. Wanita yang masih sama cantiknya sepanjang Aldi melihatnya.

Aldi mengambil beberapa obat lalu memberikannya kepada wanita tua tersebut. Pembicaraan terjeda dan berlanjut ketika wanita tua sudah meneguk air putih.

"Secepatnya akan Aldi pertemukan dengan Nenek."

"Kenapa tidak kamu bawa kesini menemui Nenek?"

Aldi tersenyum lalu menaruh tangan wanita tua yang sudah keriput itu tetapi masih sama hangatnya dengan puluhan tahun silam. Genggaman yang selalu Aldi rasakan, tenang dan damai.

Seolah dengan menggenggam tangan tersebut dunia terasa aman sama sekali tidak ada bahaya.

"Ingat kata dokter, Nenek masih harus banyak istirahat, jangan terlalu kelelahan," ucap Aldi menepuk-nepuk punggung tangan wanita tua dengan tangan satunya.

Memperlalukan selembut yang Aldi bisa, membalas semua perlakuan baik yang telah didapat Aldi dari wanita itu meski tidak akan pernah bisa setidaknya Aldi memberikan yang terbaik.

"Sudah tiga tahun Nenek menunggu, sampai kapan lagi Nenek harus menunggu?" wanita tua itu kini beralih menepuk punggung tangan Aldi yang terbebas dari genggaman.

Memeperhatikan sosok laki-laki dewasa yang selalu membuat kehidupannya lengkap. Perasaan bangga dan senang ketika melihat Aldi setiap saat.

Wanita tua yang selalu memancarkan sorot mata yang sangat tenang.

"Tunggu beberapa waktu lagi," pungkas Aldi yang dia sendiri sebenarnya tidak yakin dengan jawaban yang baru saja terlontarkan.

Meski sudah sering memikirkan mengenai hal ini Aldi juga belum bisa memutuskan langkah apa yang akan diambilnya. Menunggu waktu yang tidak selalu mendungkung keputusannya.

Aldi juga sangat ingin mempertemukan wanita baik hati yang merubah kehidupanya ini tetapi sekarang belum saatnya dan semoga saat itu sebentar lagi akan datang.

Mempertemukan kedua wanita yang Aldi miliki adalah keinginan terbesar Aldi.

Aldi menutup mulutnya kembali ketika seorang pelayan sudah datang dan berdiri tepat dibelakang kursi roda wanita tua itu, menganggukkan kepala sedikit lalu tersenyum.

"Segera," ucap Aldi, "Sekarang Nenek harus istirahat dan setelah keadaan Nenek membaik Aldi akan membawa Naura bertemu dengan Nenek," lanjut Aldi lalu bangkit dari kursi untuk memutarkan kursi roda dan setelahnya menyerahkan tugas itu kepada seorang pelayan yang sudah siap.

Sebelum kursi roda didorong wanita tua dengan laki-laki yang kini telah tumbuh dewasa itu bertukar senyuman lalu kini hanya Aldi yang tertahan diruangan ini dengan tatapan masih terpusat kepada kursi roda yang didorong oleh salah satu pelayan.

"Anda sudah ditunggu," ucap seseorang yang entah dari mana munculnya sedikit membuat Aldi terkejut lalu membenarkan penampilanya dan melangkah keluar dari ruangan dengan pintu yang berbeda dengan yang dilewati oleh wanita tua tadi.

Langkah yang diikuti juga oleh seorang pelayan dengan diam, menuju tempat yang sudah menjadi tempat tersesak ketika Aldi kembali ke rumah ini.

Seorang pelayan yang berdiri dipintu sebuah ruangan yang dituju Aldi ketika melihat kedatangan Aldi langsung membukakan pintu dan membiarkan Aldi melangkah masuk kedalam ruangan.

Benar saja, tempat yang sudah sangat sesak malam hari ini bertambah sesak dua kali lipat.

Seorang laki-laki tua mengalihkan perhatian dari wanita yang duduk dihadapannya dengan posisi yang sangat anggun itu kini melihat kearah Aldi yang masih berdiri depan pintu.

Wanita itu kini juga sedang melihat Aldi, tersenyum tipis.

Adegan yang memakan waktu beberapa detik itu kini harus kembali berlanjut dengan Aldi yang telah melangkah masuk.

Menarik salah satu kursi tepat disamping wanita anggun itu duduk sekarang mengahadap laki-laki tua itu.

Baiklah, malam ini semoga Aldi masih bisa menghirup udara segar jangan sampai membuat dadanya sesak kembali.

Kembali wanita itu tersenyum dan kini secara terang-terangan memandang kearah Aldi yang duduk disampingnya. Kini posisi mereka benar-benar sangat dekat dan membuat debaran dadanya semakin tidak terkontrol.

"Semoga semua lekas membaik," batin wanita cantik itu dan masih tidak bisa mencegah kedua matanya untuk tidak melihat laki-laki yang kini duduk disampingnya.

Perasaannya sangat bahagia sekarang dan harapan besar benar-benar kembali memeluknya serta doa yang sama selalu diulang-ulang.

"Berapa lama waktu yang masih ingin kamu butuhkan?"

Jelas laki-laki tua yang kini duduk dihadapan Aldi bukan tipe laki-laki yang senang dengan hal yang sepele selalu merujuk pada intinya dan segara mendapatkan apa yang ingin didapatkannya.

Bekerja keras adalah makanannya dulu ketika muda dan sekarang adalah moment untuk menikmati semua hasil dari kerja kerasnya. Jangan sampai ada keinginan yang tidak terwujud apalagi perihal masalah yang sangat sepele.

Laki-laki itu menaruh harapan yang begitu besar kepada Aldi, menurutnya harapan itu sangat bisa terlaksana.

"Selama Aldi masih hidup, Aldi tidak akan pernah melanjutkan perjanjian secara paksa itu," jawab Aldi.

Jawaban yang membuat perubahan raut wajah wanita yang ada disampingnya, raut wajah kecewa dan marah serta memalingkan muka kepada laki-laki tua yang duduk dihadapannya. Pemandangan yang berbeda jika dilihat dari raut wajah laki-laki tua itu terlihat sangat tenang akan tetapi tangan yang terkait itu terlihat begitu mengikat dan menonjolkan otot-otot tangan.

Kecewa.

"Apa maksud dari perkataanmu?" pertanyaan yang keluar dari mulut laki-laki tua yang masih terdengar begitu tenang.

Wanita yang duduk disamping Aldi sudah tidak bisa lagi menahan semuanya.

"Perjanjian sudah dibuat, sebagai laki-laki tidak sepatutnya kamu mengingkarinya karena ucapan laki-laki adalah cerminan harga diri. Ingat Aldi, kamu sudah berjanji," ucap wanita itu yang sudah tidak bisa menahan lagi mulutnya untuk menutup.

Wanita itu ingin segera mendapatkan keinginannnya dan Aldi Cuma harus bekerja sama dengan hal ini.

Bukankah keduanya dulu memiliki tujuan yang sama, kenapa sekarang tujuan itu tidak bisa didapat kembali setelah keadaannya yang benar-benar sudah membaik.

Aldi menoleh mendapati wanita yang duduk disampingnya sedang menahan air mata yang akan segera terjatuh.

"Semua tidak lagi sama ada banyak berubahan setelah kamu tiba-tiba pergi membuang semuanya seperti sampah lalu membuangnya ditempat sampah yang jauh dari kata indah. Waktu berputar begitu juga dengan kehidupan, janji itu tidak akan lagi aku lanjutkan dan akan aku ganti dengan membuang segalanya," jeda, Aldi menoleh kearah laki-laki tua, "Aldi akan mengundurkan diri dari segalanya."