webnovel

Kembang Berbuah

Bagian Tigapuluh Tiga.

Berkumpul ,Surya, Rumi dan pak Amil, di teras rumah Surya.Mereka membicarakan Herman yang tidak ada di rumah,Sana tukang ojeg nampak nimbrung karena sebenarnya ia sedang menunggu pembayaran ongkos ojeg.

Sana jadi mengetahui beberapa hal tentang rahasia pak Amil dalam hal mencari duit dari urus-mengurus di dunia pernikahan.Orang seperti pak Amil ini kadang bersikeras menegakkan aturan dan kadangkala ia nekad berbelok dari haluan.Banyak hal yang menarik hatinya ia memutuskan akan berada di tempat itu meskipun sampai malam, selama ongkos ojeg belum dibayar.

" Masalah dengan Herman kita anggap saja sudah beres dulu...Karena setelah saya bertemu dia...saya pikir-pikir dia sudah tidak mau ambil peduli terhadap Halimun...seandainya Halimun sekarang kita nikah kan juga dia tidak akan menggugat... ", terdengar kata-kata pak Amil seperti membuka peluang,berbeda dengan sikapnya pada beberapa hari yang lalu.Rumi dan Surya nampak senang seperti mendengar kabar keberuntungan.

" Memangnya sudah ada yang ingin menikah dengan Halimun, Ceu Rumi ? ", tiba-tiba Sana bertanya.

" Banyak ! ", sahut Rumi,sebentar kemudian ia sudah bicara kepada pak Amil itu lagi. " Kalau begitu Halimun bisa segera menikah tanpa harus ada surat pernyataan cerai dari Herman ,ya pak ? ". ujar Rumi.

Pak Amil membalas kata-kata Rumi dengan senyum,setelah itu berkata ." Keterangan Halimun tidak memiliki suami secara tertulis tetap harus ada..untuk kelancaran pernikahan ", kata pak Amil." Ngomong-ngomong status calon suaminya masih perjaka apa duda ? ".

Surya dan Rumi kelihatan ragu menerangkan.

Pak Amil melalukan perudingan yang ke dua kalinya.Dua hari ke depan bisa selesai masalah dengan Herman.Seandainya tidak selesai juga karena sukar bertemu dengan Herman, ia akan menunggu di rumah Herman walau harus menginap di sana.Sebuah sikap tanggung jawab terhadap pekerjaan sudah diutarakan pak Amil kepada Surya dan Rumi.

Seandainya surat pernyataan cerai dari Herman belum ada ,bila saatnya tiba Halimun menikah maka Amil bersedia mengurus pernikahan itu." Tapi untuk proses pernikahan sirih ", pak Amil menegaskan.

Walau pun sebatas pernikahan sirih hati Rumi dan Surya gembira.Mereka sedang melihat peluang baru buat Halimun....

Melihat pak Amil berpamitan pulang kepada Surya segera Rumi masuk ke kamar setelah beberapa menit ia ke luar,dilihat pak Amil sudah berada di halaman rumah berjalan mendekati Sana yang sedang menslag motor.

Rumi memanggil pak Amil sambil melangkah dengan tergesa-gesa mendekati hingga pak Amil terheran-heran.

" Ada apa,Bu ? ", tanya pak Amil,keningnya berkerut ketika melihat pergelangan tangan diraih oleh Rumi.

" Buat sekedar mengganti ongkos ojeg ", sahut Rumi,bersalaman sambil menyelipkan amplop kecil berwarna putih dilipat ke telapak tangan pak Amil.

Pak Amil menatap amplop kecil putih di tangannya sejenak.Lalu dilihatnya wajah Rumi ," Terima kasih Nihh ", ujarnya ,sesudah itu ia memasukan amplop ke dalam saku celana.Berjalan mendekati Sana yang sedang siap pergi dengan motornya.

Setelah memberikan amplop tadi Rumi langsung masuk ke dalam rumah,ia ingin bincang-bincang dengan Surya soal kemungkinan Halimun menikah lagi.

Di ruang tamu dalam, Surya dan Rumi duduk santai.Awalnya suami istri! itu membincangkan pak Amil karena ada rasa gembira di hati dan pernikahan menjadi persoalan yang sangat serius untuk kelancaran bersama punya rencana.

Sedang asyik keduanya berbincang,tiba-tiba Halimun datang meminjam kuncimotor kepada Surya,setelah itu Halimun bergegas ke samping rumah tempat dimana motornya disimpan.

" Mau kemana dia ? ", tanya Rumi kepada Surya.

" Paling juga mau keliling di kampung sekedar ngilangin jenuh ", sahut Surya,melihat Halimun menuntun motor ke depan rumah,lalu ia naik dan menghidupkan mesin motor.Kemudian dalam sekejap motor bergerak dikemudikan Halimun.

Sebuah mobil bergerak perlahan dan berhenti di depan rumah Surya.Tergerak hati Surya melihat mobil itu ," Ada mobil siapa itu ? ", tanya Surya

kepada Rumi.

Rumi melihat ke arah mobil hanya dalam sekejap,ia tidak mau seperti suaminya bagaikan orang dusun bila melihat mobil. Dengan bangga Rumi menjawab pertanyaan Surya tadi." Owh itu----- mobil nya Ade Ucup, kawannya Halimun ".

" Sudah pernah datang ke mari ? ", tanya Surya kepada Rumi.

" Sudah...tapi pulangnya dihadang Tohari di tengah jalan ", sahut Rumi,selang beberapa menit kemudian ia bertanya-tanya," Dia datang lagi mau apa ya ?",saat itu Rumi menyembunyikan rasa penasaran.

Meskipun pengemudi mobil yang berhenti di depan rumah Surya belum keluar dari dalam mobil, banyak penduduk kampung Setengah mengenal pengemudi itu adalah Herman.Mereka ada yang menghampiri dan menyapa Herman dengan ramah.Tapi ada juga dari mereka yang terheran-heran melihat Herman sekarang." Beberapa hari lalu Rumi bilang sudah cerai sama lakinya, kok sekarang lakinya datang ? ".

Terdengar ada yang menimpali dari mereka juga." Biasa lagi promosi untuk cari reserve....nanti kalau sungguhan cerai dia tidak perlu susah-susah cari calon laki baru...tinggal panggil pak Amil, beres ".

Surya dan Rumi melihat di luar ada Darmo menghampiri mobil itu, dan nampak bicara dengan orang yang berada di dalam mobil itu,darah Rumi dan Surya seperti mendidih menahan emosinya yang meluap-luap teringat kabar bohong soal Halimun yang dibuat Darmo kepada Herman beberapa bulan lalu.

" Si Darmo mau apa lagi itu ? ", ujar Rumi , ia kemudian berpikir menuduh Darmo sedang berupaya memberi pengaruh jelek supaya Ade Ucup yang ada di mobil itu tidak mau dekat dengan Halimun.Kemudian setelah lama memperhatikan suasana di luar rumah,ia terkejut dan segera menyadari kekeliruan penglihatan, yang menggunakan mobil itu bukan Ade Ucup.

" Mobilnya sama persis dengan mobil punyanya Ade Ucup ", ujar Rumi sambil menyurutkan pandangannya,ia tidak lagi mau berlama-lama melihat ke luar sana.

" Kalau mau mengenali mobil lihat nomor polisi, jangan melihat bentuk mobil nya ", sahut Surya menjelaskan dengan sedikit kesal melihat Rumi membicarakan mobil dan nama Ade Ucup sejak tadi.

Mendengar suara motor mengerang-erang di luar Surya dan Rumi melihat.Itu si Darmo lagi kurang waras,pikir Surya dan Rumi.Setelah itu Darmo pamitan kepada Herman yang masih di dalam mobil, ia menjalankan motor dengan kecepatan tinggi di jalan kampung.

Rumi melihat pintu mobil dibuka, Heri turun dari mobil,setelah itu ia terkejut,melihat Herman ke luar dari mobil itu.Kemudian Rumi segera keluar menyambut Herman.Rumi dan Surya memperlihatkan keramahan tapi Herman dan Heri melihat itu keramahan yang dibuat-buat.

Setelah bersalaman Herman menanyakan Halimun kepada Surya." Halimun ada,Pak ? ".

Surya tidak segera menyahut.Ia merenung sejenak,setelah itu menyuruh Rumi membuatkan airminum." Kalau mau ketemu dengan Halimun nanti saya cari ke belakang...dia lagi main di sana ",ujar Surya setelah ia melihat Rumi masuk ke dapur.

Surya mengajak duduk di dalam namun Herman memilih duduk di teras.

Setelah Rumi menyuguhi air minum,ia berbasa-basi sebentar.Selanjutnya ia dan Surya membiarkan Herman dan Heri hingga berlama-lama menunggu Halimun.

Setelah merasa lama menunggu,Herman melihat Halimun datang dari arah Barat.Mukanya tak enak dipandang.

Setelah memarkir motor Halimun duduk di kursi berjauhan dengan posisi duduk Herman dan Heri." Ada apa lagi ? ", kata Halimun,dengan angkuh dan sombong.Menunjukan hatinya benar-benar tidak mau bertemu muka dengan Herman.

Menyadari sikap Halimun telah berubah seperti itu,Herman segera bicara maksud kedatangannya hari ini." Saya ingin menyerahkan ini kepada kamu langsung...kata pak Amil kamu membutuhkan ini ", ujar Herman kemudian mengambil amplop kabinet dari Heri dan menyodorkannya kepada Halimun.

Halimun tertegun, seperti tidak mengerti dengan amplop yang disodorkan kepadanya oleh Herman." Apa ini ? ", tanyanya.

" Isi dalam amplop ini yang kamu butuhkan sampai keluarga kamu menguasakan pak Amil untuk mengurusnya ", ujar Herman.

" Amplop apa ini ? ", tanya Halimun lagi.

" Ini amplop surat pernyataan cerai dari saya ", sahut Herman, seketika muka Halimun pucat-pasi.

Setelah dipaksa-paksa oleh Herman akhirnya Halimun mau juga menerima amplop berisikan surat pernyataan cerai.Namun ia tidak segera membuka isi amplop apalagi membacanya.

" Mungkin jodoh kita sampai di sini ", ujar Herman,kemudian untuk kesempatan terakhir Herman melanjutkan ucapannya dengan berat," Semoga ke depan kamu bisa menemukan lelaki yang cocok....".Setelah itu Herman berjalan menuju mobilnya,Heri mengikuti dari belakang.

Dengan senyum getir Halimun memperhatikan Herman hingga masuk ke dalam mobil.Kemudian sebentar saja mobil. itu meluncur jauh.