webnovel

8 Presentasi Yang Bar-Bar

"Silakan tugas minggu lalu dikumpulkan," ucap Bu Sri di depan kelas. Wanita itu membuka laptopnya sementara Sandy dan Fuad sibuk memasang Infocus.

Beberapa mata pelajaran sudah mulai mengajar mengikuti perkembangan teknologi. Bagi guru, mengajar dengan Infocus ini memperudah pembahasan materi karena beliau hanya perlu menyiapkan materi di sebuah file kemudian tinggal menjelaskannya. Tidak perlu repot menulis dan membuang isi spidol. Namun, tak banyak guru yang mengajar menggunakan metode tersebut. Papan tulis masih penuh dengan coretan-coretan ilmu pada pelajaran oleh Bu Endah selaku guru Matematika.

Kalau menggunakan alat pemancar seperti ini, meja Nia dan Lia menjadi korbannya. Posisi duduk kedua gadis itu tepat di depan layar dan tepat dibawah alat pemancar. Jadi meja mereka pasti direcokin sama yang masang kabel dari alat itu.

"Misi dong Li," kata Sandy ingin memasang kabel.

Lia yang sudah PW duduk terpaksa berdiri dan kursinya sebagai tempat pijak Sandy meraih infocus yang cukup tinggi. Tak peru lama, waktu yang dibutuhkan sekitar lima menit.

"Bisa gak Sandy? Hati-hati jatuh," kata Bu Sri.

"Sudah Bu, siap!" seru Sandy turun dari kursi Lia dan langsung pergi begitu saja. Sementara Lia memanyunkan bibirnya karena kursinya kotor akibat sepatu Sandy, alhasil gadis itu membersihkannya sendiri.

"Yasudah, tugas minggu kemarin masing-masing perwakilan boleh dikumpulkan." Sesuai perintah, perwakilan dari masing-masing kelompok maju ke depan kelas untuk mengumpulkan tugas mereka. Tugas berupa Makalah dan kaset CD berisi materi yang telah ditentukan. Namun, Bu Sri heran dari tujuh kelompok hanya tiga kelompok yang mengumpulkan. "Loh, kalian kan tujuh kelompok, kenapa hanya ada tiga tugas di meja saya?"

"Yang lainnya kemana ini?" tanya Bu Sri.

"Belum Buuu," jawab anak-anak yang merasa belum mengerjakan tugas.

"Kenapa belum?"

Hening seketika.

"Saya sudah memberi waktu seminggu dan itu cukup lama loh. Masih kurang?"

Mungkin berbeda dengan Bu Endah yang jika marah-marah langsung pada point-nya dan biara dengan lantang. Bu Sri mengatakannya dengan lembut, tapi tajam. Gaya bicaranya membuat sekelas skak mark.

Ya, percuma juga kalau ngomel. Toh, pekerjaan mereka tidak akan selesai hari tu juga.

Penilaian tugas di materi ini ada tiga, yaitu ;

1. Tugas makalah.

2. Power Point.

3. Presentasi.

Tugas makalah dan power point dinilai secara kelompok, sedangkan point nomor tiga dinilai secara pribadi. Jika saat pembuatan makalah atau power point bisa dikerjakan oleh satu atau dua orang saja, pada presentasi ini kita bisa melihat mana siswa yang aktif dan pasif.

Dan minggu ini harus ada minimal satu kelompok yang maju. Bu Sri sedang memilah kelompok mana yang akan maju pertama.

Pasti banyak yang berdoa agar kelompok lain yang maju duluan.

"Yang maju pertama...." Kalimat Bu Sri menggantung. Beliau menimang-nimang tiga CD di depannya untuk memilih materi mana yang akan disampaikan duluan. Hingga sudah diputuskan, "kelompok Bagas, Bagus, Fajar, Herman, Jonnatan."

Entah nasib sial apa yang menimpa kelompok itu, meskipun makalah mereka dikumpulkan pada posisi paling bawah tetap saja mereka yang maju pertama.

Fajar dan kelompoknya bangkit kemudian maju ke depan kelas. Bu Sri menginstruksi kelompok tersebut untuk mensetting depan kelas menjadi sebuah ruangan diskusi. Fajar, Bagas dan Bagus mengambil beberapa bangku dan meja yang kosong sebagai tempat mereka duduk. Sementara Jonnatan yang sibuk menyambungkan laptopnya pada proyektor juga Herman yang mempersiapkan bahan presentasi. Kalau sudah begini, meja dan kursi paling depan yang menjadi sasarannya. Nia dan Lia sedikit kesal ketika bangku dan meja mereka ditarik oleh Fajar dan Bagus untuk kebutuhan presentasi, sehinga keduanya harus pindah ke kursi belakang untuk duduk.

Presentasi pun siap dimulai.

Tiap kelompok dibagi pada tugasnya masing-masing.

Fajar sebagai ketua kelompok, ia bertugas sebagai moderator dan membacakan materi pertama. Herman membacakan materi kedua dan sebagai notulis laki-laki itu mencatat pertanyaan dari peserta pada sesi bertanya. Bagas dan Bagus membacakan materi ketiga dan keempat sementara Jonnatan bertugas di depan laptop untuk mengganti slide power point.

Di sini tugas Jonnatan sangat simple, tapi dari awal pembuatan makalah sampai power point dirinya yang mengerjakan. Bayangkan, setiap mengerjakan tugas, Jonnatan selalu menjadi orang yang terpusing diantara mereka. Dari mencari materi, membuat power point, sampai membuat makalah pun ia yang mengerjakan.

Jadi, cukup adil bukan?

Suasana kelas seketika hening. Bu Sri duduk diantara murid-murid untuk menilai bagaimana kelompok Fajar mempresentasikan tugasnya.

Dalam presentasi, banyak hal yang dinilai. Dari penyampaian, penguasaan, hingga sikap saat menjelaskan materi pun dinilai. Ketiga unsur tersebut sangat penting dalam tugas ini. Jadi, meskipun kita bisa menjelasan materi dan menjawab pertanyaan dari audien dengan lancar. Tapi sikap kita di depan sangat buruk, itu sama saja nol.

"Assalamualaikum warahatullahi wabarakatuh," ucap Fajar memulai presentasi.

"Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh...."

"Kami dari kelompok..."-Fajar melirik teman-temannya-"Kita kelompok apa weh?"

"Jangan nanya gue," kata Bagas.

"Udah kelompok satu aja," usul Jonnatan yang diangguki Herman.

Fajar pun memusatkan perhatiannya kembali pada audien dan melanjutkan perkataannya.

"Kami dari kelompok satu akan mempresentasikan tentang Amphibi."

Fajar menyerahkan makalahnya pada Bagas. Laki-laki ituyang bertugas membaca pembahasan pertama.

"Amphibi," baca Bagas sambil membaca teks. "Amfibia atau amfibi (Amphibia), umumnya didefinisikan sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata) yang hidup di dua alam; yakni di air dan di daratan."

Belum sempat Bahas melanjutkan, terdengar suara ketukan di pintu kelas. Ternyata, itu adalah anak OSIS yang rutin meminta sumbangan untuk dibangunnya mushola yang terletak di sebelah kantor guru. Sumbangan dilakukan rutin setiap hari, dari Senin hingga Jumat dan setiap siswa wajib menyisihkan uang sakunya untuk membantu pembangunan musholla tersebut. Memang masih setengah jadi dan sudah dapat digunakan warga sekolah untuk ibadah, namun masih banyak hal yang harus dikerjakan dan itu membutuhkan biaya.

Ada tiga orang yang masuk kelas, dua diantaranya membawa kotak.

Setelah ijin kepada Bu Sri, tiga siswa itu berdiri di depan kelompok satu dan mulai meminta sumbangan.

"Assalamualikum warahmatullahi wa barakatuh," ucap siswi yang tidak membawa kotak.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wa barakatuh."

"Kami perwakilan dari OSIS ingin meminta sumbangan seikhlasnya untuk pembangunan musholla rodhatull Jannah."

Setelah mengatakan itu, dua orang yang membawa kotak itu keliling kelas untuk mengumpulkan rupiah. Setelah selesai, sesudah mengucapkan terimakasih tiga siswi itu pun pergi.

Presentasi dilanjutkan kembali.

Kelompok satu menjelaskan materinya tentang Amphibi. Dimulai dari pengertian, ciri-ciri, adaptasi, ordo, habitat, anatomi, hingga makanan. Setelah pembacaan materi, kini presentasi masuk ke dalam sesi tanya jawab. Pada sesi ini, semua ribut. Mereka ingin bertanya dengan berteriak, "gue! Gue! Gue!!!" bukanya mengangkat tangan. Bu Sri sudah menggeleng kepala pelan. Kelas ini rusuh sekali.

Semua bersemangat untuk bertanya karena Bu Sri membuat aturan yang bertanya akan mendapat nilai tambahan pribadi. Jadi semua berlomba-lomba untuk memberikan pertanyaan.

Mungkin sudah benar untuk memberi reward agar semangat siswa tersebut meledak. Namun, caranya salah. Alhasil presentasi berjalan dengan tidak tertib di pertengahan acara.

Ada tiga orang yang berkesempatan untuk bertanya. Untung saja si penanya itu memberi pertanyaan yang tidak sulit, jadi kelompok satu bisa menjawab semua soal yang diberikan. Kalau begitu kan nilai mereka akan di beri bagus.

Di ujung acara, kelompok satu membacakan kesimpulan yang mereka dari materi tersebut, dan Fajar yang membacakan.

"Kesimpulannya adalah kami dapat mengetahui dan mendapat pembelajaran tentang hewan Amphibi. Kurang lebihnya mohon maaf, wasalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh."

"Waalaikum salam warahmatullahi wa barakatuh."

Tepat dengan selesainya presentasi, bel pulang berbunyi. Hal tersebut membuat kelas paling pojok itu bersorak riang. Bagaimana tidak? Mereka sudah tidak terikat dengan jam pelajaran. Waktunya pulaaaang! Kelas semakin ribut, semua sibuk membereskan peralatan sekolahnya, ada yang bercanda, lelarian tidak jelas, bahkan ada yang suit-suit. Bu Sri murka, marahnya yang menyeramkan membuat satu kelas diam.

"Siapa itu tadi yang suit suti?" tanya Bu Sri.

Tidak ada yang berani menjawab.

"Siapa?"

Semua masih bungkam.

"Saya gak suka ya ada anak yang begitu. Gak sopan tahu gak? Emangnya saya biduan apa di suit-suitin?"

Dengan perasaan jengkel, Bu Sri mencantolkan tasnya di pundak, ia meminta bantuan Sandi untuk membawa alat proyektor ke kantor. Sebelum keluar kelas, ada berapa patah kata rasa tidak suka yang Bu Sri sampaikan pada kelas itu. Gara-gara mereka, moodnya rusak.

Hari senin adalah hari yang berat untuk anak AP. Selain upacara dan mata pelajaran yang berat-berat adalah kegiatan ektrakulikuler wajib.

Karena jurusan ini berhubungan dengan Bisnis, Eskul wajib untuk kelas AP adalah Kewirausahaan.

Tepat jam satu siang, bel sekolah berbunyi tiga kali pertanda sudah waktunya pulang. Siswa siswi bangkit dari tempat duduknya dan berjalan keluar kelas menuju gerbang sekolah, namun beberapa dari mereka mampir dulu ke kantin atau menghampiri kelas lain guna menunggu teman, saudara atau pacar. Limabelas menit kemudian, sekolah menyisakan seperlapan dari jumlah murid di sekolah. Sisanya masih ada di sekolah untuk melaksanakan ekstrakulikuler.

Kadang, suka heran sama mereka yang ikut kegiatan sekolah tambahan tersebut. Maksudnya, kita kan sudah belajar kurang lebih enam jam, berada di sekolah selama seperempat hari, tapi masih saja ada yang betah berada di sekolah lebih lama lagi. Kenapa? Apa sekolah mempuyai daya tarik tersediri sehingga mereka merasa betah untuk berlama-lama? Usut punya usut, jika ditanya seperti itu, sebagian jawaban mereka adalah 1. Untuk mengisi waktu kosong. Ya, ini adalah jawaban klasik. Tapi, sesibuk-sibuknya anak sekolahan, paling deadline yang di kejar hanya PR dan tugas seolah, sisanya main. 2. Karena doi juga ikut eskul tersebut. Laaah, ini mah Bucin. 3. Karena terpaksa. Iya, di sekolah pertanian ini tiap jurusan memiliki satu eskul wajib, seperti TKR 2 yang eskul wajibnya adaah Volly, TPHP wajib mengikuti Paduan suara, dan KA yang harus mengikuti eskul karya ilmiah.

Dan sebagian murid kelas AP mendoman jawaban ke-3.

Seolah di pulangkan pukul satu siang, sementara eskul dimulai jam dua. Anak-anak AP mengisi waktu yang kosong itu di kantin. Entah bagaimana teorinya, kalau makan sambil mengobrol dapat mempercepat lajunya waktu.

Lia dan Nia berjalan menuju kantin. Air minum mereka habis dan terpaksa membeli lagi karena masih ada eskul yang wajib diikuti.

Setelah membeli air minum, sambil menunggu dua perempuan itu duduk di sana.

"Ni, lu masih pacaran sama si abdul?" tanya Lia.

"Masih, kenapa emang?" Nia malah tanya balik.

"Ko lu jarang chatan sama dia?"

"Iya kemaren pas mau UTS gue bilang sama dia buat break dulu. Pacaran pas ulangan malah bikin nilai ancur."

"Idih lebay banget."

"Biarin."

"Lagian kasian cowok lu sampe gak di chat seminggu gitu."

Keduanya duduk berhadapan, Nia menyeruput jus mangganya sedangkan Lia sibuk berkutik dengan BlackBerry-nya. Blackberry adalah sebuah hp pengeluaran terbaru di tahun 2010an. Ponsel tersebut sangat idola pada jaman itu.

Lia menunjukan HP-nya pada Nia. "Nih liat deh Ni. Si Abdul BBMan sama gue."

"Coba mana."

2012, handphone yang dimiliki Nia sangat jadul. Hanya bisa telpon dan SMS, atau sesekali internetan untuk mencari materi pelajaran juga bermain Facebook. Namun, alasan lain kenapa Nia mengajak pacarnya break adalah handphone-nya yang terkadang suka ngadat. Terlebih jika digunakan untuk internetan dalam jangka waktu yang cukup lama, baterainya akan cepat habis.

Fyi, satu hari ketika Nia dan Abdul bertemu, laki-laki itumelihat ponsel Lia yang baru ganti. Keduanya saling menyimpan kontak BBM.

Nia yang waktu itu tidak mengerti, tidak mempermasalahkan hal tersebut. Namun, setelah melihat chatan mereka membuat Nia sedikit naik darah. Bayangkan pesan yang di kirim Abdul ke liahampir sama dengan pesan untuknya. Terlebih lagi ada kalimat-kalimat memuji yang belum pernah Nia dapatkan dari laki-laki itu.

Detik itu juga, Nia tahu bagaimana pacarnya jika tidak dengannya.

Tampak luar mungkin Nia baik-baik saja, namun hatinya berkata bahwa ia sudah tidak percaya dengan cowok itu lagi. Mungkin kalo hanya sekedar omongan Nia tidak masalah karena tidak ada bukti. Namun, chat yang Lia tunjukan padanya sudah cukup membuat Nia hilang rasa terhadap laki-laki itu.

Selesai duduk di kantin, karena lama menunggu Pak Margo untuk eskul Kwirausahaan membuat semua anak AP memilih untuk pulang.

Tepat saat Nia dan Lia keluar kantin, Abdul berjalan bersama temannya dari arah yang berlawanan. Ketika langkah mereka bertemu, Lia dan teman Abdul itu menjauh agar memberi ruang untuk Nia dan Abdul berdua. Namun bukannya menjauh keduanya malah pergi, lebih tepatnya pulang duluan.

Nia dan Abdul berjalan beriringan, Abdul beberapa kali memanggil nama kekasihnya namun emosi Nia sedang di ujung tanduk. Baru saja mendapat bukti kegenitan cowok itu membuat Nia muak melihat wajahnya.

"Nia, kok diem aja?" tanya Abdul.

"Kamu kenapa?"

"Aku ada salah ya?"

Tentu saja salah! Ingin sepertinya Nia berkata seperti itu. Namun, hal tersebut hanya terjadi di film dan FTV.

Alhasil, gadis itu lebih memilih untuk diam.

"Nia!" suara Abdul membesar, langkahnya di percepat untuk mencegat kemana arah jalan Nia. Bukannya berhasil menghentikan langkah gadis itu, Nia malah berlari karena takut. Hal itu membuat Abdul mengejar dan berusaha menggenggam tangannya. Satu detik tangan Abdul mencengkam lengan Nia, gadis itu berteriak. Lantas Abdul melepaskan genggamannya dan membiarkan Nia pergi.

Sejak detik itu, hubungan keduanya menjadi tidak jelas.

Nia cemburu buta dan Abdul tidak tahu apa masalahnya.