webnovel

Andai Aku Punya Kekuatan Overpower, tapi Aku Hanyalah Streamer

Pada suatu hari, ada seorang anak laki-laki berperawakan gemuk sedang dihajar habis-habisan sama teman sekolahnya. Daripada dibilang teman, mungkin lebih baik dibilang musuh. Setelah musuh di sekolahnya puas menghajarnya, mereka meninggalkan anak itu dengan penuh luka.

Anak itu memiliki kehidupan yang buruk. Wajahnya yang buruk dan bentuk tubuh yang buruk pula membuatnya mendapat perlakuan yang buruk dari keluarga mereka. Orang tua mereka tidak menganggapnya sebagai anak mereka. Perlakuan mereka semakin buruk sejak kakeknya meninggal. Kakeknya hanya memberikan warisan kepada anak itu. Lalu dia benar-benar dicampakkan oleh orang tuanya.

Namun hidup anak itu berubah ketika dia tidak sengaja menemukan sebuah pintu misterius di rumah warisan kakeknya. Pintu itu merupakan sebuah portal ke dunia lain. Pintu memberikan segala hal mulai dari kekuatan, uang, dan juga ketampanan.

Benar, ketampanan!

Bayangkan saja, ada anak yang perawakannya kayak babi gendut (kata di cerita, lho, bukan kata saya) menjadi mas-mas tampan idaman para wanita yang meliriknya, baik di dunianya maupun di dunia lain. Hidupnya terasa lebih mudah di mana segala yang dia inginkan dapat terpenuhi. Mendapatkan harem baru serasa mengambil uang di dompet.

"Hmmm ...! Kayaknya kalo aku tampan, aku bisa dapet banyak cewek." Setidaknya itu yang ada di pikiranku.

"Kau sudah tampan sebenarnya."

Refleks kulirik tante peri yang asyik bermain Resident Evil di sampingku.

"Iya, kau tampan sebenarnya. Sayangnya kau kurang percaya diri saja."

"Kalau aku tampan, aku juga gak bakalan ditolak mentah-mentah sama bangsawan itu ... Hmmm ...! Siapa namanya?"

"Alice? Kalau itu memang kasusnya berbeda, sih. Hahaha ...!"

Rasanya aku ingin mematikan PS yang dimainkannya.

******

Kulihat jadwalku hari ini. Siang ini aku harus livestream gim Worlds Collide, sebuah gim daring terpopuler di seluruh dunia. Aku sendiri senang bermain gim bergenre MOBA ini, bahkan sejak duduk di bangku SMA bersama dengan sahabat-sahabatku.

Aku ingat ketika warnet pertama kali di buka di dunia ini, di mana tempat itu banyak menarik perhatian banyak penduduk di Perumahan Halzhammer. Waktu itu internet gak sekencang sekarang dan bisa bermain di ping 120 ms saja sudah bersyukur banget.

Sekarang aku bisa bersyukur karena pemerintah Indonesia mampu menemukan cara agar internet di dunia ini bisa menjadi ngebut. Jadinya aku download gim F1 sebesar 100 GB gak sampai 5 jam. Berkat itu pula aku bisa menjalankan live streaming-ku dengan kualitas yang bagus dan lancar.

Hari ini yang kulakukan adalah bermain Ranked Match. Sebuah mode pertarungan 5 lawan 5 yang akan membuat peringkatmu naik kalau menang dan turun kalau kalah. Aku sekarang berada di peringkat Diamond I, tinggal 1 kemenangan lagi untuk mencapai Master. Hal ini agak sulit mengingat lawan juga bermain dengan sangat disiplin, ditambah aku memakai Legend pesanan dari penggemar yang mendonasikan uangnya kepadaku.

Untungnya aku bisa memenangkan pertandingannya di menit 52. Kerja sama yang bagus dari timku menghasilkan kombo yang bagus dan meratakan semua musuh. Aku juga mendapatkan Penta Kill yang sangat berharga untuk tim.

"YESSS ...!!! WE DID IT, BOYS!!! WOOO ...! THANKS, GUYS! YOU'RE FUCKING AWESOME!"

Aku sangat mengapresiasi kinerja mereka semua. Andai saja aku punya uang lebih, aku pasti akan memberikan skin Epic kepada mereka berempat. Berhubung channel-ku baru menyentuh 1000 Subscriber, aku hanya memberikan skin kepada orang yang paling berjasa dalam teamfight terakhir tadi.

Setelah itu, aku mendapatkan sebuah donasi lagi dan ini permintaannya sangat nyeleneh.

[Troller sama] memberikan Rp100

Amagiri Support pls

Aku disuruh donaturku untuk bermain Legend bertipe Assassin untuk dimainkan sebagai Support. Sepertinya penggemarku ingin rank-ku turun lagi. Aku bisa saja menolak, tapi uang yang diberikan sangatlah besar, senilai 1000 Polns kalau dikonversi. Kalau dijumlahkan dengan Rabbitburger, aku bisa membeli 4 porsi dan sisanya bisa kugunakan untuk beli es teh di café maid. Karena itulah aku menyanggupi permintaan itu.

Tidak butuh waktu lama untuk mencari pertandingan, karena dalam sekejap mata aku mendapatkan pertandingan. Role Support memang sangat cepat mencari pertandingan ketimbang role asliku di Mid. Hal itu disebabkan sedikitnya peminat role Support di gim ini.

Sebelum fase pick and ban dimulai, aku meminta izin kepada timku untuk bermain Amagiri Support. Tentu saja aku mendapat penolakan pada awalnya, tapi aku memberikan jaminan kalau kalah mereka bisa melakukan report kepadaku setelah pertandingan selesai. Mereka pun menyetujui permintaanku, bahkan mereka memilih Legend sesuai komposisi yang dibutuhkan.

"Aku suka tim ini." Aku rasa pertandingan kali ini tidak akan sesulit tadi. Sekarang tugasku hanyalah bagaimana melancarkan Crowd Control tepat sasaran, karena Amagiri memiliki angin topan yang bagus untuk menerbangkan lawan.

Di fase awal pertandingan, kerjaanku hanyalah melemparkan topanku kepada lawan. Memang sulit karena lawan di botlane jauh lebih unggul ketimbang kami berdua. Untungnya Jungler kami sangat paham hal itu dan melakukan ganking yang selalu berbuah kill.

Seterusnya, semuanya berjalan mudah dan kami berhasil menghancurkan bangunan inti yang bernama Monument dalam waktu kurang dari 25 menit.

Tentu saja aku sangat sumringah melihat hasil ini. Terkadang aku tertawa dan tak percaya dengan hasil bagus yang kudapat. Senyumku lebih lebar lagi saat melihat donasi yang dikirimkan oleh orang yang memberikan permintaan tadi.

[Troller sama] telah memberikan Rp250

GGWP ^_^

"Gas ke café maid nanti malam!~"

******

Malam Minggu. Aku rasa di dunia ini sama di dunia asalku tidak ada bedanya. Kiri-kanan kulihat saja banyak pasangan menghabiskan waktu bersama. Aku yang berniat memakai uang dari penggemar pun hanya bisa mengelus dada sambil meminum parfait vanilla. Mengingat kisah cintaku tidak pernah semanis vanilla yang kuminum.

Uh, enaknya! Melihat mereka berdua saling menyuapi satu sama lain. Aku iri sama mereka. Terakhir kali aku disuapin seperti itu ketika aku masih duduk di bangku SD, itu juga sama ibuku sendiri.

"Felix."

"Iya-. Ummm ...!"

Sesendok omurice masuk ke dalam mulutku tanpa permisi. Rasanya enak, rempahnya main, telurnya juga lembut dan terasa gurih. Eh, tunggu sebentar!?

"Kenapa kau-."

"Aku tahu kau jomblo, tapi jangan melihat ke pasangan mulu. Aku jadi mengira kau ingin disuapin seperti itu. Hehehe ...!" Potongnya sambil tertawa mengejek.

"Siapa juga yang mau disuapin tante-tante sepertimu?"

"Tadi makannya lahap begitu. Mau lagi?"

"Gak!"

Ah, gara-gara terlalu fokus sama para pasangan di sini, aku jadi lupa dengan rabbitburger di hadapanku. Maafkan aku ya, rabbitburger!

"Oh, enak, dagingnya lembut!"

"Benar, kan?"

Aku menikmati kunyahan demi kunyahan dari roti, daging giant rabbit, keju, selada, tomat, dan roti lagi. Kombinasi dari bahan-bahan tersebut bersatu padu untuk membuat perutku puas dan merangsang otakku untuk memakannya lagi.

Malam ini aku sengaja mengajak Envy untuk makan malam denganku. Selain untuk membalas traktiran minggu lalu, aku mengajaknya agar diriku yang jomblo ini tidak terlihat ngenes saja di mata para pelanggan yang lain. Walaupun dia berpenampilan layaknya wibu lengkap dengan kacamata dan hoodie-nya, tapi pesonanya sebagai ras peri masih terpancar dengan baik.

Jika kulihat-lihat, pelayan di sini kebanyakan tidak seperti yang kulihat seperti pertama kali bertemu. Aku juga tadi sebenarnya melihat teman SMA-ku di meja kasir. Hanya saja aku tidak menyapanya karena takut akan menggangu pekerjaannya.

"Fel."

"Iya."

"Lihat ke sini dong. Kenapa malah melihat pelayan yang lagi bekerja?"

"Ya, karena naluri lelaki saja."

"Oh ..., jadi kau sudah move on dari Tuan Putri, ya?"

"...."

"Dia bukan pelayanku!"

Saat Envy menyebut orang itu, sebuah kilas balik kejadian masa lalu terlintas di pikiranku tanpa permisi. Harusnya aku bisa melupakan orang itu, tapi ... kenapa aku masih bisa mengingatnya?

Entah kenapa rasanya kepalaku sedikit pusing? Apakah karena gadis itu kembali muncul di pikiranku? Kenapa dia muncul lagi di pikiranku?

"Maaf, Felix, aku tidak bermaksud untuk mengingat kejadian itu."

"Tidak apa-apa, kok, jangan khawatir." Aku sebenarnya tidak bisa menyalahkan Envy sepenuhnya, karena aku mengerti niatnya cuma bercanda saja. Aku saja yang tidak bisa move on darinya.

Padahal tujuanku menjadi streamer hanya untuk membuktikan kalau aku tidak akan pernah berurusan lagi dengan dirinya. Namun tetap saja, bayangan dirinya masih menetap di kepalaku.

"Apa kita pulang saja?"

"Tidak, aku masih ingin di sini."

Kata orang-orang, kalau lagi pusing karena cinta, sangat dianjurkan untuk makan sesuatu yang manis, seperti parfait vanilla yang kupesan ini. Rasa manisnya mampu meredam gejolak memori buruk yang melanda otakku.

Sepertinya aku butuh sesuatu yang manis lagi. Rasanya satu parfait masih kurang.

"Mau pesan lagi, gak?"

"Aku ingin pesan kopi hitam."

"Oke."

Segera kupanggil pelayan yang terdekat di mejaku. Seorang pelayan dengan rambut kuning pendek menghampiri meja kami berdua. Akan tetapi, dia tingkahnya terlihat aneh sekali.

"A-A-Ada yang bisa aku bantu, t-tuan dan n-nyonya?"

Hmmm ...! Pelayan magang, kah?

"Santai saja, kakak pelayan. Ayo hembuskan nafas dulu secara perlahan, terus lepaskan secara perlahan."

Pelayan itu mengikuti saran Envy dengan baik. Salut aku sama Envy yang mampu menenangkan pelayan itu dengan cepat.

"Aku pesan kopi hitam sama ..., kau pesan apa?"

"Satu parfait cokelat," kebetulan aku ingin mencicipi rasa parfait lain yang ada di menu.

"B-Baik, satu kopi hitam dan satu parfait cokelat segera datang."

Aku berbalik dan memandang pelayan tersebut ke pelayan kasir sambil berharap pelayan tersebut tidak menyenggol apapun di meja orang lain.

Jika dilihat-lihat lagi, dia cantik juga meski rambutnya dipotong pendek sebahu seperti itu. Aku bisa merasakan aura anggun yang samar-samar meski tertutup dengan kepribadiannya yang rada kikuk. Dia juga memiliki suara yang imut sebenarnya seperti adikku yang ada di Indonesia.

Ah, jadi kangen, Alya!

"Ehem!"

"Iya?"

Tampaknya ada yang lagi gak suka dicuekin, nih?

Akan tetapi, pikiranku salah. Setelah beberapa detik kemudian menatapku dengan senyuman yang menjengkelkan untuk dilihat.

"Sepertinya ada yang jatuh cinta, nih?"

"Hah!?"

"Itu tadi melirik gadis itu terus?"

"Ah, astaga! Aku hanya teringat sama Alya aja. Jangan mikir yang aneh-aneh, deh."

"Tidak masalah, kok, kalau suka sama dia, apalagi dia cocok dengan tipe gadis yang kau sukai."

Gadis berambut pirang, mempunyai kaki yang ramping bagaikan model, dan dadanya juga tadi perasaan gak terlalu besar. Jika dipikir-pikir, dia tipeku sekali. Ditambah suara yang imut layaknya adik, aku rasa Envy benar soal ini.

"Mungkin? Tapi aku gak mau buru-buru. Aku ingin menikmati waktuku sendiri."

"Yang benar ...?"

Saat dia memicingkan sebelah matanya dan tersenyum lebih menjengkelkan, aku ingin sekali menimpuknya dengan batu.

"Dia juga kayaknya berasal dari kalangan orang biasa dan juga bukan demi-human juga. Seharusnya tidak ada masalah untukmu."

"Iya juga, sih ..., tapi, entar sial lagi kayak yang sebelum-sebelumnya."

"Kau beneran trauma, ya?"

"Tanpa kau bertanya bukannya sudah terlihat?"

Envy hanya tertawa menanggapi perkataanku lalu dia menepuk pundakku dan berkata, "kalau begitu coba saja dia, apalagi kau bisa tanya soal gadis pirang sama gadis kelinci di kasir itu."

"Kapan-kapan aja, Envy. Aku lagi males ngurusin percintaan dulu. Hidup tanpa masalah yang lebih utama." Aku berkata seperti itu dengan bangganya, walau hati kecil ingin sekali dicintai oleh seseorang.

Kapan terakhir aku dicintai seseorang selain dari keluargaku sendiri dan teman-temanku? Aku juga lupa atau memang tidak pernah?

"Aku harap ada yang mencintaimu dengan tulus. Tidak myaman rasanya kalau melihatmu sedih terus."

"Ya, kau juga. Aku harap kau juga menemukan orang yang kau cintai."

Walaupun dia sering membuatku kesal, tapi terkadang Envy mampu membuat perasaanku lebih baik di kala aku sedih. Rasanya hidupku lebih cerah dan lebih berwarna kalau ada dia.

Aku memang tidak bisa mengungkapkan rasa sayangku kepada Envy. Namun aku selalu berdoa agar Envy menemukan jodoh yang tepat untuknya. Kasihan juga dia jadi jomblo selama 40 tahun.

Cinta, ya? Memang sebuah variabel yang rumit untuk dipelajari. Karena itulah aku gak ingin ribet-ribet belajar soal percintaan dulu. Sekarang tujuanku adalah membuat channel YouTube-ku bisa berkembang dan bisa hidup dengan masalah seminim mungkin. Urusan cinta belakangan saja, lah, kalau sudah sukses dengan channel YouTube.

Apakah aku bisa meraih semua yang kuinginkan?

Ah, jalani saja dulu!