Hidup memang tak adil bagiku, aku seorang anak yang tidak beruntung dan dari kecil selalu menghadapi terjalnya kehidupan dan sedikit kebahagiaan.
Aku tak pernah merasa tuhan itu adil terhadapku, sekalipun aku selalu mendekatkan diri padanya dan tak pernah aku meninggalkan kewajibanku sebagai umatnya, tapi tuhan tetep saja tak pernah lelah memberi aku cobaan sampe aku sudah berumur 19 tahun ini.
Mulai dari keluarga, pendidikan dan juga percintaan semuanya tak ada yang membuat aku memiliki salah satunya.
Keluarga, ayah sama mama aku bercerai sejak aku kecil kira-kira sekitar aku berumur 4-5 tahunan karena di paksa oleh kakek nenek dari mama dan membuat mama akhirnya stres mungkin lebih tepatnya depresi dan sampe saat ini belum juga sembuh.
Dan akhirnya selang beberapa tahun sekitar aku kelas 2 apa 3 SD nenek gantung diri karena banyaknya utang ke bank, dan orang yang pertama menemukan dia adalah aku.
Aku bener-bener sangat trauma sejak kejadian itu, sampe-sampe aku gak mau sendirian karena bayangan nenek menggantung dan lidahnya terjulur karena lehernya di iket pake tali.
Saat itu aku baru bangun tidur dan mencari dimana keberadaan nenek aku cari-cari dia dan akhirnya aku menemukannya yang sudah tak bernyawa.
"Neneeeeek..."
Hanya itu yang pertama aku ucapkan pertama kali ketika menemukan nenek yang sudah terkujur menggantung.
Tak lama paman datang dan dia menghampiri aku yang tengah menangis.
"Jelita kenapa teriak-teriak?.."
"Paman i..itu paman" aku tergagap sambil aku tunjukan mayat nenek betapa kagetnya anak adek mama itu.
"Kenapa bisa begini?" Tanyanya sambil menangis
Aku tak menjawab karena aku sangat-sangat shock, melihat nenek yang tergantung, lidah menjulur keluar serta mata yang melotot.
Entah apa yang dipikirkan nenek saat itu aku masih belum mengerti dengan apa yang dipikirkannya
Sebab waktu itu aku masih sangat kecil untuk mengerti urusan orang dewasa.
Semenjak kejadian itu aku jadi seorang yang penakut, pernah sekali aku buka lemari tapi yang kulihat bukan baju yang menggantung melainkan tubuh nenek yang kulihat.
Sampe-sampe aku tak mau buka lemari gegara kejadian itu dan ketika aku sendiri aku selalu melihat bayangan itu.
Sampe sekolahpun aku dianterin bibi sampe bibi harus masuk dan duduk di samping aku saat aku belajar, untungnya guruku membolehkannya karena dia tau mental ku saat itu sedang tidak baik-baik saja.
Untungnya ada bibi yang selalu menguatkan aku dan selalu mengingatkan "jangan takut ada bibi dan ayah serta nenek dan semua keluarga kita yang selalu ada untukmu" dia menenangkan ku kala itu "kamu harus menjalani hidup tidak bisa kamu seperti ini terus" lanjutnya
"Tapi bi aku takut, bayangan nenek menggantung sangat jelas dan selalu terlihat" jawabku sambil mengingat kejadian itu
Dari waktu ke waktu bibi selalu menjagaku saat tiba waktunya dia harus menikah dan meninggalkan aku karena harus ikut sama suaminya.
Aku selalu melamun setelah bibi ngasih tau kalau dia akan menikah dan akan tinggal jauh dari rumah,
Dia mengajakku juga tapi nenek dan ayah bilang tidak usah ikut kasian nanti bibi kalau aku harus ikut dengannya.
Takutnya aku merepotkan dia dan suaminya merasa terbebani adanya aku.