Hari demi hari berlalu. Tinggal bersama seorang yang selalu berhadapan dengan musuh dan bahaya sudah jadi makanan sehari-hari Alivia. Setiap ada telepon tengah malam, jantung rasanya berdebar. Beberapa kasus yang menjerat Astha pun satu persatu selesai. Semua karena kerja keras para pengacara yang disewanya. Ada saja orang yang ingin memfitnahnya. Seolah ingin membuatnya hancur.
"Sabar ya, semoga Allah mudahkan segala urusan Tuan." ucap Alivia sambil merapikan kemeja yang dipakai Astha saat ini.
"Makasih. Aku berangkat dulu ya." Astha mengambil jaket kulitnya lalu keluar dari kamar. Dia akan pergi ke kantor hari ini. Ega mendapat kabar kalau karyawan pabrik mie instannya mogok kerja dan demo lantaran meminta kenaikan upah. Padahal saat ini omzet perusahaan juga sedang menurun karena kalah bersaing dengan perusahaan ayahnya sendiri yang harusnya bisa ia akuisisi. Tapi dia tidak mau melakukannya. Dan tidak mau menandatanganinya.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com