webnovel

Bag 8

Keenan menggigit bibir kesal.

Ya Tuhan! Bagaimana bisa gadis yang tadi mengganggunya di restoran saat ini sudah duduk di dalam ruang bioskop yang sama dengannya dan sang pacar??

Lebih parahnya lagi, gadis itu bisa duduk tepat di sampingnya. Jadilah posisinya diapit Karamel dan Luciana.

Ini membuatnya geram berkali-kali malam ini.

Dari mana gadis itu mendapat tempat duduk tepat di sampingnya?!

"Kamu kok bisa duduk di sini?!" bisik Keenan kesal. Pria ini berbisik, karena film yang akan mereka tonton sudah akan dimulai, dan Keenan tidak ingin mempermalukan diri sendiri dengan cara berteriak kesal.

"Bisa aja dong. Aku tukeran tempat duduk sama mas-mas baik hati di sana." Karamel menunjuk kepala pria yang duduk tak jauh di depan mereka.

Keenan menghela napas pasrah. Gadis ini memang ajaib. Karamel selalu memiliki cara untuk tetap berada di sisinya.

Keenan melirik sang pacar yang duduk di sebelah kanannya. Wanita itu ternyata juga sudah menatapnya.

"Maafin aku ya…" Keenan berucap penuh penyesalan.

Senyum lagi-lagi tersungging dari bibir Luciana. "It's okay. Kita nikmati aja filmnya."

Luciana mengusap lembut lengan Keenan yang saat ini memakai jas non formal. Membuat kepala Keenan yang siap meledak sedikit membaik.

"Abang…"

"Jangan berisik! Nonton aja filmnya!" Keenan berucap tajam saat kembali mendengar suara Karamel.

"Belum mulai ih."

Keenan memutar bola mata malas, dan memilih mengabaikan ucapan gadis itu. Ia menatap layar besar di depannya. Pura-pura sibuk dengan isi layar itu.

"Abang—"

"Jangan ngerengek gak jelas ya, Santan!" Keenan merasa kepalanya kembali mulai panas. Ia menatap Karamel tajam.

"Galak banget Abang Tamvan. Aku tuh cuma mau bilang, mending Abang buka jasnya Bang Keen~, terus kasihin ke Kak Luci. Kasian tuh Kak Luciana kayaknya pahanya kedinginan deh. Lagian sih Kak Luciana malah pakai baju anak TK."

Mata Luciana membulat terkejut. Tak lama, wajahnya memerah karena merasa malu. Ia segera menutup pahanya yang benar-benar terekspos dengan kedua tangan. Suara Karamel cukup kencang untuk membuat beberapa orang yang duduk di dekat mereka mendengarkan.

Keenan segera membuka jas yang ia pakai setelah mengerti apa maksud Karamel, lalu menutupi paha Luciana dengan canggung.

Di dalam hati, ia merasa benar-benar tak enak hati pada Luciana.

Pasti pacarnya itu sedang merasa malu saat ini.

Ini semua gara-gara mulut cabe busuk si bakteri bernama Karamel Danudirja!

Ugh! Keenan tidak sabar untuk menjitak kepala gadis itu!

***