webnovel

Pertengkaran Dua Anak Kecil

Penerjemah: Wave Literature Editor: Wave Literature

Hanya saja Taozi khawatir pada Shen Mochen yang tidak mau mengurusi dirinya lagi. Dia yang mengetahuinya lebih dulu, akhirnya tidak pergi ke kelas keterampilan itu lagi. Bahkan setelah beberapa hari, ketika Shen Mochen pulang sekolah, dia langsung pulang sendiri tanpa menunggu Taozi.

Tapi, untung saja murid-murid kelas 1 pulang sekolah lebih awal. Setiap hari setelah pulang sekolah, Taozi dengan segera naik ke lantai 2 dan duduk di lantai depan pintu kelas 2C. Dia dengan sabar menunggu hingga mereka selesai kelas.

Taozi yang terus menunggu selama beberapa hari, membuat semua guru yang mengajar pada jam terakhir merasa sangat memiliki beban. Karena, mereka melihat seorang istri kecil dengan wajah kasihan dan sabar terlihat terus menunggu. Bagaimana bisa mereka mempunyai pikiran kalau mengulur waktu pulang sekolah? Terlebih lagi ada guru laki-laki yang masih sendiri, dalam hatinya dia seketika menangis ketika melihat Taozi seperti itu. Beberapa hari ini, murid kelas 2C mulai menyadari bahwa akhir-akhir ini mereka pulang sekolah sangat tepat waktu. Hal itu membuat satu persatu dari mereka mulai curiga.

Shen Mochen membereskan tas sekolahnya dengan wajah jutek seperti biasa, lalu mendorong kursinya kedalam bangku mejanya. Dengan langkah yang sangat pelan dia pun keluar dari kelasnya.

"Sayang!" panggil Taozi. Dia menggendong tas sekolahnya dan berjalan mengikuti Shen Mochen dibelakangnya. Sudah dua hari ini Shen Mochen sama sekali tidak menampilkan wajah yang enak kepada dirinya. Dia pun juga tidak berani untuk menggandeng tangan Shen Mochen.

"Hmm." jawab Shen Mochen.

"Eh, dua anak kecil ini lagi bertengkar?" sapa Guru Wang. Dia adalah wali kelas Shen Mochen, karena kebetulan sedang membereskan barangnya dan bersiap untuk pulang, dia tidak sengaja bertemu mereka di pintu sekolah.

Guru Wang juga seorang guru yang baru saja lulus dari salah satu universitas, dan dia mengajar pelajaran matematika. Rambut panjangnya menjuntai indah, tiap kali tertawa, selalu terlihat dua gigi gingsul yang semakin menambah wajah manisnya. Dengar-dengar, banyak guru laki-laki yang masih sendiri sedang mencoba menarik hati Guru Wang.

Guru Wang memiliki pemikiran terbuka ketika mengetahui hal tentang murid laki-lakinya yang dingin dan tampan ini telah memiliki istri. Anak kecil itu, hanya bermain. Di usianya yang masih dini, memangnya mengerti apa? Percintaan? Itu hanyalah cinta monyet, beberapa tahun lagi pun akan berbeda lagi! batinnya.

Wajah Shen Mochen merah padam melihat ke arah wali kelasnya ini. Entah mengapa, tidak peduli kemanapun dirinya pergi, 'label' sebagai suami Taozi tetap akan menempel pada dirinya. Entah itu dirumah atau pun di sekolah. 

"Haha, marah ya?" goda Guru Wang. Dia yang melihat wajah merah Shen Mochen justru tertawa dan menggodanya lagi. Laki-laki kecil yang biasanya tidak menunjukkan ekspresi apapun, justru sekarang dengan wajah memerah menahan amarah melihat diriku? batinnya ketika merasa kalau Shen Mochen benar-benar sangat lucu.

"Hmm," jawab Shen Mochen dengan dingin.

"Pintar-pintar membujuk dia," kata Guru Wang sambil mengedipkan matanya ke arah Taozi. Lalu, dia berjalan ke arah Shen Mochen, "Hati-hati dijalan ya, jaga baik-baik istrimu." katanya lagi.

"Lama," gerutu Shen Mochen. Tapi, dia tetap berjalan pelan sambil menunggu Taozi mengikutinya. Setelah itu, dia akan membuat jarak satu meter dari Taozi dan kembali melanjutkan langkahnya.

"Sayang, kamu jangan marah." kata Taozi dengan langkahnya yang kecil membuatnya terburu-buru mengikuti langkah Shen Mochen. Di belakang, dia tampak memindahkan tas sekolahnya ke depan badannya. Sambil berjalan, dia terlihat seperti sedang merogoh-rogoh sesuatu dalam tasnya. Lalu, dia mengambil barang itu dan langsung memberikan ke depan Shen Mochen, "Kelas kerajinan tangan hari ini aku membuat kelinci kecil. Ini, aku kasih ke kamu." katanya.

Shen Mochen melirik Taozi dan sama sekali tidak memperhatikannya, tiba-tiba dari belakang terdengar suara yang sepertinya tidak asing.

"Shen Mochen, Su Tao!"

Taozi menoleh dan melihat dengan seksama, ternyata itu adalah Hu Yucheng. Sudah beberapa waktu ini, dia hampir setiap hari pergi ke rumah neneknya. Taozi benar-benar tidak tahu mengapa, namun berbeda dengan Shen Mochen yang tahu alasannya dengan jelas.

"Taozi, ini kelincimu? Lucu sekali!" kata Hu Yucheng...