webnovel

Pacarmu (2)

Penerjemah: Wave Literature Editor: Wave Literature

Kakak cantik menundukkan kepalanya dan melihat wajah imut Taozi. Kenyataan sangat terlihat bahwa Taozi lebih muda satu tahun dari anak-anak lainnya. Lalu, dengan tubuh mungilnya dia berdiri di tengah-tengah perempuan-perempuan mungil lainnya. 

"Bukan, dia suamiku," jawab Taozi sambil membenarkan ucapan guru tersebut.

"Oh…" jawab kakak cantik sambil menganggukkan kepalanya, sebenarnya dia sedikit terkejut. Lalu dia melambaikan tangannya ke Shen Mochen, seperti sedang mengisyaratkan dan memanggil Shen Mochen untuk masuk. 

Shen Mochen yang sedang melihat Taozi masih latihan standing posture di dalam kelas, langsung mengernyitkan alisnya ketika melihat lambaian tangan dari kakak cantik tersebut. Mau tidak mau, dia kemudian masuk ke ruang kelas tari dengan ekspresi yang kecut.

"Dia masih harus latihan sebentar baru bisa pergi. Kamu cari kursi, duduk dulu sambil menunggu dia," kata kakak cantik sambil menunjuk Taozi yang masih sibuk latihan.

"Tidak perlu. Aku berdiri di sini saja menunggu dia," jawab Shen Mochen dengan datar. Kedua matanya kemudian kembali melihat Taozi dengan seksama. 

Kakak cantik melihat ke arah Taozi, lalu matanya seperti sedang mengatakan 'suamimu ini dingin sekali sih' kepada Taozi. Kemudian dia pun kembali melanjutkan membenarkan standing posture Taozi. Aneh sekali, setelah Shen Mochen masuk ke ruang kelas tari, Taozi seketika berubah menjadi anak yang penurut. Dia mengikuti semua apa yang diinginkan oleh kakak cantik itu. Guru cantik dibuat kaget oleh perubahan Taozi yang tiba-tiba karena perempuan kecil ini melakukan semua latihan standing posture itu dengan benar.

"Ternyata pesonaku masih kalah sama suamimu ya?" goda kakak cantik itu dengan ekspresi sedihnya. Dia pun mengusap kepala Taozi, "Baiklah, kamu lulus. Segera kemasi barang-barangmu lalu pulanglah." katanya setelah itu.

"Baik, sampai jumpa, Bu!" jawab Taozi yang dengan semangat segera mengambil bajunya, mengganti sepatu, dan memasukkan bukunya yang berada di lantai. Dia langsung berlari ke depan Shen Mochen dengan senyuman sumringah di wajahnya, "Yuk!" ajaknya.

"Sampai jumpa, Bu!" sapa Shen Mochen untuk berpamitan ke kakak cantik yang berada di belakang mereka. Setelah itu, dia langsung pergi keluar kelas tanpa menoleh lagi ke belakang.

"Eh, tunggu aku dong!" ucap Taozi dengan terburu-buru mengikuti langkah Shen Mochen.

Shen Mochen akhirnya telah berada di tingkat paling tinggi. Ketika dia kelas 6, Taozi pun naik ke kelas 5. Murid kelas 6 pun sudah mulai mempersiapkan untuk ujian masuk SMP. Ketika semua keluarga lain sangat panik memikirkan hal tersebut, Shen Mochen justru menjalani kelas dengan santai. Ketika pulang sekolah, dia hanya menunggu Taozi datang ke kelasnya untuk mencari dirinya. 

Setelah beberapa tahun, semua orang yang ada di sekolah dasar tahu perihal sosok sempurna seorang Shen Mochen memiliki pacar. Hingga memasuki kelas 6, dia dan Taozi sebenarnya telah dijodohkan sejak awal. Sayangnya para guru di sekolah itu tidak menyadari bahwa sejak mereka kelas 1 hingga memasuki kelas 6, mereka tidak pernah meninggalkan satu sama lain. 

Awalnya mereka hanya berpikir kalau keluarga 2 anak ini hanyalah bercanda, tapi siapa sangka ternyata mereka berdua sendiri pun cukup serius. Meskipun ekspresi Shen Mochen selalu menunjukkan sikap dingin kepada Taozi, tetapi setiap hari dia selalu pulang sekolah bersama Taozi.

Kebetulan, tahun ini adalah ulang tahun sekolah mereka yang ke-60 tahun. Pihak sekolah pun telah menyiapkan berbagai acara untuk merayakannya. Mereka menggantungkan gambaran yang telah dibuat di lorong sekolah. Jangan dikatakan lagi, semua gambaran itu memang didominasi oleh buatan Shen Mochen.

Meskipun kelas peminatan yang diadakan oleh sekolah hanyalah sebuah formalitas, tapi Shen Mochen benar-benar memiliki sebuah bakat. Bakatnya seperti sebuah berkat yang diberikan oleh Tuhan, gambarannya seperti lukisan seorang pelukis profesional, sangat luar biasa. Ketika murid lain paling banyak hanya mengisi satu dua gambar, berbeda dengan Shen Mochen yang semuanya didominasi oleh gambarannya.

Ketika tahun baru, pihak sekolah menyelenggarakan sebuah pentas seni. Ketentuannya adalah setiap kelas peminatan harus menampilkan sebuah pertunjukan...