webnovel

Menantuku (7)

Penerjemah: Wave Literature Editor: Wave Literature

Guru BK itu hanya mengedipkan matanya beberapa kali, dan menatap Profesor Shen cukup lama. 

Hening.

Setelah beberapa saat kemudian, guru BK perempuan itu kembali melanjutkan perkataannya, "Profesor Shen, anda tahu mengapa kali ini anda dipanggil?" tanyanya.

"Eh?" gumam Profesor Shen tidak berpikir kalau guru BK ini akan menanyakan pertanyaan ini. Dia terdiam beberapa saat, lalu dia mengingat kembali. Kemarin Shen Mochen benar-benar tidak mengatakan apa-apa alasan dia dipanggil ke sekolah. "Ini, Chen Chen tidak mengatakannya padaku..." jawabnya sambil tertawa sungkan.

Guru BK itu menghela napasnya dalam-dalam, dia mencoba meredam perasaan hatinya sendiri. Lalu, dengan nada serius dia menatap ke Profesor Shen, "Alasan mengapa saya memanggil anda kemari hari ini adalah karena kedua anak ini ada indikasi terlibat pacaran!" katanya.

"Apa? Pacaran" jawab Profesor Shen yang seketika kaget.

Guru BK yang jahat itu sangat puas melihat reaksi Profesor Shen. Lalu, dia mengambil gelas teh yang ada di mejanya, dan menyeruputnya perlahan.

"Bu guru, anda pasti salah paham. Mana ada mereka berdua pacaran, mereka bahkan sudah menjadi suami istri selama sepuluh tahun lebih." jawab Profesor Shen dengan percaya diri. Tangannya lalu merangkul pundak Shen Mochen, dan tangan lainnya merangkul pundak Taozi. Senyuman lebar pun terlihat di wajahnya.

Uhuk!!! Teh yang barusan diminum guru BK itu seketika menyembur keluar. "Anda… Anda barusan bilang apa…?" tanyanya. Ekspresi terkejut tidak bisa disembunyikan dari raut wajah perempuan tua itu. Setelah bertahun-tahun dia menjadi guru BK, ini adalah kali pertamanya dia merasa tidak berdaya ketika menghadapi orang tua murid.

"Oh, Bu Guru, anda pasti tidak tahu ya. Dua anak ini, bahkan sejak Taozi lahir dia telah menjadi bagian dari keluarga kami. Taozi adalah menantu kami. Hubungan yang terjalin pada dua anak ini sudah berlangsung selama 12 tahun lamanya," jawab Profesor Shen sambil menatap guru BK itu dengan ekspresi bangga dan senyum yang tidak henti-hentinya merekah. Lalu, dia mengusap kepala Taozi, "Taozi tahun ini sudah dewasa. Mereka berdua telah melewati masa percintaan yang lama sekali, mana ada benih-benih percintaan?" lanjutnya.

"Profesor Shen… Anda… Anda…" kata Guru BK itu yang secara tidak sadar telah mengepalkan tangannya. Meskipun bibirnya terus mengatakan 'Anda', tapi dia tidak melanjutkan sepatah kata pun selanjutnya.

Ya, Shen Mochen sangat puas ketika melihat reaksi perempuan tua yang jahat itu. Ujung bibirnya pun terangkat dan membentuk senyuman tipis di bibirnya. Taozi pun merasa sedikit lebih tenang sekarang.

"Profesor Shen, mereka ini masih belum dewasa. Itu adalah adat lama kalau orang tua mengatur pernikahan anaknya. Jalan mereka ke depannya masih panjang. Anak-anak pun memiliki pemikirannya sendiri. Terlebih lagi, mereka saat ini masih berstatus seorang murid. Belajar harus lebih penting dari segalanya!" kata guru BK itu seperti tidak terima.

"Saya melihat mereka berdua cukup menyukainya." jawab Profesor Shen sambil melirik kedua anak yang berdiri di depannya kini. Beberapa tahun ini, keempat orang tua itu bisa merasakan hubungan kedua anak ini dalam hati mereka.

"Ini hanyalah sekarang, kedepannya, selanjutnya?!" kata guru BK yang nada bicaranya pun mulai sedikit naik.

"Selanjutnya juga tidak akan berubah," sanggah Shen Mochen. Dia sudah berdiri di sini selama beberapa saat. Sudah cukup baginya untuk memberikan dirinya kepada perempuan itu. Dia lalu melihat guru BK itu semakin lama semakin malas, sehingga membuatnya tidak sabar untuk menyanggah omongannya. 

"Eh?" gumam Taozi yang diam-diam melirik ke arah Shen Mochen. Dia berkata tidak akan berubah, bukannya ini seperti sebuah janji? batinnya.

Shen Mochen menatap jam dinding yang tergantung di dinding ruangan tersebut. Lalu, dia menggandeng tangan Taozi, "Ayo, kita pergi ke kelas. Ayah, aku berikan ini kepadamu." katanya...