webnovel

Menantuku (4)

Penerjemah: Wave Literature Editor: Wave Literature

"Eh... Su Tao… Kelas 7B," jawab Taozi dengan gugup. Tangannya juga tampak semakin erat menggenggam tepian baju Shen Mochen.

Ekspresi Guru BK yang jahat itu semakin serius, "Murid baru? Pagi hari tadi baru saja melaksanakan upacara penyambutan, bukannya dikatakan kalau belajar adalah nomor satu di sekolah ini? Siapa wali kelasmu?" tanyanya.

"Pak Zhao Guang…" jawab Taozi dengan suara yang amat pelan.

"Pak Zhao?" ucap guru BK itu sekali lagi. Kedua matanya menatap Shen Mochen dan Taozi dengan tatapan mematikan dan berkata, "Aku kenal Pak Zhao. Beliau biasanya lebih ramah kepada orang lain, termasuk kepada muridnya. Kalau ada hal seperti ini, biasanya beliau tidak terlalu banyak tanya. Tapi aku berbeda. Karena hari ini aku melihat kalian berdua, besok pagi suruh orang tua kalian datang menemuiku di kantor."

"Ha?" jawab Taozi dengan kaget. Namun, Shen Mochen tampak tidak berkata apapun. Hanya ekspresi dingin yang terpancar di wajahnya.

"Apanya yang 'ha'? Percintaan seperti ini harus diperketat sejak awal." jawab guru BK yang jahat itu. Lalu, dia berbicara ke Shen Mochen dengan wajah yang menakutkan, "Kamu juga harus membawa orang tuamu datang kemari. Jangan kira karena kamu peringkat pertama aku bisa pura-pura tidak melihatmu, ya?! Karena kamu ini murid teladan, seharusnya kamu lebih berhati-hati terhadap hal semacam ini. Kalian berdua masih kecil, sekali pacaran bisa membuatmu tidak fokus dalam berbagai hal. Bahkan, membuat kalian tidak bisa fokus belajar, lalu bagaimana kalian menjelaskan kepada orang tua kalian?"

"Mengerti. Besok pagi ayah saya akan datang tepat waktu ke kantor ibu. Bolehkah kami pergi sekarang?" Ucap Shen Mochen yang terdengar nada mulai kesal dari ucapannya. Belum saja guru BK menanggapi ucapannya, dengan sikap yang sekeras batu, dia pun langsung menarik tangan Taozi untuk pergi.

"Dasar murid sekarang!!!" ucap guru BK dengan kesal. Dia biasanya mendengar kalau Shen Mochen adalah tipe anak yang sulit untuk bergaul. Tidak disangka kalau Shen Mochen masih punya sifat kekanakan. Pagi tadi, ketika Shen Mochen memberikan di podium, dia masih merasakan lembutnya angin musim semi menyapu wajahnya. Ternyata, karena dari awal dia memang tidak pernah memedulikan urusan pribadinya.

Perasaan Taozi gelisah ketika pulang bersama Shen Mochen. Dia sama sekali tidak tahu bahwa setelah mereka pergi, semua murid kelas 8 yang berada di lantai langsung ramai kalau Shen Mochen punya pacar. Belum lagi urusan mereka yang tertangkap basah oleh guru BK. Seperti hembusan angin di musim semi, berita itu dengan cepat menyebar ke seluruh angkatan.

"Sayang, bagaimana?" tanya Taozi yang sesenggukkan sembari melihat Shen Mochen. Ayah Taozi langsung pergi dinas setelah kemarin mengantarnya untuk mendaftar sekolah. Beberapa hari sebelumnya, ibunya juga sudah tidak berada dirumah, hanya tinggal dia sendiri di rumah saat ini. Untuk makan malam pun, Taozi pergi ke rumah Shen Mochen. Untungnya, ruang tamu kedua rumah ini hanya dipisahkan oleh sebuah pintu. Jadi, mereka bisa kapan saja keluar masuk ke rumah itu.

"Apanya bagaimana?" tanya Shen Mochen yang sedang duduk di meja belajarnya sambil mengerjakan PR matematika.

"Urusan orang tua itu. Ayah dan Ibuku kan sedang tidak ada di rumah," kata Taozi sambil menggenggam jemarinya dengan sedih.

"Oh," jawab Shen Mochen dengan datar sambil mengangguk pelan. Lalu, dia kembali melanjutkan mengerjakan PR-nya. Benar-benar tidak ada niatan untuk melanjutkan ucapannya.

"Hei, perhatikan aku sebentar saja. Andai saja kamu tidak menyuruhku pergi ke kelasmu untuk menunggumu tadi pagi, mungkin kita juga tidak akan ketahuan oleh guru BK yang jahat itu…" kata Taozi...