webnovel

Cepatlah Dewasa (3)

Editor: Wave Literature

Baru saja Taozi berusaha untuk berdiri, tapi lututnya lemah dan membuatnya terjatuh lagi. Untungnya Shen Mochen langsung menggapai lengannya, dengan begitu dia telah mencegah 'ciuman' kedua Taozi dengan pasir pantai ini.

"Kenapa," tanya Shen Mochen sambil melihat lutut Taozi dalam-dalam. Karena, kebetulan ada batu di tempat Taozi jatuh barusan. Dia pun kemudian membungkukkan tubuhnya dan melihat lutut Taozi sobek, bahkan memunculkan bercak darah disitu.

"Bagaimana bisa tidak hati-hati, sih? Bukannya baru saja aku memperingatkanmu untuk lebih pelan?" tanya Shen Mochen sambil berbalik badan. Tubuhnya menjadi sedikit lebih jongkok, hal itu mengisyaratkan agar Taozi naik ke punggungnya. 

Taozi pun dengan nurut naik ke punggung Shen Mochen. Dia mengalungkan tangannya di leher Shen Mochen, dan tidak lupa tangannya satu lagi membawa buah kelapanya, "Hehe, tidak apa. Tidak sakit kok." katanya setelah itu.

"Siapa yang peduli kamu sakit atau tidak, kalau jatuh kan aku harus menggendongmu." ucap Shen Mochen dengan sengak. Namun, dia pun tetap menggendong Taozi dan berjalan pelan-pelan ke tempat istirahat. 

"..." Baiklah, Taozi merasa sangat bersalah. Lagi pula juga bukan keinginannya untuk jatuh.

Tapi setelah semua itu, Shen Mochen juga menawarkan dirinya tanpa ragu. Jadi, ketika memikirkan hal ini membuatnya merasa bahagia kembali. Tangannya semakin erat memeluk leher Shen Mochen. Lalu, dia meletakkan wajahnya yang kecil itu di pundak Shen Mochen. Dia juga memiringkan kepalanya dan kembali meminum es kelapa yang dia pegang.

Dari kejauhan, ayah Taozi melihat Shen Mochen kembali dengan menggendong Taozi. Dia pun segera keluar dari tempat istirahat itu dan menghampiri Shen Mochen, "Ada apa Taozi?" tanyanya.

Tapi, Taozi hanya meringis dan memperlihatkan deretan giginya yang kecil-kecil sambil menjawab, "Tidak apa-apa kok. Hanya tadi aku terjatuh, dan lututku terluka sedikit."

"Kenapa tidak berhati-hati, sih?" tanya Ibu Taozi.

Ibu Taozi lalu berjalan ke arah Taozi dan melihat lutut Taozi sedikit berdarah. Kemudian Shen Mochen menurunkan Taozi di kursi yang ada di tempat istirahat itu. Mereka semua kaget melihat kondisi Taozi yang tiba-tiba kembali dengan darah di lututnya. 

He Yue mencari sesuatu dari tasnya, setelah itu mengeluarkan sebuah kotak obat dari tasnya. Dia membuka kotak obat tersebut, dan mencari sesuatu di dalamnya, kemudian mengeluarkan sebotol obat antiseptik dan memberikannya ke Ibu Taozi. "Ini, bersihkan dulu luka Taozi. Untungnya aku selalu membawa P3K ketika aku pergi liburan," katanya.

"Baik." jawab ibu Taozi sambil menerima obat antiseptik itu. Lalu, dia mengangkat kaki Taozi, dengan berhati-hati dia pun mengoles obat itu ke luka Taozi menggunakan kapas. 

Taozi kemudian melihat ketika antiseptik itu dioleskan, terlihat muncul gelembung-gelembung putih dari lukanya. Dia pun memerhatikan lututnya dengan penuh tanda tanya, "Eh, kenapa bisa ada gelembung-gelembung putih itu?" tanyanya.

"Karena antiseptik adalah oksidan yang kuat, dan itu dioksidasi pada luka, sehingga mencapai tujuan bakterisida. Dalam proses ini, antiseptik didekomposisi menjadi air dan oksigen. Jadi ketika oksigen dilepaskan, pencampuran dengan air menghasilkan busa." jawab Shen Mochen yang menjelaskan dengan detail kepada Taozi sambil dengan serius melihat lukanya.

"Oh…" gumam Taozi sambil menganggukkan kepalanya. Meskipun dia tidak tahu apa arti dari beberapa kata tadi, tapi kira-kira dia juga mengerti beberapa maksudnya. 

Ibu Taozi pun sudah selesai mengoles obat antiseptik di lutut Taozi, "Sudah, sakit tidak?" tanyanya kemudian walaupun hatinya perih ketika melihat Taozi.

"Tidak sakit, hanya sobek sedikit kok." kata Taozi yang akhirnya dia pun berdiri dan melompat dari tempatnya. Sikapnya itu seolah untuk memberitahu kepada semua kalau tidak ada hal serius pada kakinya.

"Iya, baguslah kalau tidak apa-apa. Kalau sedang liburan, memang susah untuk menghindari hal seperti ini. Taozi, kamu sangat berani!" kata He Yue sambil tersenyum.

Mereka makan siang di tempat wisata itu, dan melanjutkan jalan-jalannya hingga sore hari. Setelah itu mereka kembali ke hotel ketika mereka sudah menghabiskan makan malam. Keempat orang tua itu pun kemudian pergi membeli kartu poker dan kembali ke kamarnya untuk bermain kartu...