webnovel

Kamu Adalah Penggantinya

Setelah tiga tahun menikah dengan Fu Hansheng, Jiang Ran dengan sungguh-sungguh memainkan peran sebagai nyonya Fu. Setiap kali presiden Fu berselingkuh, dia yang akan mengurus akibatnya. Saat kekasih presiden Fu mendapat masalah dia yang pergi ke kantor polisi untuk menjaminnya. Tentu saja, bukan tanpa alasan dia melakukan ini. Setiap kali Jiang Ran membantu urusannya dengan seorang wanita, dia akan menjual barang dari rumah presiden Fu dan menyimpannya di lemari besi kecilnya sendiri. Akhirnya, tepat ketika dia menjual Villa terakhir atas nama presiden Fu, cinta presiden Fu kembali. Jiang Ran dengan senang hati menghitung harta kecilnya dan menunggu surat cerai. ------------------------------------------------------ Fu Hansheng tiba-tiba menemukan bahwa istrinya sedikit aneh akhir-akhir ini. Pesan teks yang dia kirimkan setiap hari hilang, dan dia juga tidak meminta uang kepadanya. Kaligrafi antik dan lukisan di rumah menghilang, dan bahkan Villa-nya juga menghilang. Fu Hansheng menggunakan kartu As-nya dan memberikan surat cerai di depannya. Benar saja, istrinya menangis ketakutan saat melihat surat cerai itu, membuat presiden Fu puas. ------------------------------------------------------ Yang satu mengira dia tidak berani menandatangani surat cerai. Dan setiap hari dia akan mencari cara untuk terlihat enggan menerima cintanya. Yang satu dengan cemas menunggu surat cerai. Bercerai, hapus kontaknya, block dia, dan tidak pernah bertemu lagi. Presiden Fu menatap istrinya yang menangis dan menandatangani surat cerai dengan cepat. Presiden Fu, “Oh oh, aku ceroboh.” Jiang Ran, “Oh ho, aku bebas.”

Kelinci Noob · Perkotaan
Peringkat tidak cukup
40 Chs

Aku Gigit Sampai Mati Jika Kamu Tidak Menurut

Editor: Wave Literature

"Biar kukenalkan, ini adalah pacarku Qiao Zhendong." Fu Shiqi duduk di depanku, menatap Qiao Zhendong dengan lembut, kemudian mengalihkan pandangannya padaku.

"Ini kakakku dan kakak iparku."

Ini pertama kalinya aku mendengar kata-kata 'kakak ipar' dari mulut Fu Shiqi. Membuat aku merinding.

Karena Fu Shiqi memiliki temperamen yang sama dengan Fu Hansheng, dingin dan kejam. Dia tidak pernah bersikap baik kepada orang yang tidak dia suka.

Namun, pacar? Bukannya dia kekasih Fu Hansheng…

"Kami pernah bertemu sebelumnya. Nona Jiang, kamu tidak lupa kan?"

"Bagaimana bisa? Aku masih mengingatmu."

Ini benar-benar memalukan. Aku bahkan mengatakan di depan wajahnya bahwa dia dan Fu Hansheng punya hubungan.

Qiao Zhendong berkata dengan hangat, "Meskipun ada sedikit kesalahpahaman sebelumnya, tapi sekarang kamu harusnya sudah mengerti. Kita bisa berkumpul lagi ketika ada waktu kosong!"

Aku menyeringai, "Oke, oke."

Aku selalu bersikap baik di depan semua orang, jadi aku selalu tersenyum saat berbicara dengan orang lain.

Fu Hansheng menatapku dengan jijik. Dia selalu berpikir aku adalah orang yang munafik.

"Jiang Ran." Fu Shiqi tiba-tiba memanggilku, yang sedang terbengong, "Pemanasannya sangat kuat, apakah kamu tidak panas memakai begitu tebal?"

Ya, disini cukup panas. Aku bisa merasakannya begitu saat aku berjalan masuk tadi.

Tepat saat aku hendak melepas jaketku, Fu Hansheng tiba-tiba meremas lenganku. Wajah tampannya terlihat muram, dan mata hitamnya melihat ke arahku dengan tajam.

"Dia tidak kepanasan."

"Ah? Aku merasa sedikit panas."

Aku menolak perilakunya yang tidak masuk akal. Tetapi bahkan sebelum bisa bergerak kali ini, dia mencubit pinggangku dari belakang, dan memperingatkan dengan suara rendah, "Jiang Ran, apakah kamu ingin menunjukkan dirimu semudah itu?"

Wajahku penuh dengan tanda tanya, lalu aku menundukkan kepalaku. Aku bisa melihat garis dadaku samar-samar ketika aku membungkuk sedikit.

Baru saat itu aku mengerti. Ternyata dia tidak ingin aku menunjukkan tubuh menawanku.

Heh, pria, sungguh berpikiran dangkal!

Aku punya tubuh yang menawan dan aku dapat menunjukkannya jika aku mau. Apa hubungannya dengan dia?

Aku merasa ingin memberontak dan aku langsung menggelengkan kepala, "Aku tidak akan bisa makan jika sepanas ini. Jadi lebih baik aku melepas mantelku."

Diam-diam aku mendorong cengkraman tangan yang bagai besinya. Dan aku melepas jaketku dengan penuh kemenangan di depan Fu Hansheng.

Fu Hansheng tersenyum samar, "Jiang Ran, kamu sungguh hebat ya."

Qiao Zhendong tersenyum seperti seorang bibi-bibi tua. Dia sepertinya berpikir bahwa Fu Hansheng dan aku sedang saling menggoda.

Aku tersenyum dan berpura-pura tidak ada yang terjadi.

Saat makan, aku pergi ke kamar mandi. Aku berdiri di depan cermin dan memakai lipstik yang baru aku beli. Hm, akhir-akhir ini wajahku terlihat semakin bersinar.

Tepat ketika aku masih berpuas diri karena tidak mematuhi Fu Hansheng, orang itu tiba-tiba muncul di belakangku.

"Kamu sungguh penuh trik." Dia berkata dengan kaku.

"Ini kamar mandi wanita. Jika kamu tidak ingin ada yang melihat, cepat pergilah!"

Wajahku tersipu. Orang ini sungguh suka melakukan semua semaunya.

"Kamu masih tahu menjadi malu?"

Fu Hansheng mendekatiku selangkah demi selangkah, sampai dia mendorongku ke sudut. Aku meringkuk di dinding dan merendahkan suaraku, "Apa yang mau kamu lakukan? Bagaimana aku bisa menyinggung kamu lagi?!"

"Kamu sungguh memakai segala cara untuk menggodaku."

Fu Hansheng menatapku dengan mata yang tak terbantahkan itu dan menyimpulkan bahwa aku memiliki motif tersembunyi.

Aku menaikkan suaraku karena marah, "Omong kosong! Siapa pun yang terjebak di toilet dan tidak bisa keluar akan marah! Kita sepakat bahwa kita akan mengurus urusan kita masing-masing. Tapi kamu sudah mengusikku selama ini. Aku bahkan belum membalasmu…"

Sebelum aku bisa menyelesaikan kata-kataku, dia menutup mulutku.

Ternyata di luar ada orang.

Aku sangat takut sehingga wajahku menjadi pucat. Fu Hansheng mendorongku ke tembok lagi. Begitu orang di luar pergi, dia mencubit daguku dan memaksaku untuk menatapnya.

Dia berkata dengan dingin, "Jiang Ran, apa kamu tahu apa konsekuensinya tidak menurutiku?"

Aku dengan bodoh menggelengkan kepala, "Tidak tahu."

Fu Hansheng mendengus dingin, kemudian mencium bibirku. Tapi itu bukan ciuman sama sekali, dia menggigitnya! Dia terus menggigit bibirku dengan giginya, melepaskan dan menggigit lagi.

Dia tidak melepaskannya sampai mulutku mati rasa.

Pada akhirnya, dia mengeluarkan sapu tangan yang dia bawa dan menyeka bibir tipisku yang diwarnai dengan lipstik. Dia menatapku, senyum di sudut mulutnya semakin melebar.

Alih-alih marah, aku malah tertawa, "Menyingkir, aku akan pergi ke rumah sakit."

"Apa?"

"Aku mau pergi untuk mendapatkan vaksin rabies."

Pria ini adalah anjing! Dan dia menggigitku!