webnovel

Kamar Rahasia

Pernikahan itu bukan perjodohan yang dipaksakan. Menikah itu dengan hati. Semua keinginanku sudah aku relakan demi Ayah. Tapi satu hal yang tidak bisa aku lakukan lagi meski itu untuknya, tolong... aku hanya punya hati. Haruskah aku merelakannya juga? Siapapun tolong aku...

Dihar_Pratiwi · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
4 Chs

Prolog Lintang

"Hei, mau kemana, Tang ?" Tanya Dika seraya mengejarku karena heran dengan sikapku yang tiba-tiba berubah emosi dan pergi meninggalkan basecame tempat kami biasa berkumpul.

"Aku bosan! Aku akan berkeliling sebentar." Sahutku sambil bersiap memasukkan kunci lalu menghidupkan motorku.

Tak perlu banyak kata lagi, aku langsung meninggalkannya seorang diri. Ku tarik gas motorku sekencang mungkin hingga menusuk telingaku sampai pengang agar aku bisa melepaskan bebanku meski hanya sesaat.

Aku tidak peduli dengan cara pikir teman-temanku tentang diriku sekarang. Saat ini aku sedang pusing memikirkan biaya sekolah adikku sementara aku tidak bekerja. Apa yang harus kulakukan? Aku tidak mungkin membiarkannya putus sekolah begitu saja.

Kejadian semalam terus-menerus membayangiku seharian ini, sampai-sampai aku tidak tidur karenanya.

Kepalaku terus saja berpikir dan berpikir mencari solusi. Dengan kecepatan 120 km/jam, mengenakan helm fullface aku berkendara lurus ke depan dengan pasti. Andai aku pun bisa melakukannya dengan hidupku semudah aku menggenggam stang motor ini sesuai kemauanku.

Kalau saja bukan demi adikku, aku mungkin sudah bunuh diri sejak lama. Memiliki keluarga yang broken home, semuanya sungguh menjadi berantakan! Kenapa mereka yang berselisih sementara di sini kami lah yang harus menanggung resikonya dan menjadi korban keegoisan mereka?

Aku tak pernah sanggup dan mampu jika membayangkan Adikku yang akan menangis karena harus kehilanganku sementara ia tak memiliki siapapun di dunia ini selain aku, kakaknya.

Kenapa Tuhan tak pernah adil kepadaku?! Menjadi kakak sekaligus orang tua untuk adikku sudah kulakoni. Tapi apa yang dia berikan untukku? Aku malah harus kehilangan pekerjaanku di saat aku benar-benar sedang membutuhkan uang?

Banyak yang mengatakan kalau jalan keluar selalu datang saat kita sudah benar-benar terpojok di satu sudut. Dan saat ini aku rasa aku sudah benar-benar terpojok! Tapi di mana jalan keluar itu? Aku ingin tahu! Apakah tidak cukup aku menangis dan meronta seperti ini Tuhan?! Kumohon....

Dan pada akhirnya sebuah mobil sport berwarna merah melintas dengan santainya tepat di hadapanku ketika aku tengah memacu motorku dengan kencang. Padahal jalurnya sedang lampu merah, kenapa dia tidak berhenti?

Apa dia tidak melihatnya?

Apa-apaan dia? Kenapa dia tidak mau berhenti?

Hei....!!!

Kubunyikan klakson motorku berulangkali. Akhirnya dia sadar kalau ada aku yang akan datang dari jalur kanan.

Namun terlambat!

Aku tidak bisa mengerem!

Jarak kami semakin dekat.

Bagaimana ini?

Apa yang harus kulakukan?

Terpaksa aku harus membanting stir dan merelakan motor kesayanganku terseret aspal jalanan.

Sempat kusaksikan dengan sisa kesadaranku saat itu, mobil itu pun nampaknya melakukan hal yang sama. Si pengendara membanting stir ke kiri untuk menghindariku.

Kemudian tubuhku terpelanting lalu berguling-guling di atas aspal jalanan hingga helmku terlepas dari kepalaku.

Masih bisa kulihat mobil sport merah itu. Rupanya ia menabrak tiang lampu lalu lintas di jalur seberang.

"Aaaarrgghh....."

Sakit sekali!

Tubuhku terasa hancur. Aku tidak bisa menggerakkan tangan dan kakiku.

Tolong...

Tolong...

Berbicara pun sulit.

Apakah aku akan benar-benar berakhir di sini?

Oh, Sofia... Maafkan aku...