webnovel

Bab 3 MANUSIA UNGGUL

Larasaty membelai rambut anaknya dengan penuh kasih sayang, perlahan air matanya menetes membasahi pipinya.

Dia masih sangat ingat, beberapa hari yang lalu dia adalah wanita terhormat yang sangat di sayangi Kaisar atau Prabu Ronggowarsito sebagai selir terkasihnya. Apalagi saat itu dia sedang mengandung anak dari sang Kaisar.

Akan tetapi sebuah bencana yang tidak terduga melandanya, membuat Larasaty yang senantiasa di manja serta di hormati seketika berubah menjadi wanita gelandangan yang di kejar-kejar ketakutan.

Hanya satu tekadnya yang membuat dirinya selalu berusaha bertahan hidup. Anak yang ada di dalam kandungannya adalah penghibur dan amanah dari sang Kaisar Ronggowarsito yang akan dia jaga dengan taruhan nyawa.

Apalagi kaisar Ronggowarsito sebelumnya sangat mengharapkan seorang Pangeran dari rahimnya. Pangeran ini tentu akan menjadi penerus kerajaan Mandiraja setelah dia menua dan menghadap Yang Maha Kuasa.

Sedangkan sang Permaisuri nampaknya mandul, karena sudah sepuluh tahun lamanya belum juga mengandung dan mempunyai anak. Dari dua puluh selir yang ada di istana kerjaaan Mandiraja, hanya selir Larasaty sajalah yang bisa mengandung.

Tentu saja kabar ini sangat membuat bahagia Kaisar Ronggowarsito, sedangkan permaisuri dan selir yang lainnya sangatlah iri serta cemburu dengan anugerah yang di terima Larasaty.

Tak lama kemudian anaknya yang sedang tertidur mulai membuka matanya. Larasaty nampak tertegun melihat kilauan yang terpancar dari bola mata anaknya ini. Kilauan ini bagaikan mata harimau di tengah kegelapan, mata ini bagaikan nyala lilin berwarna kemerahan membuat jantung Larasaty berdegup sangat kencang untuk sesaat.

"Anakku..."

Larasaty segera memeluk anak bayinya yang sudah tumbuh menjadi seorang anak balita.

Anaknya nampak kebingungan di peluk Larasaty, meskipun dia baru saja di lahirkan beberapa jam yang lalu, akan tetapi karena tubuhnya sudah berubah menjadi anak balita berumur lima tahun, tentu saja pola pikirannya juga mengikuti perkembangan tubuhnya.

"Kamu siapa? Kenapa memelukku?"

"Anakku... kamu anak ibu..."

Larasaty memeluk anak bayinya sambil tak henti-hentinya membelai rambutnya. Anak yang belum dia beri nama tentu saja masih kebingungan, mendengar ucapan Larasaty.

Meskipun dia baru saja di lahirkan, akan tetapi keajaiban mengikuti perkembangan tubuhnya. Dia langsung bisa berbicara dengan lancar, membuat Larasaty nampak terpana mendengar ucapan yang keluar dari anaknya.

"Anakku.. maaf ibu belum memberi kamu nama..." bisik Larasaty di telinga anaknya.

Sebagai anak kecil tentu saja anaknya masih senang di peluk seorang ibu, meskipun dia belum tahu apa arti seorang ibu dalam pikirannya.

"Aku sudah punya nama bu."

"Kamu sudah punya nama?"

Larasaty nampak terpaku menatap anaknya, dia tidak mengerti apa yang di ucapkan anaknya ini.

Melihat wanita yang memeluknya nampak tertegun dan tidak percaya dengan apa yang dia ucapkan, anak ajaib ini berkata lagi.

"Iya, namaku Agoes Suseno."

"Agoes Suseno?" gumam Larasaty dengan tidak percaya, matanya menatap wajah anaknya dengan penuh selidik.

Larasaty sangat tahu kalau dia sama sekali belum memberi nama kepada anaknya yang baru lahir, bahkan sebuah namapun belum pernah dia pikirkan dalam benaknya saat mengandung.

Tiba-tiba sekarang anak yang baru di lahirkan beberapa jam yang lalu mengatakan kalau namanya adalah Agoes Suseno, tentu saja dia sangat terkejut.

"Kenapa nama kamu Agoes Suseno?"

Larasaty bertanya kembali sambil menatap anaknya, dia ingin mendengar alasan dari anaknya kenapa mempunyai nama Agoes Suseno.

Tentu saja Larasaty tidak tahu kalau di tubuh anaknya ada sebuah kekuatan titisan dari Dewa Petir yang turun kebumi.

Nama Dewa Petir ini adalah Agoes Suseno, seorang Dewa yang sengaja turun ke bumi untuk mencegah kehancuran yang akan di lakukan umat manusia.

Wujud Dewa Petir ini berupa cahaya energi yang sangat kuat dan Agoes Suseno merupakan Raja dari para Dewa petir yang lainnya.

Petir yang turun kebumi merupakan para prajuritnya, sehingga seluruh petir di alam semesta ini merupakan bawahannya.

"Namaku memang Agoes Suseno, ibu ndak usah cari nama yang lain,"

Agoes Suseno berkata sambil menatap wajah ibunya dengan mata berkerlip bagai bintang.

Melihat tatapan matanya yang begitu indah dan menggemaskan, akhirnya Larasaty hanya bisa mendesah dan menerima nama yang di sebutkan anaknya.

"Baiklah kalau kamu ingin nama itu, tapi jangan lupa kalau nama ayahmu adalah Ronggowarsito. Meskipun kita tidak bisa berkumpul dengan ayahmu, akan tetapi ibu tahu kalau ayahmu pasti sangat mengharap kehadiranmu."

"Ayah?... dimana ayahku ibu?"

Agoes Suseno menatap Larasaty dengan tatapan memohon, tentu saja dia ingin tahu di mana ayahnya berada.

Meskipun usianya masih muda, akan tetapi pikiran dan ingatannya tentu saja berbeda. Agoes mewarisi ingatan yang di miliki sang Dewa Petir.

Ingatan dan kemampuan Dewa Petir tentu saja tidak hanya tentang kekuatan yang di miliki, akan tetapi kemampuan ilmu silat dan ilmu pengobatan tingkat Dewa serta kemampuan lainnya yang tidak di miliki oleh bangsa manusia.

"Ayahmu sedang pergi, nanti kamu juga akan bertemu bila saatnya tiba," hibur Larasaty sambil tetap membelai rambut anaknya.

Mereka berdua duduk di gua inti gunung ini semalaman, mereka sama sekali tidak merasa lapar meskipun tidak makan. Bahkan Agoes Suseno yang baru saja terlahir ke muka bumi ini juga tidak merasa lapar serta haus, padahal pada umumnya bayi yang baru saja lahir akan selalu minta minum Air Susu Ibu.

Energi petir yang mengalir di tubuh Agoes Suseno, membuat aliran darahnya senantiasa penuh energi. Bahkan lambungnyapun tidak perlu di isi makanan, karena aliran energi yang dia miliki bagaikan sebuah pusaran energi yang senantiasa mengisi tanpa henti.

Demikian juga dengan Larasaty, meskipun kekuatan energi petir yang masuk kedalam tubuhnya tidak terlalu besar, akan tetapi dia juga tetap bisa tidak merasa lapar sedikitpun dan tubuhnya tidak akan merasa lemas.

Kekuatan energi yang masuk dan menyatu dengan tubuh Larasaty membuat dirinya yang tidak tahu tentang ilmu beladiri maupun ilmu tenaga dalam dan pembangkitan energi sejati seketika berubah menjadi seorang master beladiri energi sejati yang sangat hebat.

Pagipun tiba, udara sejuk perlahan masuk kedalam inti gunung meskipun udara yang masuk ini tidak terlalu banyak. Maklumlah kedalaman gua inti gunung Maha Meru ini sangatlah dalam, sehingga udara segar tidak bisa masuk dalam jumlah yang banyak kedalam gua.

"Sudah siang, nak kita naik keatas keluar dari gua ini dulu."

Larasaty segera membangunkan Agoes Suseno yang ada dalam pelukannya. Mata Larasaty segera menatap ke dinding serta langit-langit gua, dia sedang mencari lobang yang semalam membuatnya terjatuh.

Akhirnya dia melihat ke langit-langit gua, tepat di atas kolam air panas ada sebuah lubang selebar satu meter persegi yang nampak menghitam saking dalamnya sehingga cahaya matahari sama sekali tidak bisa masuk.

Larasaty nampak kebingungan melihat lobang yang ada di langit-langit gua, dia seketika berpikir bagaimana caranya untuk bisa masuk kedalam lubang yang ada di atas langit-langit dan keluar dari tempat aneh ini.

....