webnovel

First Kiss

Tiara memanggil Revan untuk memastikan dan bertanya apa maksudnya dia mengirim pesan seperti itu.

"Oh itu, iya gue yang kirim. Kenapa?"

"Kok tanya kenapa, gue yang seharusnya tanya, kan," jelas Tiara.

"Ya maksud gue kenapa memangnya, lo nggak suka kalau gue nulis pesan itu."

"Kalimat lo ambigu banget. Gue nggak paham!" tegas Tiara.

Revan merubah posisinya dan melihat Tiara.

"Kalau gue mau seperti itu, apa lo terima gue?" tanya Revan dengan tatapan serius.

"Nggak!" Tiara langsung menjawab tanpa pikir panjang.

Revan yang mendengar penolakan langsung menjadi tidak percaya, bagaimana bisa seseorang menjawab dengan tegas tanpa berpikir ulang.

"Kenapa?"

"Kok tanya kenapa lagi. Ya nggak kenapa-kenapa, gue nggak mau," jawab Tiara, "memangnya lo nggak tau kalau gue lagi ada hubungan sama seseorang."

Detik berikutnya Tiara merutuki dirinya sendiri. 'Ceroboh banget lo, Ra,' batin Tiara.

"Maksudnya lo pacaran? Gitu? Sama siapa?" tanya Revan.

"Apa benar lo ada hubungan sama Faza?" tanyanya lagi.

Tiara melipat mulutnya ke dalam dan mengangguk pelan.

"Disalip dong gue," ucap Revan dengan kecewa.

"Maksud lo?" tanya Tiara bingung.

"Hm, hm, gue suka sama lo, Ra."

Kalimat Revan sukses membuat Tiara mematung seketika, bola matanya bergerak memeriksa apa yang ada di wajah Revan seakan mencari kebenaran perkataannya. Tiara langsung menarik diri dan menatap layar komputer lalu mengklik dengan sembarang yang entah apa tujuannya, tentu saja niat Tiara untuk menghindari tatapan Revan dan tidak ingin larut dalam detakan jantungnya yang cepat.

Revan yang menyadari itu langsung berkata, "Sorry, kalau bikin lo nggak nyaman, anggap aja gue nggak pernah ngomong."

Tiara hanya bisa mengangguk dan mulutnya tertutup rapat, perlahan tangannya mulai bergetar karena merasakan suhu tubuhnya panas seketika. Tiara berusaha menormalkan suhu tubuhnya, matanya melirik pada sudut kanan di bawah untuk melihat jam di layar komputer.

'Gila! Baru jam sepuluh lagi. Paket lama banget,' batin Tiara.

Revan pun bertanya saat Tiara bangun dari duduknya.

"Gue ... gue mau ke kamar mandi," jawab Tiara.

Tiara pun melangkah dengan cepat untuk menghindari tatapan Revan. Di dalam kamar mandi Tiara duduk di atas kloset sambil menutup wajah dengan kedua tangannya.

"Nggak! Gue nggak boleh geer. Dia cuma iseng ngomong kayak gitu," gumam Tiara sambil menggelengkan kepalanya.

Tiara memejamkan matanya sambil mengambil napas dalam-dalam dan menghembuskan secara perlahan. Setelah menormalkan napas dan tubuhnya Tiara bangun dan keluar dari kamar mandi. Langkah Tiara terhenti saat melihat Revan ada di depannya hanya dengan beberapa langkah dari posisinya berdiri. Revan melangkah maju sambil menatap Tiara, semakin Revan melangkah maju semakin Tiara memundurkan langkahnya hingga membentur dinding di belakangnya. Tiara menelan salivanya saat melihat wajah Revan dengan jarak yang dekat dan sudah berada dalam kungkungannya.

"Gue tanya sama lo. Apa lo suka sama gue?" serang Revan.

Katup bibir Tiara terbuka mendengar pertanyaan yang di lontarkan, terlebih jarak wajah keduanya hanya menyisakan lima senti dan membuat Tiara dapat merasakan napas Revan menerpa wajahnya. Detik berikutnya Tiara memalingkan wajahnya agar tatapannya tidak bertemu.

"Jawab gue, Ra," tuntut Revan.

Revan memegang dagu Tiara agar bisa melihat wajahnya dengan jelas dan Revan pun bertanya sekali lagi. Tiara mengepal erat tangannya dan mengangguk pelan serta menundukkan kepalanya usai memberikan jawaban. Mulut Revan membentuk lengkungan dalam satu gerakan Revan berhasil mendaratkan bibirnya ke bibir Tiara. Mendapat sentuhan di bibirnya pertama kali membuat mata Tiara membulat sempurna dan mengedip-ngedipkan matanya dengan cepat.

Revan menyudahi kecupan bibirnya dan melihat netra Tiara yang sedang bingung.

"Sorry, gue nggak tahan sama bibir lo," kata Revan dengan santai.

Tatapan Tiara melihat ke arah depan dan tidak berani untuk melihat Revan. Tangan yang mengepal di genggam oleh Revan dan diusapnya dengan lembut.

"Apa tandanya kita jadian hari ini?" tanya Revan memastikan.

Tiara menarik tangannya dan berkata, "Nggak, Van. Gue pacaran sama Faza."

Mendengar kalimat Tiara membuat Revan terkekeh. "Terus apa hubungannya?"

Tiara melihat Revan tidak percaya dengan pertanyaan Revan, bagaimana bisa dia mengatakan seperti itu.

"Ok, ok. Gue paham," kekeh Revan, "kita bisa backstreet darinya."

"Mana ada backstreet kayak gitu, sama aja gue selingkuh," ucap Tiara.

Revan menangkup wajah Tiara. "Gue nggak peduli, saat ini yang terpenting adalah gue sama lo menjalin hubungan."

Detik berikutnya Revan mendaratkan kecupan lagi dan kali ini dia mulai melumat bibir Tiara. Kecupan seperti ini adalah yang pertama bagi Tiara, butuh waktu lama untuk Tiara membalas kecupan tersebut. Dia pun mengingat kecupan seperti di dalam drama dan dia meresponnya. Tiara tidak bisa mengimbanginya hingga dia menarik diri.

"Gue mau pulang," ucap Tiara.

"Kenapa pulang? Paket kita masih banyak," balas Revan.

Tiara menghiraukan perkataan Revan dan kembali masuk ke dalam ruangan komputer. Tubuhnya bergetar, bahkan kakinya pun ikut bergetar karena detak jantung Tiara sangat cepat terlebih sehabis mendapatkan kecupan pertamanya. Meskipun Tiara menyukai Revan, tidak mungkin secara dadakan dia memutuskan hubungan dengan Faza. Nanti dia akan di cap cewek gampangan karena gonta-ganti cowok. Terlebih lingkaran Revan sangat luas, bagaimana dia bisa beradaptasi dengan lingkaran Revan sementara Tiara sendiri tidak nyaman jika harus keluar dari lingkarannya.

Revan kembali duduk di kursinya dan menghadap Tiara, saat Revan ingin memegang tangan Tiara dengan cepat dia menariknya hingga Revan bertanya.

"Gue ... rasa nggak bisa."

"Nggak bisa apa?" tanya Revan bingung.

"Kita ... kita nggak bisa menjalin hubungan itu karena berbeda," jelas Tiara.

"Apa yang jadi berbeda?" Revan semakin bingung.

"Ya kita beda, pokoknya gue nggak bisa, Van," jelas Tiara.

"Ok, gini aja. Bagaimana kita berhubungan kalau lo udah putus sama Faza," balas Revan.

Revan mengatakan hal itu karena sebenarnya dia menyukai Tiara saat pertama melihatnya, hanya dia tidak berani untuk mengatakannya terlebih Tiara adalah cewek yang penutup hingga Revan tidak bisa masuk meskipun hanya celah kecil. Pertemuannya dengan Tiara saat dia terlambat adalah pertemuan yang tidak pernah dipikirkan, mungkin itu menjadi salah satu momen kesempatan baginya untuk mendekati Tiara hingga sampai saat ini dia bisa menyatakan perasannya.

Revan yang tengah bingung karena jawaban Tiara, dia masih tidak mengetahui apa dirinya diterima atau tidak dalam hati Tiara, bahkan dia rela menunggu hubungan Tiara berakhir dengan Faza. Entah apa yang di pikirannya saat ini, Revan hanya ingin memiliki Tiara di dalam hidupnya.

"Gue harap setelah kejadian ini, lo jangan menghindar karena ini bisa jadi kesempatan gue buat mengenal lebih dekat dan lebih dalam tentang lo, Ra," ucap Revan.

"Dan gue mau lo terima setelah apa yang kita lakukan tadi," tambahnya.

Mendengar kalimat Revan membuat rona merah muncul di pipi Tiara, jantungnya kembali berdetak cepat karena dia mengingat kecupan pertama yang di dapatnya.