webnovel

just little brother

gue tau gue salah, berharap gue bisa bikin kak rosi berubah. bukan karena gue ngerasa hidup kesepian. tapi karena hati gue yang kesepian. mungkin orang-orang tak tau di balik wajah garang mark lionendra itu ada wajah kesepian dan takut akan kesendirian. kita gak seharusnya nilai orang dari satu kali pandang bukan? tak seharusnya juga kita memandangsebelah mata pada orang-orang seperti mark, yang mencintai kakak nya sendiri lebih dari perasaan adik pada kakak nya. karena sebenarnya mereka juga tak menginginkan perasaan yang salah itu. tapi perasaan itu tak ada yang salah bukan? tak ada yang dapat disalahkan atas itu. jadi apakah gue harus terus membiarkan perasaan itu hidup?

sun_sha · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
7 Chs

part 4) asal keberanian

Sejak hari itu,

Ketakutan mark benar-benar terwujud.

Kakak nya itu benar-benar menjauhi-nya. Menganggap nya tak ada, dan selalu menghiraukan dirinya .

Mark benar-benar tak bisa terus seperti ini. Apalagi dia kan sudah dari awal sudah terbiasa hidup berdampingan dengan kembarannya.

Mark dan rosi dibuat pada waktu yang sama, berbagi kehangatan rahim bunda, setiap saat bersama tak terpisahkan.

Dan kadang juga mark sama-sama merasakan apa yang ada di hati rosi.

Sekarang

yang mark rasakan dari kakak nya itu hanyalah perasaan kecewa, marah, kesal, juga hampa.

Mark selama ini mengira kalau rasa kecewa pada rosi itu disebabkan karenan dirinya yang selalu lemah.

  Rasa marah karena dirinya yang selalu menyusahkan, dan kesal karena selama ini mark diam-diam saja jika dibully.

Dan untuk rasa hampa itu?, entahlah...

Dai mana asalnya?

"Kak, kakak main lagi yaa sama mark kayak kita dulu. Kakak jangan ninggalin mark sendirian disini" Bujuk mark menahan rosi yang sepertinya akan melangkah pergi turun dari kasur besar mereka entah kemana.

Rosi menoleh kebelakang, tepatnya pada mark yang menatapnya sedih.

"Urusin dulu tuh kaki ! " Ketus rosi yang tetap melangkah pergi menemui teman-teman nya yang menunggu di teras rumah untuk bermain bersama.

Mark menundukkan kepalanya, yaa ia sudah tau kalau kakaknya pasti akan menolak nya lagi.

Plukkkkk.... Plukkkkkk.... Bughhhhh....

Mark memukul keras betis kanan nya yang di-gips, juga tangan kanan nya yang dalam keadaan yang sama juga.

Di-gips.

Hiksssssa.... Hikssssss....

Mark memang lemah, cengeng. Hanya karena ditinggal kakak nya ia menangis. Tapi jika kalian berada di posisi mark juga mungkin sama dengan perasaan mark saat ini.

Kecewa tapi tak bisa berbuat apa-apa.

Gara-gara mereka, mark saat ini hanya bisa terbaring lemah di ranjang besar ini.

Gara-gara mereka kakak-nya semakin muak, malu, marah hingga tega  meninggalkan ia sendiri.

Tekad mark balas dendam semakin besar.

Mark tak sekalipun marah dengan kakak nya yang menjauhi-nya....

Tidak sama sekali.

Gara-gara rosi yang datang waktu itu, ia justru ia selamat, kan?...

Rasa khawatir mark pada kakanya yang akan mengakhiri pembully nya itu hanya hadir pada saat itu saja. Mark yang sekarang tidak mau menjadi orang yang mudah mengasihani dan membiarkan dirinya tertindas lagi.

Mark sungguh terharu dengan rosi yang rela di skors karena membuat kelima bocah pembully nya itu masuk rumah sakit. Yaa bagaimana tidak?...

Bocah-bocah itu mengalami patah hidung, babak belur, bahkan rosi membuat mereka meronta-ronta meminta ampun.

Cih!, padahal saat rosi tak ada mereka dengan remeh mengolok-olok rosi karena rosi sok dingin, sok kuat dan songong.

Lihat kan? Saat rosi tak bisa diam lagi ia akan mengeluarkan taring nya...

Mark sangat tahu kakanya bukan tipe gadis yang banyak mau, manja, dan mudah membuang-buang kata-kata untuk melawan kuman-kuman itu.

Sekali rosi membalas langsung menohok dalam hati.

Waktu itu....

mark dan rosi baru sampai sekolah, saat mereka dikelas ada seorang gadis lain yang mengolok-olok kakaknya karena punya adik lemah seperti mark. Tapi perkataan kakanya itu membuat mark kecil ingin sekali menangis .

"Cih, terus lo apa?, adik yang ngemis kasih sayang ke kakaknya yang sama-sama jadi pembully disekolah iya?, gue sayang sama  mark karena itu gue lindungin dia karena dia itu adik gue. Lah lo!, orang yang lo anggep kakak itu sayang gak sama lo?, lindungin lo pas dicegat cowok anak sebelah kemaren gak? Huh! " Rosi menatap gadis itu dingin . kemudian melangkahi gadis itu sembari menggenggam tangan mark menguatkan lalu mencari tempat duduk mereka yang ada di paling depan barisan.

Gadis itu pasti merasakan hatinya sangat tertohok, mengingat memang itu kenyataan yang pahit, matanya berair bahkan sudah meneteskan air mata. Tapi gadis itu tentu tak mau kalah dengan rosi

"Huh!, lo cuma dimanfaatin sama adik lo yang lemah ini" Tunjuk gadis itu pada mark yang hanya duduk dengan kepala tertunduk dalam.

Rosi yang tadinya tenang-tenang saja langsung bangkit dari bangku nya.

"Gak papa gue dimanfaatin yang penting gue dah jadi kakak yang baik. Yang gak bikin adiknya bahan candaan dan bahan taruhan" Balas rosi tenang tak lupa senyum miring rosi tunjukan gratis pada gadis pembully itu.

Gadis itu menatap rosi tersentak.

"L---lo hikss t---au dari hikkkss... Hiksss mana? "

Rosi ingin menjawab lagi tapi tiba-tiba mark menggenggam pergelangan tangannya dan memberikan isyarat gelengan agar rosi tak semakin jauh.

Tapi rosi sudah biasa mengacuhkan mark.

"Gue diem, sok jadi dingin bukan berarti gue gak tau apa-apa. Jadi kalian semua diem aja, jangan ganggu gue ataupun mark" Putus rosi sembari mengalihkan tatapannya pada seisi kelas yang mulai dipenuhi murid yang baru berdatangan.

Saat itu juga seisi kelas tahu itu adalah sebuah peringatan. Rosi tak bisa diremehkan. Dan jika mengganggu mark sama saja ikut menggangu Rosi.

Huh, mark jadi kangen dengan sifat Rosi yang tsundere akut dari bayi itu.

(Tsundere: bersifat dingin dan seolah tak peduli walau dalam hatinya sangat sayang dan peduli).

Kapan mark bisa cepat-cepat melepas gips nya ini. Kapan mark bisa ikut berlatih les bela diri dengan kakanya walaupun bunda, papa tak mengijinkannya.

untuk kali ini saja mark akan menjadi anak pembantah hanya untuk kakaknya.

Dari situlah mark ikut les bela diri dengan Rosi sehabis pulang sekolah, ahhh lebih tepatnya homeschooling hanya untuk mark.

Mark sebenar nya tak trauma karena pembully an itu ia masih ingin sekolah biasa . Tapi yang trauma itu bunda nya, lily. jadilah mark di-homeschooling kan.

Sedangkan Rosi tetap sekolah biasa.

Rosi masih bisa tetap bermain dan berinteraksi dengan teman-teman nya. Ahhh mark iri lagi jadinya...

Eeeh

Tapi...

Kan mark tak punya satupun teman di sekolah, jadi sekolah biasa pun mark sama-sama merasakan kesepian.

Tapi ia setidaknya bisa ditemani Rosi tak seperti sekarang.

Dan untuk les bela diri itu,

mark memaksa lily dan ergan dengan cara keras hingga diijinkan.

Seharusnya inilah yang mark lakukan sedari dahulu. Pasti sekarang rosi tak akan berdiam-diaman dengan nya, abangnya dan kedua orang tuanya.

Pokoknya rosi semakin acuh, lebih dingin dari sebelumnya.

Tapi sedari dulu jika di rumah entah kenapa suasana akan terasa ramai dan hangat.

Tapi sekarang rumah jadi terasa sepi walau banyak penghuni sekalipun.

Bunda, papa bahkan abang udah berusaha buat bikin ka rosi balik ke semula, tapi karena yaa kesalahan besar waktu itu kak rosi jadi seperti itu.

Waktu itu gue dengan percaya diri bilang ke kakak

" Kak , kakak semangatin mark biar bener latihannya yaa" Ucap mark kecil menaruh harapan pada kakaknya yang sedari tadi menunggu ia selesai latihan.

Rosi kecil menatap mark dingin seraya mengerutkan kecil dahinya.

"Untungnya buat kakak apa? "

Mark tersenyum lebar.

"Tar aku semangat latihan dan serius.

jadi kita bisa pulang lebih cepet nantinya, kakak gak perlu nungguin mark pulang lama lagi ... Hemmmm gimana? " Tawar mark

Rosi terdiam, sebenarnya Rosi hanya iseng mempertanyakan hal yang baginya konyol itu.

Hati rosi tak tahan untung terus-terusan dingin pada adiknya.

Untungnya mark dan rosi sudah dapat kembali dekat lagi, walaupun rosi tetap saja tsundere, hubungan kekeluargaan kami juga kembali hangat.

Entah juga kenapa kakak gue itu sejak kecil pemikiran nya dewasa sama juga kayak perilakunya.

Tapi yang anehnya kak Rosi tak pernah sedingin dan sedewasa itu dihadapan bunda dan juga sahabat nya.

Sedari dulu Rosi membedakan perilakunya antara kami yang keluarganya dengan dunia luar.  Yang gue Sering liat, kak rosi selalu beda diluaran sana sama saat dia ada dirumah. 

Seolah-olah kak rosi itu ada dua orang, karena diluaran sana gue bahkan kadang tak mengenali siapa diri nya.

Kak rosi seolah membangun benteng yang memisahkan gue, abang dan papa saat itu.

Seolah-olah kak rosi membatasi dunia nya yang gak boleh dilewati siapapun.