Xiao Zhan pun paham. Dia berdiri dari sana dengan sedikit guncangan di meja. "Kalau begitu ambil aja. Lagian aku juga udah selesai," katanya kesal. Lantas keluar dari kafe dengan langkah menghentak setelah membayar bill ke resepsionis.
Di halaman kafe, Xiao Zhan menendang batu kecil hingga melesat ke jalan raya. Benda itu menggelinding begitu saja hingga dilindasi berbagai macam ban kendaraan. "CK. TAK PEDULI! JIKA TAHU BEGINI AKU PERGI SAJA SENDIRI!" teriaknya kesal. Tak emosinya itu menciprat ke sopir taksi yang dihentikannya. "Apa lihat-lihat!" bentaknya saat si sopir mengintip lewat kaca depan. "Aku lagi marah, tahu. Jadi jangan macam-macam dan jalan saja oke?" katanya bermonotom. Sebab si sopir pun memfokuskan diri ke jalan raya setelah itu. Tanpa komentar. Tanpa protes apalagi balas membentak.
Mungkin karena dadanya terlalu nyeri, napas Xiao Zhan pun terasa sesak. Tidak hanya itu, memikirkan berbagai kemungkinan … kini pelupuk matanya mulai tergenangi air mata.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com