webnovel

just for u

ANGKASA PRAMUDYA cowok bermata tajam dan tak berperasaan, ketua geng DTD yang di takuti dan di segani geng lain, seorang pria yang tak pernah menyukai lawan jenisnya hingga akhirnya ia bertemu dengan salah seorang siswi di sekolah barunya, Airin agatha gadis lucu dan kerap kali memporak porandakan hatinya, melihat gadis itu tersenyum saja rasanya seperti di hipnotis, cantik. Namun ada satu hal yang membuatnya harus meninggalkan gadis itu bukan, bukan kesalahan Airin ataupun dirinya tapi mungkin harus dilakukan "Kenapa lo buat seolah olah kita ini akan selamanya?" -Airin agatha "Gue cinta sama lo, itu yang harus lo tau" -Angkasa pramudya

dindaindah_ · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
10 Chs

Gea

Airin mencampakan tubuhnya ke kasur miliknya, bibir mungil tak henti hentinya tersenyum bayangkan saja, seorang gadis bissa seperti diri nya bisa sedekat ini dengan Angkasa pramudya

fikirannya melayang mengingat saat cowok itu mengikat tali sepatunya disaat mereka ingin pulang

Airin merasa sangat bahagia, hadirnya seorang Angkasa pramudya di hidup nya benar benar membuat hari hari nya menjadi lebih indah ia merasa detak jantungnya benar benar tak karuan hanya karena melihat seorang Angkasa

"Ai" Suara papa Airin membuat Airin berdecak sebal

"Iyaa" sahutnya sembari turun dari ranjang ia membuka pintu kamarnya dan benar saja, sang papa sudah berdiri di hadapannya

"ke Alfa sana" Suruh Papa Airin

Airin menghembuskan nafasnya pelan lalu mengangkat tangannya meminta uang

"Di catet dulu" Ucap papanya

"papa catet deh sendiri terus nanti wa Ai aja ya" ujar gadis itu seraya mengambil kunci motornya

Gadis berkaos kuning itu tengah memilih bahan bahan makanan yang ia perlukan

"Telur udah,Daging udah" Ujar gadis itu membaca dan mengecek semua bahan yang tertulis dan sudah ia ambil

hingga tak sengaja Airin menubruk tubuh seseorang di depannya "Aws" Ringisnya seraya mengelus kepalanya sendiri

ia menatap pria yang ia tabrak dan ternyata cowok itu juga tengah menatapnya "Lihat lihat dong!" kesalnya pada cowok itu

terlihat kerutan di dahi cowok itu "Bukannya lo yang nabrak gue?" Ucapnya tak terima

Airin mengembungkan pipinya kesal dan memilih berlalu meninggalkan cowok itu

Cowok itu memandang Airin yang berjalan menjauh saat ia melangkah seperti ada yang menganjal

"Uang?" cowok itu mengambilnya dan langsung mencari Airin, ia yakin pasti uang Airin terjatuh

"totalnya 260 ribu kak"Airin merogoh kantong celananya namun sialnya ia tak menemukan apa apa

"Eum, benta ya kak"Ucapnya terus merogoh setiap saku yang ada di baju maupun celananya

"mampus gue!" lirihnya dalam hati

"Mba ini uang mba itu"Suara itu membuat Airin mendongak ternyata cowo yang ia tabrak tadi

Cowo itu sepertinya mengerti tatapan bingung Airin "Uang lo tadi jatoh" jelasnya membuat Airin mengangguk malu

"makasih" ucapnya lalu beranjak

Airin berdiri saja di parkiran menunggu cowok yang membantunya tadi dan tak lama cowo itu keluar langsung saja Airin menahannya

"Eh bang, mas, eh" Panggilnya, cowok itu menoleh

Airin berjalan menghampiri cowok itu seraya tersenyum kikuk "eum, makasih lo udah nemuin uang gue tadi" ucap Airin setulus mungkin

Cowok itu melihat Airin dengan tatapan tak minat "Iya" jawabnya lalu membuang pandangannya ke sembarang arah

Airin mengerutkan dahinya heran "songgong amat!"fikir gadis itu

"Yaudah gue diluan ya" ujar Airin membalikan tubuhnya

"hei" panggil cowok itu membuat Airin menoleh sebentar

"nama lo" ujar Cowo itu

"Airin" jawabnya lalu menyalakan motornya

Cowok itu mengangguk paham ia menatap kepergian Airin hingga punggung gadis itu tak terlihat lagi

"Matanya indah" guman pria itu pelan hingga ia tak sadar lengkungan itu sudah tercetak dibibirnya

"Papa!" panggil seorang anak perempuan dari dalam mobil itu membuat pria itu langsung masuk ke dalam mobilnya

***************

Angkasa mencampakan tubuhnya di kasur miliknya entah mengapa beberapa hari ini ia merasa jantungnya kerap kali berdetak tak beraturan bukan, bukan karena Airin tapi memang rasanya detak jantungnya kerap kali berdetak lebih kencang

"UHUKK"Batuknya, akhir akhir ini Angkasa merasa kerongkongannya sangat kering

Angkasa bangkit dan meminum air putih lalu ia letakan gelas itu di atas nakas

"Huh" Angkasa menghela nafasnya pelan tiba tiba saja fikirannya melayang dan tertuju pada seorang wanita yang paling dan bahkan sangat ia cintai, Gea gelisya.

Angkasa mengambil sebuah bingkai foto dimana ia dan gadis itu tengah tersenyum, ah rindu sekali rasanya.

"Kangen ge" lirihnya memeluk foto ia dan gadis itu

Drtttttt

benda pipih itu berdering tertera jelas disana PAPA menelfonnya

"Hallo pa"

"Kamu bisa tolong tengokin gea? tadi orang rumah sakit telfon papa katanya Gea ga mau makan"

Angkasa langsung duduk dan mengangguk "Asa langsung kesana ya pa" Papanya mematikan telfonnya sepihak

Angkasa bangkit lalu langsung bergegas ia mengambil jaket DTD dan kunci motornya lalu ia buru buru menuruni anak tangga

Deo menyengol bahu Aksara saat melihat Angkasa tengah terlihat buru buru

"Kemana bos?"tanya Aksara memberanikan diri

Angkasa mendongak lalu kembali memakai sepatunya "Gea" hanya dengan mengucapkan nama gadis itu membuat Aksara dan Deo mengangguk paham

"ikut dong" ucap Deo membuat Aksara menyikut lengannya

Angkasa berdiri setelah memakai sepatunya "Mau ikut?" Deo mengerjapkan matanya tak menyangka

Deo dan Aksara tak perna melihat Gea mereka hanya mendengar dari cerita Elang dan Angkasa saja, hanya Elang yang sudah mengenal gadis itu

"mauu!"ujar Deo semangat

Angkasa berdehem singkat "ada satu syarat" Deo dan Aksara sontak saling melirik satu sama lain

"apa?"Tanya mereka bersamaan

"Jangan suka Gea, Gea cuma punya gue" Jelasnya dan langsung di angguki kedua temannya itu

"Yaudah temenin gue beli sate madura dulu, Gea paling suka itu" tutur Angkasa sembari merunduk sedih sekali rasanya jika mengingat tentang gadis malang itu

Aksara yang sadar akan situasi yang berubah menjadi melow langsung mengajak Angkasa pergi dengan segera

Disini di ruangan bercat putih terbaring seorang gadis cantik, wajahnya pucat bibirnya pun pucat, lingkaran hitam di matanya pun kian terlihat jelas pandangannya hanya lurus ke atas saja

Angkasa membuka pintu bercat putih itu namun gadis itu tak merasa terusik sedikitpun seulas senyuman tipis itu tercetak di bibir Angkasa

"Ge" Angkasa berjalan mendekat di ikuti Deo dan Aksara

gadis bernama Gea gelisya pramudya itu melirik kepada ketiga pria yang datang di hadapannya, Gea membulatkan matanya sempurna gadis itu dengan spontan langsung terduduk dan memeluk leher Angkasa kuat

"Rindu" Lirih gadis itu pelan

Angkasa memejamkan matanya kuat rasanya benar benar lega, bertemu dengan satu satunya gadis yang sangat ia cintai ini benar benar membuatnya bahagia

"Gea rindu" Lirih gadis itu pelan

"Asa juga" Ucap Angkasa lalu mengecupi puncak kepala gadis itu

"Gea mau pulang, Gea ga sakit" Ujar gadis itu ya, perkembangan mental gadis ini memang semakin membaik tapi untuk pulang dokter belum memperbolehkan

"Mau makan?" Ujar Angkasa mengalihkan pembicaraan

Gea melirik ke arah Deo dan Aksara secara bergantian "Deo" Ucap Deo mengulurkan tangannya bukannya menerima uluran tangan itu Gea malah memeluk lengan Angkasa kuat

"Jangan sentuh" lirihnya gemetar

"Bima pergi! Gea benci Bima! pergi!" teriak Gea, gadis itu gemetar hebat Angkasa mengisyaratkan Deo dan Aksara untuk pergi

"Ga ada Bima Ge" tutur Angkasa mengangkat dagu Gea lembut

Gea melirik ke seluruh penjuru "Dia pergi, Bima matikan?" Gea tertawa terus menerus ia mengulang pertanyaannya berkali kali

"Asa Bima matikan?"Angkasa meremas ujung Jaketnya kuat, sakit. itu yang ia rasakan ketika melihat Gea seperti ini

"Bima mati" jawab Angkasa membuat gadis itu bersorak dan bertepuk tangan bak anak kecil

"Gea harus makan, Asa bawain tau" Ajak angkasa berusaha tersenyum, ia terus berusaha agar tidak terlihat sedih

"Mauu!!" Sahut gadis itu bersemangat

"suapin Gea ya Asa" gadis itu tersenyum sembari memeluk lengan Angkasa manja