"Jadi sini jelaskan kepada Biung, perasaanmu sekarang ini seperti apa kepada Pandu, Ndhuk?"
Ningrum tampak menghela napas panjang, kemudian dia memandang ke arah biungnya dengan sangat serius.
"Setiap kali aku bertemu dengan Pandu, dadaku itu rasanya ndhak karu-karuan. Jantungku mendadak kembang-kempis, tubuhku panas dingin. Aku benar-benar ndhak paham dengan apa yang kurasakan, Biung. Masak iya toh aku ini jatuh hati? Kalau memang benar jatuh hati, bukankah dia akan bahagia kalau hendak bertemu dengan orang yang dicintainya? Tapi kalau aku malah takut, rasanya aku ingin lari saja sejauh-jauhnya. Tapi...," katanya terhenti, aku penasaran tapinya itu apa yang hendak ia katakan. "Tapi, kalau dia ndhak ada di depan mataku barang sejenak saja aku rindu."
Manis tersenyum, dan entah kenapa mendengar ucapan dari Ningrum juga membuatku tersenyum. Aku benar-benar ndhak tahu, kalau ada perasaan seperti itu.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com