webnovel

JANGAN PANGGIL AKU KUCING

Dimas tak pernah menyangka bahwa kehidupannya akan berubah, saat dirinya merantau ke Ibu kota demi mengadu nasib. Berawal sebagai seorang pelayanan restoran di Jakarta, bekerja berkat bantuan teman lamanya bernama Vano. Namun, beberapa bulan kemudian Dimas berhenti dan bekerja di salah satu tempat hiburan malam. Semula, semuanya berjalan normal hingga suatu ketika ia diperkenalkan dengan seorang wanita bernama Jen. Jen sendiri merupakan wanita bayaran. Jen menawarkan kepada Dimas untuk meninggalkan perkerjaannya dan menjadi cowo bayaran (Escort) agar hidupnya bisa berubah. Pada awalnya Dimas bimbang, namun akhirnya ia mencoba jalan barunya tersebut. Benar saja, setelah berubah haluan dan menjadi cowo bayaran, kehidupannya berubah drastis. Hingga pada suatu ketika, ada seorang pelanggan bernama  Hans yang ingin memakai jasanya. Mulanya Dimas pun menolak, karena ia sama sekali tidak tertarik dengan pria apalagi sampai harus melayaninya. Namun, uang seakan menjadi senjata yang meleburkan harga diri. Hubungan Dimas dan Hans pada awalnya hanya sebatas pelanggan dan pemberi jasa. Namun, waktu seakan mengubah semuanya. Cinta yang tumbuh diantara keduanya seakan menjadi abstrak hingga terjalin sebuah hubungan terlarang. Hingga pada suatu ketika hubungan mereka diketahui oleh istri Hans yaitu Vera dan anak sulungnya bernama Chris. Vera bersama anak sulungnya melabrak Dimas dikediamanya. Karena kejadian itu hubungannya dengan Hans  menjadi renggang. Dimas pun seakan menghilang ditelan bumi. Setelah bertahun – tahun menghilang siapa sangka waktu mempertemukannya kembali, namun kali ini bukan dengan  Hans melainkan dengan Chris anak sulung dari Vera. Mereka yang awalnya bermusuhan karena kejadian dimasa lalu, justru menimbulkan benih – benih cinta diantara keduanya. Hingga konflik yang lebih tragis terjadi lagi dan membongkar siapa sebenarnya Dimas,  Hans, Vera dan Jen. .....

Ansyah_Ibrahim · LGBT+
Peringkat tidak cukup
27 Chs

PART 13 - MASA LALU

15 TAHUN YANG LALU….

Berbagai macam hidangan telah siap di meja makan. Mulai dari susu, roti, hingga buah. Menu ini selalu disiapkan oleh Vera sebagai tanda kasih cintanya kepada sang suami tercinta, yaitu Hans.

Kedua insan ini baru saja menikah beberapa tahun yang lalu. Berawal dari sebuah perkenalan yang tak disengaja, kedua seolah terhanyut dalam perahu asmara. Mereka melangsungkan sebuah pernikah mewah di sebuah hotel nan megah. Maklum saja, Hans adalah pengusaha yang sukses.

Setelah menikah dengan Hans, Vera semakin Bahagia. Rumah tangga mereka pun terbilang cukup harmonis. Tak ada keributan yang amat berarti. Sampai suatu Ketika Tuhan mengkaruniai seorang anak laki – laki. Hal yang tentu sangat dinanti oleh pasangan suami – istri.

Kehadiran buah hati seolah melengkapi kebahagiaan rumah tangga mereka. Tawa dan canda selalui menghiasi hari – hari mereka. Tapi, badai seakan datang. Badai yang tak pernah diharapakan menghantam rumah tangga mereka.

….

Setelah kelahiran anak pertamanya, bisnis Hans mengalami surut. Perusahaan yang ia bangun selama berpuluh – puluh tahun terancam bangkrut. Vera yang mendengar kabar itu mencoba menenangkan sang suami yang sedang dirundung kebingungan.

"Sabar mas, pasti ada jalan keluar atas semuanya". Ujarnya.

Vera ingin menguatkan sang suaminya, meski di dalam hatinya ia pun takut. Takut jika akan kehilangan apa yang ia dapatkan hari ini. Kemewahan, kesenangan dan kebahagiaan.

Setelah berjuang cukup keras, Hans akhirnya menyerah. Perusahaannya pun dinyatakan bangkrut dan ia harus segera melunasi hutang – hutangnya. Rumah mewah yang ditempati oleh mereka berdua pun terpaksa dijual demi membayar hutang – hutang Hans.

Mereka lalu memutuskan menyewa sebuah rumah petak di pinggiran Jakarta. Tak ada AC, tak ada pembantu. Hanya ada satu ruangan berukuran 4X6. Kamar mandinya pun diluar. Hidup yang dulu penuh dengan kemewahan, kini seolah berbalik arah.

….

Melihat kenyataan yang tidak semanis dulu, Vera mulai tak tahan. Ia mulai menunjukan siapa jati dirinya sebenarnya. Bahkan kini ia mulai jarang pulang, bukan hanya berhari – hari, bahkan sampai berminggu – minggu. Hans pun harus merawat anak semata wayangnya sendirian. Ia bahkan tak segan membawa anaknya sembari berjualan gorengan.

Melihat kelakuan istrinya yang sudah diluar batas, Hans pun geram.

Di depan pintu ia menunggu kedatangan sang istri dengan penuh amarah. Dilihatnya, Vera yang keluar dari dalam taksi.

"Dari mana saja kau?"

Vera memalingkan wajahnya. Tangan kanannya lalu mengambil sebatang rokok dari dalam Tas.

"Apa ini maksudnya?" Bentak Hans. Ia membuang sebatang rokok yang dipegang oleh istirnya.

Vera menepuk pundak suaminya " Hans… Hans. Loh itu udah gak punya apa – apa, jadi gak perlu melarang apa yang gue mau".

Hans mencoba tabah. Ia mencoba ikhlas menghadapi perlakuan istrinya tersebut. Namun lama – kelamaan, kesabarannya pun tak lagi bisa dibendung. Ia naik pitam takala melihat sang istri yang diantar pulang oleh laki – laki, tepat dihadapannya.

"Siapa laki – laki itu Vera?"

"Pacar gue. Kenapa? Ada masalah?"

...

Setelah hari itu Vera tak lagi kembali. Ia memutuskan untuk pergi bersama pacar barunya yang lebih kaya raya. Walaupun pada kenyataannya rumah tangga mereka belum berakhir di meja hijau, namun harta menyilaukan mata Vera.

Menerima ujian hidup yang begitu berat, Hans hanya bisa tabah dan berusaha sembari membesarkan anak semata wayangnya. Ia terlihat sangat tegar dalam menghandapi semua kenyataan ini.

Namun dibalik kejadian itu semangat Hans untuk berjuang semakin kuat. Ia bukan hanya ayah, tapi juga ibu bagi Chris. Ia berusaha sekuat tenaga membesarkan anak semata wayangnya dan kembali merintis usahanya. Berdoa dan berusaha, hanya itu yang kini bisa dilakukan oleh dirinya.

Doa yang ia panjatkan setiap malam kepada Sang Maha Pencipta mulai terkabul. Ia mulai meraih apa yang dulu telah lenyap dari hidupnya. Bersama anak laki – lakinya, kini ia hidup sebuah rumah mewah yang di kawasan Jakarta Selatan. Chris diberikan pendidikan yang layak.

Kehidupanya yang dulu penuh dengan derita mulai berbalik arah. Senyum terlihat diwajahnya. Sampai pada akhirnya wanita dari masa lalu tersebut kembali ke kehidupannya.

Setelah bertahun – tahun pergi dari kehidupannya, sang waktu mempertemukan mereka kembali dengan tidak sengaja. Pada saat itu Vera tertegun melihat suaminya yang telah berubah. Berubah menjadi sosok yang ia dulu kenal. Hans yang dulu telah kembali. Memiliki rumah mewah dan harta berlimpah.

Vera berlutut dihadapan Hans. Ia memohon kepada Hans untuk bisa merajut rumah tangga dengannya kembali. Vera pun memohon kepada Hans untuk memaafkannya dan memulai kembali kehidupan rumah tangganya. Meski tersimpan keraguan, Hans pun mengiyakan permohonanan Vera. Hal itu semata – mata ia lakukan karena anak semata wayangnya yang masih membutuhkan cinta dan kasih ibunya.

Kini, mereka kembali menjadi sebuah keluarga yang utuh dalam sebuah kiasan. Meski di bibir Hans sudah memaafkan Vera, namun di dalam hatinya ia seolah tidak bisa melupakan begitu saja. Kebencian, dendam dan cinta seolah bertempur menjadi satu. Keluarga itu memang tampak harmonis, namun bukan dalam arti yang sebenarnya. Meski mereka bisa tersenyum bahagia bersama, namun sesungguhnya Hans tidak benar – benar memaafkan Vera.

Apa yang ia lakukan semata – mata hanya untuk kebahagiaan anak semata wayangnya. Biarlah…biarlah sakit hati ini ia pendam sendiri. Sampai pada akhirnya Hans tak lagi menemukan cintanya pada Vera.

Ia lalu memulai dengan diri yang baru. Memulai hidup tanpa cinta dan menjadi pemburu nafsu belaka. Dibelakang Vera, ia melakukan hal yang sama seperti apa yang pernah dilakukan oleh sang istrinya dulu. Hans berselingkuh dengan seorang wanita, bahkan tak jarang ia memesan jasa pekerja seks komersial untuk memuaskan nafsunya.

Tak ada lagi cinta, semua hanya sebatas nafsu belaka. Itulah kehidupan barunya. Kehidupan dengan para wanita – wanita malam. Hampir setiap malam ia habiskan waktunya untuk bercinta dengan para wanita cantik. Ia hamburkan uang guna memuaskan nafsunya.

Bagi Hans, cinta adalah ilusi. Ia tidak benar – benar nyata. Semua hanya berorientasi pada materi. Memang, hidup tidak bisa dipisahkan dari uang. Segala aspek kehidupan ini seolah terjerat oleh benda bernama uang. Semua bisa dibutakan olehnya. Bahkan tak jarang harga diri terkadang juga digadaikan.

Untuk apa memiliki cinta jika pada akhirnya kau akan terluka. Untuk apa memiliki cinta jika pada akhirya kau hanya menjadi korban dari permainan orang lain. Lebih baik menjadi pemburu nafsu daripada menjadi korban atas kejahatan cinta seseorang.

Harta,Tahta & Wanita, itulah yang kini ada dipikiran Hans. Ia tak lagi memikiran cinta. Namun meski begitu, ia tetap menjadi ayah yang bertanggung jawab. Ia tetap memberi nafkah pada sang istri, dan memberikan pendidikan yang terbaik bagi sang buah hatinya.

....

Bersambung...