webnovel

Jadi Pahlawan Lagi?

Entah karena kesialan atau keberuntungan, Sakaki Hiyama baru saja dikirim ke sebuah dunia lain setelah mati gara-gara tertabrak truk dan tercebur masuk ke dalam sungai dalam keadaan mabuk. Di luar dugaan dia ternyata dikirim ke sebuah dunia lain yang dulu pernah diselamatkannya pada saat dia masih berumur 16 tahun, Eos. Dimulailah kehidupan Sakaki yang damai di dunia lain. Setidaknya aku, Sakaki, yang menarasikan semua ini berharap hal tersebut akan terjadi kepadaku tapi ternyata malah sebuah kehidupan yang penuh akan petualangan berbahaya dan juga pertarungan menantiku. Kenapa aku kembali jadi [Pahlawan] sih?!

MikaMika · Fantasi
Peringkat tidak cukup
26 Chs

Chapter 3

Kereta yang kami naiki bergoyang seiring dengan gerakan dari kaki kuda yang menariknya.

Aku hanya bisa terdiam sambil menutupi wajahku menggunakan telapak tanganku dan berada di dalam keadaan kepayahan.

"Ah, sesaat kukira aku melihat cahaya putih."

"Sakaki-san, lebih baik kau jangan minum-minum terlalu banyak atau kejadian tadi akan terulang lagi."

"Iya iya iya, kau ada benarnya juga,"

Kutolehkan kepalaku ke arah lain sambil menghela nafas.

"Lebih baik aku menuruti perkataanmu."

Kejadian tadi yang dimaksud di sini adalah diriku yang tadi muntah di luar dengan mengeluarkan kepalaku ke jendela kereta.

Sekarang aku sedang terbaring lemas dan kembali bergumul dengan perasaan mual sementara keempat orang yang menjadi penumpang lainnya yaitu dimulai dari Kaito, Shizuka, Kaori, dan Shigure hanya bisa meneteskan sedikit keringat dingin melihat tingkahku.

Sekitar satu jam telah berlalu semenjak kejadian itu tapi aku masih saja merasa seperti ini.

Hoo, bukan itu berarti aku ini lemah terhadap kendaraan atau minuman beralkohol hanya saja karena aku terlalu banyak meminumnya saja.

Setiap orang juga memiliki batasnya dalam hal semacam ini.

Angin yang terasa hangat masuk melalui celah kecil jendela dan aku bisa merasakannya.

Ini mungkin tanda kalau kami akhirnya berhasil meninggalkan Kuil Jarnus yang berada di puncak sebuah gunung sehingga sudah jelas kalau tempat itu memiliki udara yang dingin.

Kami semua sepanjang perjalanan melakukan percakapan kecil-kecilan, kebanyakan mengenai dunia tempat kami berasal sebelumnya, Bumi dan terkadang beberapa hal mengenai Eos, tidak ada yang menyinggung soal masa laluku sebagai mantan seorang [Pahlawan] sama sekali.

Mereka mungkin sedang berada di dalam kondisi tidak bisa mempercayai kenyataan atau berusaha untuk memalingkan diri dari kebenaran itu sendiri.

Yah aku paham perasaan mereka.

Mungkin susah bagi mereka untuk mempercayai jika [Pahlawan] pendahulu mereka adalah paman-paman dengan penampilan juga kelakuan yang aneh bahkan bisa menciptakan kebingungan.

Ngomong-ngomong ini hanya aku atau semakin lama semakin sedikit getaran yang kami rasakan.

Aku ingat betul kalau perjalanan menuju Ibukota bukanlah suatu perjalanan yang bisa dengan mudah dilupakan.

Dengan getaran, orang muntah, dan kepala yang berkali-kali menabrak langit-langit kereta.

Aku memutuskan untuk melihat melalui luar jendela.

Hee~ ternyata jalanan menuju Ibukota sudah di-paving.

Hoo, ini sebuah kemajuan yang tidak kusangka walau aku menyadari kalau dunia ini sudah kutinggalkan sekitar 8 tahun lalu.

Aku jadi ingin tahu apakah Ibukota juga akan mengalami perubahan juga?

Aku jadi semakin tidak sabar untuk sampai ke sana,.

Dengan lancarnya perjalanan kami ini kuperkirakan tidak diperlukan waktu 4 jam untuk mencapai Ibukota melainkan cukup dalam waktu 2 jam saja sudah cukup!

"Sakaki-san… suka sekali menggenggamkan tangannya sambil mengangkatnya ke atas ya."

Kaito berkomentar sambil melihat tingkahku.

"Oh, ini hanyalah salah satu dari beberapa kebiasaanku yang menunjukan kalau mood-ku sudah menjadi lebih baik."

Aku tertawa kecil sambil memejamkan sebentar lalu memandang ke arah Kaito dan kawan-kawan dengan tatapan seorang paman baik hati.

Mereka sepertinya juga menjadi lebih santai dari sebelumnya.

"Jadi Kaito, apakah kedua gadis yang sedang berebut posisi untuk tidur di pahamu itu pacarmu?"

"Bukan!"

Dengan wajah memerah dia menjawab sementara aku kembali tertawa.

"Kalau begitu mereka memegang posisi apa bagimu?"

"Ah, mungkin teman?"

Begitu dia mengucapkan kalimat sakral dari tokoh utama yang tidak peka aku bisa merasakan aura tidak mengenakan berasal dari para gadis, ah ini mah situasi yang klise tapi membahayakan laki-laki yang menjadi pusatnya.

""Ka-i-tooo~""

Ah dari luar itu adalah sebuah panggilan yang penuh akan kemesraan namun sebagai seorang laki-laki yang memiliki banyak pengalaman aku jadinya sudah bisa langsung tahu kalau apa yang baru saja keluar dari mulut para gadis tersebut adalah ancaman terhadap si Kaito yang malang.

Tidak aneh melihat Shizuka melakukan hal semacam inin setelah memperhitungkan sifat miliknya sementara aku menemukan kalau hal semacam ini agak mengagetkan dari seorang Kaori yang terkesan pendiam ternyata bisa melakukan hal semacam ini.

Aku yang melihat hal ini hanya bisa terdiam sebentar sambil memandang ke arah Shigure sambil berbisik tanpa peduli apa yang sedang para gadis lakukan kepada Kaito-kun yang malang karena mengatakan hal yang salah di saat yang salah juga.

"Mereka selalu seperti ini kah?"

"Ahh! Iya, mereka selalu seperti itu!"

Anak ini, dia juga tipe pemalu kah?

Masa dia sebegitu terkejutnya pada saat mendengar aku berbisik kepadanya dan juga kenapa ia berwajah merah?

Dia bukannya tipe yang begitu kan…

Dengan cepataku menyingkirkan pemikiran semacam itu dari pikiranku.

Orientasi seksual orang lain bukanlah urusanku kecuali pada saat aku ikut terlibat di dalamnya.

Dan pada momen ini rasanya aku sedikit terlibat di dalamnya jadi yah… kurasa aku harus mengatakan sesuatu kepadanya untuk mendapatkan kepastian.

"Anu, Shigure kan?"

"Iya?"

"Ah, tidak usah berteriak, tenang saja."

"Baik!"

Sudah kubilang tidak usah berteriak, apakah dia sebegitu gugupnya?

"Maaf kalau pertanyaanku menyinggung tapi apakah kau tipe yang seperti itu?"

"Ma—maksud anda?"

"Anu, tipe yang suka orang dengan jenis kelamin sama?'

Eh, ada apa dengan reaksi diam yang dibuat oleh anak ini?

Aku tidak bisa melihat wajahnya karena tertutupi oleh bayangan rambutnya.

Begitu dia mengangkat kepalanya aku bisa melihat kalau matanya menjadi sedikit berkaca-kaca yang entah mengapa terlihat begitu imut namun juga membuatku begitu bersalah.

Eh? Eh? Ehhhhhhh?!

Apakah aku baru saja mengatakan hal yang seharusnya tidak kukatakan?

Pada saat aku menoleh ke arah Kaito dan harem-nya aku menemukan jika mereka sedang berusaha untuk menahan tawa milik mereka.

Aku menjadi kebingungan.

Mengapa reaksi mereka menjadi sepert itu pada saat melihat teman mereka berada di kondisi seperti ini?

"Ah, anu Shigure! Lupakan perkataanku itu tadi…"

Sambil mengucapkan hal itu aku menggaruk-garuk pipiku dan mengalihkan pandanganku.

"Itu, anu… Sakaki-san…"

"Ya?"

Aku sebenarnya ingin mengalihkan pandangan tapi suara imut yang gemetaran tersebut terlalu sayang untuk dilewatkan.

Ah, apakah ini juga berarti aku akan menjadi orang tipe itu?

"Aku sebenarnya, anu, adalah perempuan…"

Suara dari jam yang yang terlewat selama satu detik terdengar begitu keras di telingaku seolah menandakan kesadaranku akan suatu hal walau sama sekali tidak ada jam di sana.

"Heh?"

Kepalaku segera kutelengkan.

Aku masih belum bisa mempercayai apa yang baru saja kudengar.

Maksudku, dia manis dan memiliki suara yang imut tapi dia mengenakan seragam laki-laki lho…

Bukankah pada saat seperti ini biasanya skenario dimana Shigure adalah seorang trap seharusnya bekerja, tapi mengapa dia malah ternyata seorang perempuan?

Kalau begini sih itu tandanya aku orang yang baru saja kena jebakan itu sendiri, seperti namanya sendiri Trap itu adalah jebakan dan aku baru saja terjebak!

Terjebak dalam sesuatu yang disebut pemikiran stereotipikal yang paling kubenci!

"Hah! Ah, maafkan aku, benar-benar maafkan aku!"

"Ah, Sakaki-san. Tidak usah sampai melakukan Dogeza di dalam kereta ini!" <Note: Dogeza itu bersujud ala orang Jepang untuk meminta pengampunan.>

Dengan cepat, Shigure berdiri lalu berusaha untuk mengangkat kepalaku dari atas permukaan lantai kayu kereta ini.

Ah, dia…

Dia benar-benar seorang malaikat karena mau berbaik hati mengangkat kepala milik seorang paman berambut ubanan ini.

Setelah dibujuk beberapa kali oleh Shigure akhirnya aku mengangkat kepalaku meskipun masih berada di dalam posisi Seiza. <Note: Seiza adalah cara duduk tradisional orang Jepang.>

Shigure…

Dia adalah seorang gadis yang manis…

Baik dari sifat maupun penampilan.

Dia memiliki rambut pendek dengan warna yang menyerupai warna rambutku tapi aku bisa tahu dengan sangat jelas jika rambut tersebut memiliki warna perak.

Matanya yang lebar juga berwarna biru.

Wajahnya terlihat bulat dan kecil, menambah level keimutannya…

Hee~ mungkinkah dia ini memiliki darah seorang Rusia?

Kalau benar demikian maka great!

Selain itu dia juga mungil…

Itu berarti… ah!

Rasanya listrik mengaliri otakku melalui sistem synpase dan menyebarkan pemikiran tersebut ke seluruh penjuru bagian otak tersebut yang berubah menjadi sebuah kesadaran akan suatu hal yang hebat.

"LOLI!"

"Heeee?!"

Aku menggenggam tangan milik Shigure dan mendekatkan wajahku.

"Sebuah keberadaan yang harus dilindungi dan tidak boleh dinodai kecuali kalau kau sudah memenuhi kriteria tertentu, keberadaan yang suci meskipun flat tapi setara dengan plot! Itulah dirimu, Shigure-chan!"

"Sa—Sakaki-san, tolong tenang!"

*Bugh*

*Duak*

Sebuah rasa sakit bisa kurasakan baik di punggung dan kepala bagian belakangku secara bersamaan.

"Ohok!"

"Paman, aku tahu kalau kau ini adalah seorang perjaka yang tidak memiliki pengalaman nyata dengan gadis, tapi tingkahmu sudah kelewatan."

"Sakaki-san… janganlah berlebihan atau kami harus menahan dirimu."

"Ke—kenapa aku mendapatkan perlakuan seperti ini?"

Kedua gadis yang baru saja menghajarku, Shizuka dan Kaori kemudian berjalan maju untuk menjauhkan Shigure dari tempat duduk kami yang saling berhadapan.

Sekarang ada empat orang duduk di bangku seberang sementara diriku segera bangun lalu duduk kembali ke tempat dudukku sambil terbatuk-batuk.

Jadi Party [Pahlawan] akan terdiri dari; seorang protagonis ikemen bebal, gadis loli pirang tsundere, seorang kuudere yang diam-diam menghanyutkan, Trap yang sebenarnya bukanlah Trap, dan seorang paman-paman yang sudah ubanan.

Mengapa hanya aku saja yang terkesan tidak cocok untuk berada di Party ini?

Keempat orang tersebut sudahlah termasuk dalam kriteria orang-orang yang cocok untuk menjadi para pemeran utama dalam cerita semacam ini.

Sementara aku sih… tolong siapapun beri aku pencerahan akan apa yang seharusnya kulakukan?

"Jangan khawatir, Shigure-chan, aku akan melindungimu dari paman beruban itu!"

"Aku juga akan melindungimu."

"Shizuka dan Kaori, apakah kalian tidak terlalu berlebihan? Sakaki-san terlihat terluka."

"Biarkan saja orang macam dia!"

Tatapan mata milik si loli pirang tsundere terkesan begitu menusuk diriku.

Aku terluka lho… baik secara fisik maupun mental dalam artian yang satu ini.

Akhirnya aku memutuskan untuk duduk dengan tenang sambil berpura-pura tidur.

Alasannya adalah karena aku merasa tidak nyaman dengan kewaspadaan mereka terhadap diriku.

Perjalanan terus berjalan dengan situasi semacam ini.

Setidaknya sampai sekitar 30 menit berlalu.

Secara mendadak kereta yang kami naikin berhenti dan membuat kami terlempar dari tempat duduk masing-masing tapi aku yang dari tadi hanya pura-pura tidur dengan cepat berdiri pada saat kereta kuda berhenti bergerak sehingga yang ada aku hanya kembali terjatuh ke tempat dudukku.

*Brak!*

Keempat orang yang berada di kursi sebrang terjatuh.

Begitu mereka bangun, mereka memegangi bagian tubuh mereka yang terasa kesakitan.

Dalam situasi seperti ini juga Kaito berada di dalam kondisi yang menguntungkan karena dia adalah orang yang pertama kali terjatuh sehingga para gadis yang jatuh menimpanya.

Bagi seseorang sepertiku hal ini adalah sesuatu yang patut mendapatkan perasaan iri dariku.

Tapi untuk saat ini mari kita tidak mempedulikan hal itu sebentar.

Aneh, tidak seharusnya kereta ini berhenti secara tiba-tiba selain karena pengendaranya seharusnya adalah orang yang sudah terlatih sehingga hal semacam ini seharusnya tidak terjadi juga akan ada fakta jika jalan kami sudahlah lumayan halus…

Baiklah, sekarang saatnya untuk memastikan semuanya dengan menggunakan mata kepalaku sendiri agar semuanya menjadi jelas.

Tidak mempedulikan Kaito yang berada di dalam posisi menyenangkan dan sedang berdebat dengan harem-nya (kecuali Shigure karena dia adalah milkku), aku berdiri sekali lagi dan berjalan ke arah pintu keluar dari kereta ini.

Mereka semua berhenti berdebat pada saat melihatku berjalan menuju arah pintu keluar.

"Sakaki-san, kau mau ke mana?"

Kaito bertanya sambil berusaha untuk keluar dari timbunan para gadis namun usahanya tak membuahkan apapun karena beratnya mereka menghalangi pergerakannya dan membuatnya menjadi terbatas.

Tidak banyak pilihan yang dimilikinya.

"Pergi ke luar untuk memastikan situasi. Ada sesuatu yang aneh."

"Bukankah menurut informasi dari sang Raja nanti juga akan ada prajurit yang datang ke tempat kita berada begitu ada masalah, jadi bukannya lebih baik jika kita menunggu prajurit yang akan datang?"

"Hah, aku lupa kalau kalian masih awam ya…"

Aku menggaruk-garuk bagian belakang kepalaku sambil tertawa dengan pelan.

"?"

Dengan penuh akan perasaan kebingungan, Kaito dan kawan-kawan memandangku dengan penuh akan perasaan penasaran.

Aku bisa mendengarnya, suara langkah dari serbuan mereka.

Jumlahnya sekitar 10 sampai 15 orang…

Panca indra milikku sudah terlatih sehingga aku tidak mungkin salah.

Ahahaha, begitu rupanya.

"Kukuku…"

"Sakaki-san. Menurutku sekarang bukanlah saat yang tepat untuk menaikan kedua tanganmu…"

"Tidak, tidak, kau salah paham. Aku hanya menjadi sedikit senang karena sudah ada event yang terasa begitu Fantasi menyambutku pada saat aku kembali ke dunia ini."

Mereka menjadi semakin kebingungan namun perasaan khawatir juga menyerang mereka begitu mereka sadar kalau sedari tadi masih belum ada prajurit yang memberikan informasi akan apa yang sedang terjadi.

Sebagai gantinya mereka sepertinya dapat mendengar langkah kaki dari orang-orang yang terasa semakin mendekat.

"Langkah kaki sebanyak ini? Apakah mereka suara langkah dari para prajurit?"

"Tepat tapi kurang tepat juga."

"Hei, jangan berbelit paman ubanan, cepat beritahu kami apa yang sedang terjadi."

Di saat yang bersamaan dengan diriku yang mau membuka mulut, pintu kereta terbuka dengan kasar lalu munculah seorang pria berada di dalam balutan baju kulit hitam berusaha untuk menarik diriku yang perlu dicatat merupakan orang yang paling dekat dengan pintu keluar.

"Kita sedang dikepung."

Dengan mudah seolah semuanya bukan urusanku, aku memberikan jawaban yang diinginkan oleh si loli pirang tsundere.

Wajah mereka langsung berubah kaget pada saat melihat kalau aku ditarik keluar.

Mereka pasti membayangkan hal yang sama akan terjadi kepada diri mereka.

Ahh~

Aku mengenal siapa penyerang kita ini.

"Dasar, kalian semua tidak pernah berubah ya."

Setelah ditarik ke luar dalam keadaan terkunci aku kemudian menatap ke arah kumpulan orang berpakaian kulit hitam tersebut.

"Orang-orang dari kerajaan Mestala selalu menggunakan cara licik untuk mendapatkan apa yang diinginkan oleh mereka."

Satu-satunya reaksi yang kudapat dari mereka hanyalah suara nafas dalam mereka.

Aku pun menyeringai kecil sambil memandang mereka semua sekali lagi.

"Jadi apa yang kalian inginkan, uang dari Ougon kah?"

"Kurasa kau sendiri sudah tahu alasannya, Sakaki Hiyama…"

"Hahaha~ ternyata tebakanku memang tepat ya, kalian pasti ingin merebut kami dari kerajaan Astal fit."

"Ini semua harus dilakukan agar kerajaan kami tidak sampai dilanda oleh kehancuran yang akan datang dibawa oleh [Sang Demon King]."

"Haaah… aku memang belum diberitahu ancaman macam apa sih yang sedang menyerang dunia ini tapi aku pasti akan mengetahuinya dengan cara yang mengejutkan. Sama itu, ya itu, kenapa kalian tidak bekerja sama dengan Astalfit dan masuk ke [Persekutuan] saja kalau kalian tidak ingin negara kalian hancur?"

"Kami… memiliki jalan hidup kami dan kami tidak akan membiarkan [Persekutuan] mengekang kami."

"Seperti biasa, orang-orang Mestala memang keras kepala."

Aku menghela nafas sambil menundukan kepalaku.

Ketika aku melirik ke belakang aku bisa melihat jika Kaito dan haremnya juga Shigure ditarik keluar namun semuanya mendapatkan perlakuan yang berbeda denganku.

Mulut dan mata mereka, kecuali Kaito, dibekap dan tangan mereka semua dikunci oleh genggaman tangan para prajurit Mestala.

Melihat hal semacam itu terjadi tepat di depan mataku membuatku merasa sedikit miris.

Orang-orang ini bahkan tidak main-main dengan anak kecil.

"Humphf!"

Bisa kulihat kalau Shizuka berusaha untuk melawan namun sebuah pukulan di tengkuk lehernya sudah membuatnya kehilangan kesadaran.

Sisanya hanya diam saja, mereka berada di dalam kondisi antara ketakutan dan juga kebingungan yang menjadi satu dan semuanya bercampur menjadi satu.

Kegelisahan.

Itulah apa yang mereka semua rasakan.

"Ikutlah dengan tenang maka tidak ada yang akan terluka."

"Uhh, kurasa kau harus menarik kata-kata itu atau nanti akan ada sebuah [Magic Circle] akan meledak di bawah kakimu. Akan ada yang terluka di sini soalnya."

"Kegilaan macam apa yang berusaha untuk kau utarakan kepada ka—*BOOM!*"

"Apa?!"

Semua prajurit Mestala langsung terkejut begitu melihat orang yang sepertinya adalah pemimpin mereka dan yang sedang berbicara kepada diriku tersebut langsung terpelanting ke atas dengan sebuah ledakan mengikutinya.

"Hwaaaaaa!"

Prajurit yang terpelanting itu berteriak dengan suara yang memekikan telinga karena terdengar seperti teriakan seorang gadis.

Memanfaatkan kesempatan ini aku dengan segera mempertemukan sikutku dengan perut milik prajurit yang berada di belakangku.

"Doh!"

Teriaknya begitu menerima sikutku dan dia melemaskan genggamannya sebentar, aku langsung memanfaatkan momen tersebut lalu segera melepaskan tanganku dari genggamannya dengan cara memutarnya yang dilanjutkan dengan menariknya keluar.

Kemudian aku segera mengambil jarak dengan melompat ke belakang, lebih tepatnya ke arah tempat dimana Kaito dan kawan-kawannya berada sekarang.

Para prajurit menahan mereka langsung bergerak ke arahku tapi aku hanya bisa tersenyum saja melihat kelakuan mereka, sepertinya mereka meremehkanku dan menganggap gelar [Sang Pahlawan Legendaris] bukanlah apapun.

Tanpa mengatakan apapun bahkan melakukan apapun secara spesifik para prajurit tersebut menghentikan upaya mereka untuk mendekat ke arahku.

Mereka semua dengan segera bergulung-gulung di atas tanah yang di-paving.

Alasannya adalah karena baju kulit yang mereka kenakan sedang terbakar.

Aku yang melihat hal tersebut hanya bisa kembali menyeringai sambil tertawa kecil.

"Hahaha! Kalian terlalu meremehkanku!"

Aku sebenarnya berpikir betapa bodohnya mereka, kenapa mereka tidak melepaskan pakaian mereka saja daripada berguling-guling di atas tanah seperti itu?

Ahh, kebodohan mereka bukanlah urusanku selama aku bisa mencapai tujuanku.

Aku langsung berjalan ke arah samping Kaito.

Dia tampaknya masih terkejut.

"Oi, oi, Kaito-kun… kau baik-baik saja?"

"Ah, Sakaki-san, aku baik-baik saja tapi… apa yang baru saja kau lakukan?"

"Oh itu? Hanyalah sedikit [Sihir]."

"[Sihir]?!"

Dia semakin terkejut sepertinya.

"Oh kalian mungkin tidak tahu juga ya karena tidak paham trope dasar sebuah cerita Fantasi-Isekai, tapi biasanya akan ada sesuatu yang dinamakan [Sihir] dan rasanya aku sudah tidak perlu menjelaskan sihir lebih jauh lagi, kau pasti tahu dasarnya kan."

"Uhm, i—iya."

"Hahaha, tidak usah khawatir, aku akan mengurusi ini semua dengan lancar tapi untuk saat ini tolong sekarang urus Shizuka, Kaori, dan Shigure. Terutama Shizuka, bawa dia masuk ke dalam kereta kuda lagi."

"Ah baik!"

"Baiklah…"

Aku kemudian menoleh ke arah para prajurit yang sepertinya akan menjadi lawanku.

"Kuh… dia… ini siapa?"

"Apakah kau tidak mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Leader? Dia adalah Sakaki Hiyama…"

"[Sang Pahlawan Legendaris] sedang berada di dalam pandangan kita."

Aku melangkah ke depan sambil tetap tersenyum.

"Majulah kalian semua… julukan [Lord Wizard] bukanlah pajangan belaka!"

Baiklah, mari kita mulai semuanya.

Event Fantasi pertamaku baru saja dimulai.

Ah, tapi kenapa lawanku memasang wajah horor ya?