webnovel

#11 Sekelas Denganmu

"Waaah kenyang banget deh...Makanan di kantin enak banget"

"Pasti pelajaran musik ngantuk nih"

Aku tidak peduli seberapa banyak teman-temanku mengeluh tentang hari ini. Aku tetap akan diam menjadi laki-laki yang berkarisma. Aku melihat arloji yang berada di tanganku sudah menunjukkan pukul 13.00. Kata Appa Ara hari ini masuk kelas musik. Tapi kelas musik mana ya?

***

"Annyeonghaseyo seonsaengnim, Saya sudah siap belajar di kelas musik"

"Oke mari silahkan ikut saya"

Setelah pukul 13.00 Ara menghadap ke kantor guru menemui guru extra musik. Namun Ara merasa kurang jika teman-teman gengnya tidak ikut dengannya. Ara memberanikan niatnya meminta izin ke guru extra musik agar bisa memasukkan Ibram dan Edo ke kelas extra musik.

"Sebentar seonsaengnim, Apakah saya bisa bersama teman-teman saya? Hanya 2 orang saja Saem?"

"Mohon maaf Ara, Kesepakatan ini sudah disetujui oleh direktur utama dan memakai surat keterangan izin"

Ara sedikit kecewa namun akhirnya dia menuruti semua perintah guru barunya.

"Mari ikut saya"

"Ne..."

Ara mengikuti guru musik untuk berjalan menuju kelas extra musik dan melewati beberapa kelas. Sampailah di kelas 3-1. Guru mulai memasuki kelas. Ara masih berdiri di pintu masuk kelas 3-1. Ara tidak tahu lagi harus bagaimana tentang nasibnya saat ini. masuk dikelas senior seperti masuk dalam kandang serigala.

"Perhatiaaan....Semuanya...duduk!!! Ada siswa baru dikelas kalian. Kalian harus membantunya beradaptasi disini karena dia adalah Dongsaeng kalian"

"Masuuukkk...."

Ara melangkahkan kaki dengan ragu-ragu untuk masuk ke dalam kelas musik. Dia melihat seniornya dengan perasaan takut. Namun apa yang terjadi seniornya malah bersorak-sorak dan bernyanyi dengan semangat. Bahkan Ara juga ikut bersorak tanda dia sangat bahagia.

Ara melihat satu sosok pria tampan yang duduknya berada di ujung kelas. Mata Ara terbelalak ketika Ara ingat jika pria itu yang dia cari selama ini di sungai Han. Pria itu tak lain adalah Haru. Teman masa kecilnya sejak berada di bangku SD namun Ara sedikit melupakannya.

Begitu juga dengan Haru yang tadinya rilexs menelungkupkan badannya di meja tiba-tiba teman-temannya ribut karena ada murid baru. Ketika Haru mengetahui jika murid baru itu adalah Ara badannya serasa panas dingin ternyata Appa memilih kelas Haru untuk Ara. Haru terlihat cool ketika matanya bertemu dengan mata Ara yang bulat dan bening.

***

Aku melihat Jiwon menoleh kearahku dan kearah Ara dengan senyuman puas. Aku harus bagaimana sekarang, Aku setiap hari akan berhadapan dengan gadis yang aku tinggalkan dengan keadanku yang seperti ini. Bagaimana jika dia mengenalku dan bertanya padaku kenapa aku tidak memberi kabar padanya bertahun-tahun? Aku tidak berharap banyak tentang hubungan kami. Mungkin saja dia juga lupa denganku.

"Ara-ya...Silahkan duduk di bangku kosong yang berada ditengah sana"

"Ne"

Suaranya benar-benar imut dan lembut. Aku melihatnya berjalan sambil melihatku. Aku tidak akan melihatnya secara langsung untuk sekarang.

'Maafkan aku Ra. Mungkin kamu melihatku sombong, namun semua itu kulakukan agar kamu tidak terlalu terluka jika mengetahui amnesiaku. Semoga saja kamu tidak menemukan diriku yang sebenarnya'

Aku melihat teman-temanku yang cowok kenapa matanya tidak bisa lepas dari Ara, terutama Jiwon. Jika aku berani melakukan aku akan memukul semua kepala teman-temanku. Ara harus kujaga dari dekat maupun jauh agar tidak diganggu orang-orang yang ingin menjatuhkannya. Apalagi Ara gadis cantik dan cerdas pasti banyak yang akan mengejarnya dengan apapun itu usahanya.

Aku masih penasaran apakah benar dia Ara gadis kecil yang bersamaku di foto? Jika iya dia benar-benar tumbuh sangat baik sekarang. Tanpa sadar bibirku tersenyum padanya. Enggak, enggak. Aku tidak boleh jatuh cinta padanya terlebih dulu sebelum aku bisa menyembuhkan amnesiaku.

"Saya harap kalian bisa membantu Ara seperti membantu teman kalian. Jangan bedakan teman dan dongsaeng. Paham...?"

"Ne"

Kenapa dengan mulut dan mataku? aku melihat Ara sedangkan mulutku menjawab guru.

***

Ketika Jam sekolah sudah usai Bora dan Yujin mendekati Ara untuk mengajak Ara berteman di kelasnya.

"Nggak nyangka ya Ra kita bisa sekelas extra musik?"

Ara hanya tersenyum mendengar Bora semangat mendekati Ara.

"Aku sering mendengar tentang kamu dari anak-anak, untunglah kamu bisa pindah kelas dari kelas pak Halim. Memang pak Halim suka gitu sama murid yang tidak disukainya"

"Gomawo Unnie...!!! Kukira kalian bakal seperti yang lain yang tidak suka denganku kembali ke sekolah"

"Aniyo Ara-ya...!! Kita mau kok berteman dengan kamu. Buat apa kita ngrendahin kamu jelas-jelas kamu punya bakat yang lebih dari kita"

"Gomawo Unnie"

" annyeong haseyo Ara-ya...Kita bertemu lagi!"

Jiwon juga ikut mendekati Ara dan yang lainnya.

"Haru-ya?"

Tiba-tiba saja Jiwon memanggilku mengayunkan telunjuk dan jari tengahnya di pelipis untuk menyapaku. Dia sengaja menggodaku dengan Ara.

'Haru?'

Ara bergumam ketika mendengar Jiwon memanggil nama Haru. Seperti tidak Asing.

"Waeyo? Aku akan pulang duluan"

Aku berteriak pada Jiwon dengan sinis.

"Kenalan dulu sini sama Ara!"

Aku menuruti Jiwon agar dia puas menggodaku untuk hari ini. Aku mendekati mereka dengan jantung yang terus berdegup kencang karena aku akan berhadapan langsung dengan Ara.

"Oh...Ne. Haru...."

Aku mengulurkan tanganku ketika sudah berada didepan Ara dengan sikapku yang jutek. Ara melihatku dengan senyum manisnya. Lagi-lagi jantung ini tidak bisa berdenyut normal.

Aku tidak ingin diketahui oleh Ara jika aku adalah teman masa kecilnya yang saat ini sekelas dengannya.

"Boyaaaaa? Haru-ya...Jutek banget!"

"Ara..."

Ara membalas uluran tanganku dengan senyum manisnya. Kurasakan tangan yang begitu dingin dan halus. Dia benar-benar tumbuh dengan sangat baik, cantik bak bidadari. Kulihat mata yang bersinar melihatku. Aku begitu bodoh meninggalkan gadis seperti ini sendirian.

"Uhuuukk...Uhuukkk...! Udahan dong pegangannya!"

Aku melepaskan tangan Ara. Mataku melihat Jiwon tajam. 'Awas ya'. Tasku yang ringan benar-benar melayang di kepala Jiwon.

"Jugeullae, Haru-yya..."

Mianhe Jiwon-ssi. Aku puas sekarang.

Aku meninggalkan mereka bertiga bersama Ara. Aku biarkan Ara dengan Bora dan Yujin, mereka gadis-gadis baik aku yakin mereka bisa menjaga Ara dan berteman dengan baik.

"Unnie? Oppa Haru itu siapa? Aku baru melihatnya"

"Haru...siswa baru juga. Dia dari Indonesia. Tampan kan? Sebentar lagi aku jadi pacarnya loh"

"Mwo?"

Bora membuat Ara terkejut karena bercandanya.

"Aniyo...Aniyo...!! (sambil tertawa) Haru cowok Es yang nggak bisa diluluhkan"

"Waah Bora nggak lucu ...! Haru nggak maulah sama cewek kayak kamu. Gimana Ra? Haru tampan kan?"

Ara mencoba mengingat Haru dimana dia bertemu sebelumnya. Namun lagi-lagi Jiwon tidak henti-hentinya menggoda.

"Tampanlah. Kan Oppa Haru laki-laki. Tapi aku seperti sudah melihatnya. dimana ya?"

Ara berfikir sambil mengingat dimana dia bertemu Haru sebelumnya.

"Jinja? dimana kamu melihatnya? kan Haru baru beberapa minggu disini"

"Kalau udah cerita masalah Oppa tampan waaaahhh kayak menang lotre nih kalian"

Jiwon menggoda Ara, Bora dan Yujin ketika Bora secara antusias penasaran dengan Ara yang melihat Haru sebelum Haru bersekolah di sakura.

Ara yang merasa tidak asing dengan wajah Haru akhirnya ingat jika Haru adalah cowok yang selama ini dia cari di sungai Han.

"Aaa...Oppa..aku ingat sekarang. Aku lihat dia waktu di sungai hangang. Dia menyanyikan nada yang indah di ponselku"

"Jinja?"

Jiwon, Bora dan Yujin berteriak bersama.

"Beneran. Tapi dia benar-benar mirip dengan teman Sd ku dulu. Apa hanya aku yang salah ya?"

"Ara-ya...?"

"Heem"

Jiwon ingin mengatakan sesuatu pada Ara namun dia menahannya. Dia harus mengetahui alasan Haru kenapa Haru pergi meninggalkannya dan Ara ketika Ara sudah berada tepat didepan mata Haru.

"Aniyo...Yuk semuanya kita pulang"

"Ne.."