webnovel

7. Lari Dari Kenyataan

"Apa landasannya kamu berkata seperti itu?" Hadrick bertanya marah.

Mizen di bangku setir menelan ludah, "Itu kenyataannya, Tuan."

Hadrick memukul kaca mobil di sebelahnya dan berteriak marah, "Kutanya, apa landasannya kamu berkata seperti itu padaku, Mizen?!"

Mizen sekali lagi berusaha memberanikan diri, "Buktinya sudah jelas, Tuan … Anda menangisi Nyonya Bella sebelumnya 'kan?"

Hadrick terdiam. Seling beberapa detik akhirnya lelaki itu menjawab, "Bukannya tindakan manusiawi jika saya menangisi wanita yang hampir mati?"

"Yang kita perdebatkan di sini, Tuan. Anda yang hanya terpukul saat mengetahui Nyonya Bella hampir mati dan tidak terlalu bersedih dengan darah-daging Anda yang jelas-jelas sudah tiada mendahului ibunya—"

"Kamu kurang ajar, Mizen." Hadrick mengumpat tersinggung, "Kamu ingin mengatakan, aku ayah tidak berperasaan yang hanya memerdulikan wanita bodoh itu? Sebagai ayah aku bersedih dan menyesal kenapa membiarkan wanita yang mengandung anakku pergi ke luar kota tanpaku! Kamu mana mungkin mengerti perasaanku!"

"Karena saya tidak mengalaminya langsung, tentu saja saya tidak akan bisa seratus persen mengerti apa yang benar-benar Tuan rasakan. Tapi Tuan, seharusnya Anda tidak mengelak, bukan? Tentang Nyonya Bella yang sangat berarti untuk Anda. Melebihi darah-daging Anda sendiri yang selalu Anda katakan, hanya demi bayi itu kalian bersama dan terikat." Mizen berusaha meyakinkan tuannya tersebut. Yang bukannya Hadrick tidak sadar, tapi hanya saja lelaki itu menolak kenyataan dan berusaha melarikan diri.

"Apa salahnya Tuan … akui saja jika Anda tidak bisa hidup tanpa Nyonya Bella. Akui saja, tadi Anda mengamuk, menangis dan menggila, sekarang berpura-pura baik-baik saja demi dan karena Nyonya Bella. Itu bukan hal buruk yang memalukan, Tuan." Mizen tetap lancang meski lelaki itu tahu emosi Hadrick sudah di ambangnya.

"Setidaknya jika Tuan benar-benar menganggap Nyonya Bella berharga, tidak sekedar sebagai perempuan asing yang kebetulan tidak sengaja Tuan hamili, setelah Nyonya Bella sadar nanti kalian bisa memperbaiki kembali hubungan dan pernikahan kalian yang buruk. Saya hanya mengharapkan kebahagiaan Anda, Tuan. Dan saya pikir Nyonya Bella adalah kuncinya."

Helaan napas Hadrick terdengar kasar. Geraman samar lelaki itu terdengar, "Kamu bisa segitu entengnya mengatakan Bella adalah kunci kebahagiaanku di saat kondisinya genting seperti itu? Apa yang kamu harapkan, Mizen? Kamu ingin aku tidak bahagia sama sekali dalam hidupku, setelah dengan seenaknya menyimpulkan wanita yang mustahil hidup adalah satu-satunya kunci kebahagiaanku?"

"Kita sudah lihat sendiri kenyataannya, Mizen." Meski kesedihan tergambar di sepasang mata indahnya, Hadrick mengangguk dagunya dengan angkuh. Mizen hanya terlihat prihatin, karena lelaki itu tahu apa yang Hadrick rasakan berbanding terbalik denga napa yang lelaki itu katakana.

"Bella akan mati. Tentu saja, mustahil untuknya hidup. Sehingga itulah, aku harus membuktikan pada Tuhan dan takdir yang sengaja mempermainkanku. Aku kubuktikan, aku bisa hidup tanpa Bella, Bella tidak berarti sama sekali bagiku, aku bisa langsung meniduri dan menikahi wanita lain meski dia belum benar-benar mati!"

Kalimat Hadrick benar-benar terdengar tegas. Sayangnya Mizen yang sedetik sebelumnya berhasil diyakinkan dengan kalimat lelaki itu akhirnya kembali prihatin seperti semula setelah melihat air mata Hadrick menetes.

Hadrick merutuki air matanya yang luruh seenaknya, tapi sesak yang lelaki itu rasakan sungguh tidak bisa ditahan. Akhirnya Hadrick menangis sesegukan. Kembali di bangkunya Hadrick menangisi wanita itu, yang sengaja didatangkan Tuhan dan akan ditarik kembali oleh Tuhan untuk mempermainkan lelaki searogan Hadrick yang terlalu memikirkan dirinya sendiri selama ini.

***

"Siapa kamu yang seenaknya memasuki ruangan pribadiku!"

PRAK! Suara vas yang dilempar hingga pecah, membuat pelayan-pelayan yang berkeliaran di lorong menegang lalu berlari menjauh karena tidak mau terlibat amukan lelaki itu.

"Kamu pikir aku bisa termakan rayuanmu, hah? Telanjang sekalipun saat kamu masuk ke sini, aku tidak sudi!"

Teriakan Hadrick pada salahsatu wanita bayaran yang didatangkan Mizen semakin keras, membuat Mizen yang berjaga di pintu luar kamar hanya bisa menghela napas dan mengelus dada. Astaga Tuan Hadrick, padahal Anda sendiri yang meminta untuk didatangkan wanita, yang katanya ingin langsung Anda tiduri, untuk membuktikan pada takdir, Bella sama sekali tidak berarti untukmu dan mempermainkan Hadrick menggunakan Bella adalah cara yang sia-sia.

Mizen menjadi merasa bersalah pada wanita bayaran yang sudah lelaki itu pesan. Meski sudah dibayar mahal demi memuaskan tuannya, Mizen tetap mengkhawatirkan jika wanita itu kenapa-napa karena sepertinya Hadrick kesusahan menahan emosi.

"Kenapa kamu masih di sini?" Hadrick seperti tidak bosan untuk membentak. "Pergi! Kubilang pergi, JALANG!"

"Kamu tahu, Bella satu-satunya wanita yang boleh memasuki kamarku! Bahkan pelayan wanita yang sekedar datang untuk bersih-bersih haram menginjakkan kaki ke sini!"

PLAK! Mendengar suara tamparan keras tersebut akhirnya Mizen bertindak jika Hadrick sudah berani melakukan kekerasan pada wanita. Lelaki itu membuka pintu kamar Hadrick yang tidak terkunci lalu masuk, didapatinya Hadrick yang hampir menghajar wanita berpakaian terbuka yang meringkuk di lantai.

Melihat kedatangan Mizen yang dengan lancang masuk sembarangan, Hadrick mendelik marah. Hampir dilayangkannya kepalan tangan ke wajah Mizen, kalimat Mizen langsung menghentikan pergerakannya.

"Anda sendiri yang sudah mengatakannya Tuan, hanya Nyonya Bella seorang wanita yang boleh memasuki kamar ini. Kalau begitu, akan kubawa keluar wanita ini. Dimohon jangan memakai kekerasan, kita selesaikan dengan baik-baik."

Hembusan napas Hadrick terdengar kasar. Lelaki itu menganggukkan kepalanya dan berkata, "Cepat usir dia. Pakaian tidak senonohnya itu membuat mataku sakit." Diam-diam Mizen yang mematuhi hanya bisa tersenyum tipis.

Oleh lelaki itu langsung dibantunya wanita yang meringkuk di lantai untuk berdiri dan membisikkan kalimat di telinganya, menyuruh pergi dengan uang tambahan yang akan dikirimkan belakangan. Seperginya wanita itu, Mizen tidak langsung menyusul keluar. Diamatinya sang Tuan yang berbaring lemas di atas ranjang.

Mizen rasa, sejak tadi ada yang hendak Hadrick tanyakan tapi selalu ditahan mati-matian oleh lelaki itu.

"Apa wanita itu sudah mati?"

Pertanyaan putus asa tersebut terdengar.

Mizen menjadi prihatin. Senyum lelaki itu terulas miris. "Seperti hari-hari sebelumnya, Tuan. Hanya bisa terbaring di brankar rumah sakit. Masih hidup dan bernapas, sayangnya belum ada dokter yang berani menjaminkan keselamatan dan kesadarannya."

Hadrick tidak lantas langsung menjawab. Lelaki itu meremuk wajahnya sendiri.

"Jangan-jangan bukan takdir dan Tuhan, wanita itu yang memang sengaja mempermainkanku?" Hadrick menuduh tanpa bukti. Lelaki itu terdengar kesal.

Mizen tahu tuannya putus asa. Semua amukan dan tuduhan semena-menanya hanya bisa dimaklumi. Karena jika Mizen ada di posisi Hadrick, Mizen tahu lelaki itu tidak akan mampu setegar tuannya yang masih bisa bersikap arogan seperti halnya Hadrick selama ini. Termasuk memaki, meneriaki, menghajar dan menampar orang.