webnovel

2. Perhatian Tersembunyi

"Baunya masih ada! Dasar jorok!" Hadrick menggeram kesal.

"Lagian siapa yang menyuruhmu membersihkannya? Itu bukan tugasmu!" Hadrick berteriak.

Raungan Hadrick memanggil beberapa pelayan di luar kamar. Tergopoh, beberapa pelayan terbirit ke kamar yang ditempati oleh Bella.

Pintu besar yang semulanya tertutup seketika terbuka. Hadrick memerintah mereka membersihkan kamar mandi, sebersih mungkin, sewangi mungkin dan skinclong mungkin! Dari ranjang, Bella mengamati wajah kesal Hadrick yang menghembuskan napas kasar. Lelaki itu masih menutupi hidung padahal sudah jauh dari kamar mandi.

Tatapan Bella beralih ke kumpulan pelayan yang memenuhi kamar mandi. Wanita itu meringis merasa bersalah. Karena ulahnya mereka harus dimaki-maki oleh Hadrick. Sejak awal datang ke sini, Bella memang tidak suka dengan sikap sok berkuasa Hadrick, meski lelaki itu memang berkuasa dan punya segalanya.

"Perhatikan selimut yang membungkus tubuhmu Bella," Hadrick memerintah. Bella tersadar, lalu menurunkan kepalanya, mendapati selimut yang membungkus tubuhnya sedikit melonggar ke bawah. Wanita itu langsung memperbaikinya, memperat selimut tebal ke tubuh dan menundukkan kepala menahan kesal karena Hadrick masih melanjutkan omelannya. "Pintu itu terbuka, bisa saja ada yang berani mengintip ke dalam. Kamu tidak malu apa? Atau perlu kubutakan semua lelaki di rumah ini selain aku, agar kamu bebas bisa kemana-mana tanpa busana?"

"Maaf," Bella mengalah. Sebenarnya ingin sekali protes, bukannya Anda yang membuka bajuku?

Decakan kesal Hadrick terdengar. Lelaki itu naik ke ranjang dan menekankan telunjuk ke punggung Bella yang terbuka karena tidak kebagian selimut. "Kamu hanya menutupi tubuh bagian depan, tapi membiarkan punggung dan pinggangmu ini menjadi konsumsi publik?" Hadrick bertanya sinis. Bella bergidik karena telapak tangan Hadrick lancang mengelus punggung dan bahunya yang tersingkap.

"Baiklah, saya akan menutupinya," Bella menghela napas lelah. Wanita itu berniat menaikkan bungkusan selimut ke punggungnya, tapi niatnya terhalang. Hadrick berbisik di daun cupingnya, "Tidak usah, biar aku saja." Hadrick memposisikan diri di belakang Bella, memeluk istrinya dari belakang. Menggunakan dada dan tubuh tegapnya untuk menutupi punggung mungil sang istri.

Bella menelan ludah, hembusan napas Hadrick menusuk bahunya saat lelaki itu meletakkan kepala ke ceruk lehernya.

Saat Bella terlihat tidak nyaman, Hadrick seakan menikmati posisi intim mereka. Tangan besar Hadrick masuk ke selimut, mengusap perut bulat Bella, menepuk-nepuknya ringan, menggambar hati di sana sambil tertawa senang. Satu tangan Hadrick yang lain menyusul masuk, menggelitiki perut Bella dan seperti ingin naik ke atas, Bella yang panik seketika langsung menahan pergelangan tangan lelaki itu. Hadrick terlihat kesal, lelaki itu menyinggahkan kecupan ke pipi Bella lalu kembali memainkan perut bulat tersebut. Seakan ingin mengajak anak pertamanya bermain, sayangnya terhalang tembok perut ibu.

Sebelah tangan Hadrick hampir turun ke bawah. Bella berdesis dan menahannya lagi. Hadrick semakin terlihat kesal, lelaki itu berbisik di daun cuping Bella, "Kenapa kamu pegang-pegang tanganku?"

"Kamu tahu sendiri, tanganmu tadi mau kemana."

Hadrick tersenyum sinis lalu meregangkan kedua kakinya yang dibalut celana ke udara. Menggunakan kedua kakinya Hadrick memerangkap tubuh Bella, menjerat wanita itu dari belakang untuk semakin merapat ke tubuhnya. Bella hanya pasrah menerima semua perlakuan Hadrick, meski sempat terbersit niat iseng di dirinya untuk menggelitiki kaki lelaki itu tapi Bella tidak berani. Takut Hadrick memukulinya seperti Hadrick menghajar pelayan lain, meski Hadrick selama ini tidak pernah memukul ataupun mengasarinya.

Bibir Hadrick mendarat ke bahu Bella, disesapnya kuat lalu terkekeh senang. Tidak perduli Bella melenguh merasa berat, karena kedua kaki besar Hadrick menindih pahanya dari belakang.

Tak lama lima pelayan keluar dari kamar mandi yang sudah mereka bersihkan. Sebelum Hadrick bicara duluan, kelimanya membentuk barisan di depan pintu, menundukkan kepala dan membungkukkan tubuh dengan ekspresi takut. Akhirnya Hadrick menarik kakinya, lelaki itu turun dari ranjang, tidak perduli dada bidangnya terpampang jelas di depan lima pasang mata yang gemetar ketakutan.

Hadrick memasukkan kepalanya ke kamar mandi. Tadinya dikampitnya hidung karena takut dengan bau yang mungkin masih tersisa. Setelah memberanikan diri untuk mengendus, Hadrick menyeringai senang. Sesuai yang diperintahkan, akhirnya kamar mandi tersebut kembali ke seperti semula. Harum, bersih dan wangi. Hadrick bisa menggunakannya tanpa perlu merasa jijik.

"Baiklah, kalian boleh keluar."

Hadrick memerintah dan mereka 'pun patuh. Selalu seperti itu, setelah satu perintah keluar dari mulut Hadrick tak ada yang berani menentangnya termasuk Bella yang sadar diri kenapa dan karena apa wanita itu ada di sini dan terperangkap di dalamnya.

Hadrick masuk ke dalam. Lelaki itu tidak menutup pintu kamar mandi, ditanggalinya celana hingga lepas, lalu melilitkan handuk putih ke pinggangnya. Lelaki itu menghidupkan keran, mengisi bathub besar dengan air. Lalu derap langkahnya terdengar mengeluarkan diri, Bella terus memerhatikan dari ranjang semua tingkah dan aktivitas Hadrick di dalam kamarnya. Melihat pintu kamar mereka masih terbuka Hadrick mendelik sinis ke Bella, lelaki itu menghela napas dan memeringatkan. "Pintu kamar itu ditutup, Bella. Bagaimana jika saat aku masih di kamar mandi, seorang lelaki lancang masuk? Menarik paksa selimut? Memaksa kamu untuk melayaninya? Meski kepalanya sudah kupenggal sebagai gantinya, tapi tetap saja kamu sudah kena akibatnya!"

BRAK! Hadrick membanting pintu hingga tertutup, tidak memerdulikan ibu hamil yang tadinya lelaki bentak terperanjat di atas kasur.

Hadrick kembali lagi ke kamar mandi, mematikan keran yang tadinya lelaki itu hidupkan lalu memasukkan beraneka macam sabun, shampoo dan wangi-wangian ke dalam bathub. Entah apa niat Hadrick melakukannya, tapi ekspresi wajah lelaki itu terlihat senang.

"Waktunya mandi dan membersihkan diri, wahai ibu hamil."

Hadrick menggendong tubuh polos Bella dan menggendongnya ke dalam kamar mandi. Bella sedikit terkejut saat tubuh bulatnya diangkat ke udara lalu dimasukkan ke dalam bathub yang penuh oleh air harum yang wangi sabun dan parfumnya begitu menyengat.

"Kemarikan kakimu," Hadrick menyeringai senang, lelaki itu duduk di tepi bathub dan menarik pergelangan kaki Bella.

Bella hanya meringis pasrah. Hadrick menuangkan sabun cair ke kaki sang istri yang sedikit gemetar.

Hadrick menggosoknya perlahan menggunakan tangan, lalu menyiramnya dengan air dari bathub. Buih memenuhi pergelangan tangan Bella, wanita itu terlihat nyaman karena pijatan-pijatan tangan yang Hadrick berikan. Hadrick semakin menyeringai, lelaki itu memindahkan tangan ke bahu Bella, dituangkannya sabun cair ke sana lalu memberikan beberapa pijatan kepada sang ibu hamil.

Sesekali satu tangan Hadrick yang lain mengusap perut bulat Bella, selain sang istri, anaknya juga butuh kasihsayang dan dimanjakan. Tanpa Hadrick sadari, perlakuannya yang baik dan manis ke Bella, bukan semata-mata karena darah-dagingnya yang ada di perut wanita itu. Tapi karena memang menyenangkan bagi Hadrick, melihat Bella merasa aman, nyaman dan senang karenanya.