webnovel

1. Perut Yang Membesar

"Apakah perut ini tidak akan kembali seperti semula?"

Sambil menatap pantulan wajahnya di cermin, Bella bertanya pada salahsatu pelayan yang tengah membersihkan kakinya.

Sang pelayan wanita mendongak, lalu tersenyum tipis. Iba melihat Bella yang meratapi perutnya yang semakin membesar, ukurannya tiga kali lipat lebih besar dari kepala wanita itu. Bella mengusap lembut perutnya, menepuknya pelan, berharap perut itu mengempis dan dia menjadi gadis seperti sediakala.

"Setelah melahirkan, Anda akan langsing seperti sediakala, Nyonya."

"Maksudku," Bella menyela. "Bisakah aku kembali ke kehidupanku yang biasanya? Bukan seorang ibu ataupun istri yang menyedihkan seperti ini."

Yang ditanyai tidak menjawab. Bella hanya meringis dan menyingkap rok gaun longgarnya, saat sang pelayan ingin membersihkan bulu di kakinya yang lain.

"Aku rindu kehidupanku yang dahulu," Bella berkata lirih.

"Andai bayi ini tidak pernah ada, mungkin aku masih bisa bersama kekasih dan teman-temanku."

Sang pelayan tidak menyahut. Takut terlibat, jika Bella ketahuan bicara seperti itu.

"Kekasihku menuduhku pelacur, saat memberitahunya aku hamil anak lelaki lain dan sekarang dinikahi oleh lelaki itu." Bella meringis. Dada kirinya terasa sakit, saat terngiang kembali hinaan sang mantan kekasih beberapa bulan yang lalu. "Teman-temanku kecewa padaku, karena aku menyia-nyiakan kesetiaan Jedrick selama ini."

"Andai mereka tahu …," air mata Bella menetes. "Aku juga tidak menginginkan bayi ini."

"Aku tidak mau menikahi pria itu," suara Bella bergetar. Air mata membasahi kedua pipinya.

"Aku sudah mencoba untuk membunuh bayi ini—" Bella terisak. "Tapi siapa yang bisa melawan lelaki itu …!"

"Selangkah saja kabur dari rumah ini aku tidak bisa! Padahal yang dia inginkan hanya bayi ini, darah-dagingnya. Andai bayi ini tidak pernah ada, andai kamu tidak menumpang tumbuh di perutku, andai kamu langsung mati saat kucekcoki obat-obatan saat itu, aku tidak perlu terjebak di sini—" Bella ikut takut dan gemetar saat pelayan di bawah kakinya terlihat ketakutan. Bella bisa merasakan keberadaannya. Lelaki itu, sang pemilik dari benih yang tumbuh di rahimnya. Tengah berdiri di balik punggungnya, mendekat dan menghunusnya dengan tatapan tajam.

Bella menelan ludah. Derap langkahnya terdengar pelan, tapi terasa begitu mencekam.

Bella memberanikan diri menatap cermin. Benar, lelaki itu ada di sana. Tepat di balik tubuhnya.

Hadrick tersenyum sinis, telunjuknya bergerak mengusir sang pelayan yang langsung menurut. Tidak memerdulikan Bella yang takut ditinggalkan berdua saja dengan lelaki itu.

"Tak perlu mengkhayal bayi itu tidak pernah ada, Bella …," suara dinginnya menggelegar.

"Cukup lahirkan. Maka setelah darah-dagingku keluar dari tubuhmu. Aku sudah tidak membutuhkanmu lagi."

Dari belakang, Hadrick memerangkap tubuh bulat Bella lalu menyesap tengkuknya.

"Dengan senang hati, aku akan melepasmu."

Dalam satu lirikan yang tajam ke arah ambang pintu, pintu kamar yang tadinya terbuka lebar langsung ditutup pengawal dari luar.

Bella bergidik ketakutan. Wanita itu pasrah saat tangan Hadrick masuk ke gaun longgarnya. Mencari perut besarnya dan menangkupnya dari dalam. Usapan yang cukup kuat menekan perut Bella, Hadrick tidak perduli karena kedua lengannya yang memaksa masuk gaun Bella tersingkap ke atas, di pantulan cermin memperlihatkan tubuh bawah wanita itu. Mulai dari kaki jenjangnya, pinggulnya yang sedikit lebar dan separuh perutnya.

Hadrick mengeluarkan kedua tangannya. Hadrick menarik serat gaun Bella, lalu dari atas melepaskan benda itu dari tubuh sang istri. Di atas sofa tunggal tersebut, Bella terlihat malu. Gadis itu merundukkan kepala dengan kedua tangan yang menutupi tubuh.

Perut besarnya terpampang jelas. Belum lagi, tanpa gaun itu Bella sama sekali tidak berbusana. Karena wanita hamil tidak disarankan memakai pakaian dalam.

Bella hanya mengampit erat kedua pahanya dan menggunakan lengan untuk menutupi tubuh bagian depan.

Tidak pada anggota tubuh Bella yang lain Hadrick hanya tertarik pada perut Bella yang besar. Lelaki itu mengusapnya perlahan dan menciumi sang bayi yang masih terkurung di dalam lingkupan daging dan kulit sang ibu.

"Aku tidak mungkin memanjakanmu dan memfasilitasimu dengan segala sesuatu yang kumiliki, andai bagian dari diriku yang berharga tidak ada di dalam sini, Bella." Hadrick bergumam. Bibirnya masih menelusuri perut besar Bella.

Bella hanya tertunduk pasrah. Wanita itu selalu sadar diri. Bagi Hadrick, Bella Agatha hanyalah istri tak berharga yang sama sekali tak ada nilainya. Yang membuat Bella ternilai di mata Hadrick, hanyalah bongkahan daging yang tengah wanita itu kandung. Seakan Bella mengandung jutaan mutiara yang akan menambah pundi-pundi kekayaan Hadrick.

Dalam sekali tarikan, Hadrick membawa perut bulat Bella ke dalam gendongannya. Bella hanya berdesis malu, Hadrick memindahkannya ke kasur yang besar dan mewah. Hadrick menarikkan selimut untuk Bella untuk menutupi tubuh wanita itu. Lalu dari balik selimut yang tebal, Hadrick mencium perut itu lagi.

"Aku juga heran Bella," Hadrick berbisik. "Padahal kita hanya melakukannya sekali, kenapa kamu langsung hamil?"

Hadrick memainkan telunjuknya di perut Bella. Bella diam, dia juga membingungkan hal yang sama.

"Wanita lain yang kutiduri berkali-kali tanpa pengaman, tidak pernah berhasil mengandung anakku."

Hadrick terkekeh sumbang.

"Dan itu membuatku sadar satu hal. Kamu adalah wanita yang sangat subur."

"Jika kita bercinta sekali lagi, mungkin aku akan menjadi Ayah dengan dua anak?" Hadrick mengedikkan bahunya, lalu membentuk lingkaran berulang ke perut Bella yang seperti menampung batu besar. "Rasanya aku ingin Hadrick kecil ini memiliki saudara."

Hadrick menggelengkan kepalanya dan tertawa mengejek, "tentu saja aku akan memberikannya adik dari rahim wanita lain." Hadrick menatap balik Bella yang merasa begitu terhina. "Yang status sosialnya sama denganku. Agar nantinya, jika bayi itu perempuan, dia bisa menjadi gadis cantik, cerdas dan tidak bodoh. Tidak seperti ibu kakaknya."

Bella meringis. Selalu seperti ini. Hadrick senang mengejek dan menghinanya. Mengatainya miskin, jelek dan bodoh.

"Kenapa?" Hadrick bertanya ketus, "kamu tidak terima?"

Bella menggeleng, "aku tidak pernah berkata seperti itu."

"Kamu tidak tahu diri, ingin melahirkan beberapa anak lagi untukku? Maaf menyentuhmu lagi aku tidak sudi. Cukup malam itu saja, sampai sekarang saja aku masih menyesalinya."

Kecupan penuh penakanan melayang di sebelah pipi Bella. Bella menutup mata tidak tenang, wanita itu hanya menggeser tubuh menjauh saat tangan Hadrick yang semulanya bermain di perut turun sedikit ke bawah.

Tubuh Hadrick yang tadinya berbaring bangkit dan tegap. Lelaki itu membelakangi Bella yang hanya meliriknya, wanita itu menyembunyikan diri di dalam selimut menganggap benda tebal tersebut sebagai penyelamat saat tubuhnya tak berbusana.

Desisan Hadrick terdengar. Lelaki itu membuka setiap kancing kemejanya dan melepaskan bungkusan benda mahal tersebut. Tanpa perasaan, Hadrick melayangkan kemeja beraroma parfum yang menyengat ke tubuh Bella. Bella hanya menyingkirkan benda itu yang menutupi wajahnya, lalu pura-pura tidak perduli saat benda kedua melayang lagi ke tubuhnya. Singlet hitam Hadrick yang beraroma parfum yang sama.

Kali ini benda keras menimpa kepalanya. Membuat Bella mengaduh. Saat membuka mata didapatinya ikat pinggang Hadrick melayang ke keningnya.

Hadrick yang membelakanginya di sana menggusar rambut. Lelaki itu membiarkan celananya, satu-satunya pakaiannya yang tersisa membungkus longgar kedua kakinya lalu berderap ke kamar mandi.

Hadrick mendadak keluar dan menggerutu kesal, "kamu muntah di kamar mandi?"

Bella tergagap, "s-sudah kubersihkan …."

"Baunya masih ada! Dasar jorok!"