webnovel

Istri Simpanan

Warning: 21+ Mohon bijak dalam memilih konten bacaan. Menikah dengan orang yang tidak kita cintai terasa hidup seperti di neraka. Terlebih lagi mengetahui ternyata sang suami ternyata sudah mempunyai istri. Soo Yin sangat membenci Dae Hyun karena telah membohongi dirinya. Ia mengira Dae Hyun belum memiliki istri sehingga ia mau menikah dengan pria itu. Ikuti terus kelanjutan kisah Soo Yin dengan Dae Hyun. Mohon beri dukungannya, agar Author semangat nulisnya...

Nayya_Phrustazies · perkotaan
Peringkat tidak cukup
628 Chs

Bab 53 - Kim Soo Hyun

Pagi ini mentari cerah di langit Seoul. Bunga Azalea yang ditanam di bawah kamar Soo Yin sudah mulai bermekaran. Membuat semerbak harum menyerbu indra penciuman. Sangat wangi dan begitu memabukan. Seperti gadis yang tengah berdiri di depan cermin. Memandang setiap inci tubuhnya sembari senyum-senyum sendiri. Teringat setiap sentuhan yang masih begitu terasa di pipinya.

Soo Yin memegang kalung yang melingkar di lehernya. Sebuah pemberian dari seorang pria yang kini menjadi suaminya. Berharap semua yang diucapkan dan dijanjikan olehnya bukan hanya bualan semata.

Soo Yin merasa bosan berada di rumah terus menerus sehingga pagi ini berniat pergi ke hotel untuk memberi kejutan kepada suaminya. Sudah dua hari tidak bertemu dengannya membuatnya sangat rindu.

Pagi-pagi Soo Yin sudah menyiapkan sarapan yang akan dibawanya untuk Dae Hyun. Dengan susah payah belajar membuat Bibimbap dari Bibi Xia yang ternyata cukup sulit bagi gadis yang tidak pernah memasak seperti dirinya.

Sebenarnya ada rasa takut terulang kembali insiden saat menaruh bubuk cabe terlalu banyak ke dalamnya. Namun Bibi Xia selalu menyemangatinya kalau dia bisa melakukannya karena itu bukanlah hal sulit. Hanya perlu kehati-hatian karena Dae Hyun memang tidak bisa memakan pedas.

Setelah selesai menyiapkan bekal yang ingin dimakannya bersama Dae Hyun, Soo Yin memilih pakaian yang pantas dan tidak terlalu berlebihan. Bergidik ngeri saat dia teringat bagaimana memalukan penampilannya waktu itu. Sepertinya mulai sekarang dirinya harus belajar make up dari Do Jin. Tapi bagaimana caranya, dia tidak mempunyai nomor ponselnya.

Setelah bersiap-siap Soo Yin segera berangkat. Karena Chung Ho ada keperluan sehingga ia berangkat menggunakan taksi.

💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕

Soo Yin turun di pinggir jalan sembari menentang bekal yang ada di tangannya. Wajahnya terlihat sangat ceria hari ini.

"Soo Yin!" panggil Jean. Berjalan dengan cepat untuk menghampiri sahabatnya. Sudah sebulan lebih tidak melihat Soo Yin membuatnya merasa rindu.

Soo Yin menoleh saat mendengar suara yang tidak asing di telinganya. Segera menghentikan langkahnya saat melihat Jean.

"Hai, Soo Yin," ujar Jean yang terengah-engah. Memegang lututnya karena merasa lelah.

"Jean, lama kita tidak berjumpa. Aku sangat merindukanmu," ujar Soo Yin langsung memeluk tubuh Jean.

"Kemana saja kau selama ini? selama kau beberapa menjadi sekretaris sepertinya kita tidak ada waktu untuk bersama," ujar Jean sembari mengerucutkan bibirnya. Membuat Soo Yin ingin tertawa saat melihatnya, yang terlihat sangat lucu. Wajahnya seperti anak kecil yang merajuk.

"Ah, iya. Bagaimana kalau kita akhir pekan ini pergi jalan?" ujar Soo Yin memberi ide.

"Kalau kau tidak sibuk mari pergi. Nanti aku akan mengajak Jae-hwa juga. Kau tahu dia selalu menanyakanmu hampir setiap hari," ujar Jean dengan mimik wajah sumringah.

Soo Yin hanya tersenyum tipis saat mendengarnya. Tidak ingin menanggapi ucapan sahabatnya itu takut terjadi sesuatu tidak diinginkan.

"Kalau begitu aku harus pergi dahulu. Sampaikan salamku pada Jae-hwa," pamit Soo Yin. Dirinya tidak sabar ingin bertemu Dae Hyun.

"Tentu saja."

Mereka berpisah saat di depan pintu lift karena Soo Yin harus naik lift menuju lantai 10.

Soo Yin segera membuka pintu saat sudah sampai di ruangan Dae Hyun.

"Selamat pagi, Sa ...." Soo Yin tidak melanjutkan ucapannya. Membelalakan mata saat melihat seorang pria yang tengah duduk di kursi Dae Hyun. Seorang pria yang masih muda yang berpawakan tinggi, kulit putih, mata berwarna coklat terang. Memiliki potongan rambut belah tengah. Tidak hanya memberikan kesan manis tapi juga maskulin. Kakinya berada di atas meja, dengan satu kaki menindih kaki yang lain.

"Siapa kau?" ujar Soo Yin sembari mengamati sekeliling ruangan. Barang kali karena sudah tidak sadarkan diri cukup lama membuatnya lupa sehingga salah masuk ruangan.

Tapi ruangan itu sama dengan apa yang diingatnya. Bahkan saat melirik meja kerjanya, itu juga benar. Ada nama Dae Hyun tertera di sana. Tapi kenapa yang berada di ruangan itu malah orang lain.

Pria itu tidak langsung menjawab pertanyaan Soo Yin. Dirinya merasa tersihir oleh seorang gadis cantik yang kini berada di depannya. Sangat sesuai dengan tipenya. Rambutnya bergelombang yang dibiarkan terurai, memiliki mata sipit, putih, berpawakan tidak terlalu tinggi sehingga terkesan imut. Wanita yang tidak akan membuatnya malu jika pergi ke pesta.

"Dimana Tuan Dae Hyun? kenapa kau duduk di kursinya?" ujar Soo Yin dengan nada tinggi. Berulang kali mengingat namun pria itu tetap asing baginya. Sepertinya mereka belum pernah bertemu.

"Kau sangat manis," puji pria itu dengan senyuman yang menawan sembari menurunkan kakinya dari meja. Bangkit kemudian berjalan menghampiri Soo Yin yang masih berdiri.

Soo Yin beringsut mundur karena pria itu semakin berjalan mendekatinya. Sedangkan pandangan pria muda itu sejak tadi tidak teralihkan dari wajah Soo Yin.

"Kenalkan namaku Kim Soo Hyun, adik kandung dari saudaraku yaitu Dae Hyun," ujar pria itu seraya mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Soo Yin.

Soo Yin tidak menerima jabatan tangan Kim Soo Hyun. Membiarkan tangannya memegang tali tas selempangnya. Dirinya bingung karena Dae Hyun tidak pernah bercerita jika memiliki seorang adik. Dia sama sekali tidak mengetahui hal ini. Setelah Soo Yin mengamati beberapa saat, memang keduanya memiliki wajah yang agak mirip.

Tiba-tiba Kim Soo Hyun langsung menarik tangan agar membalas jabatannya. Begitu percaya diri sehingga menyangka jika Soo Yin terpana melihat ketampanannya.

"Tidak usah terpana seperti itu, aku memang sangat tampan sejak lahir," ujar Kim Soo Hyun dengan percaya diri. Mengusap rambutnya ke belakang.

Soo Yin terdiam sembari memasang wajah tidak suka. Meski mereka mirip namun sikapnya jauh berbeda sekali dengan sikap Dae Hyun.

"Lalu di mana Tuan Dae Hyun ?" tanya Soo Yin tanpa basa-basi. Kedatangannya kemari untuk menemui suaminya bukan menemui pria yang kini berada di depannya.

"Memangnya ada keperluan apa kau mencarinya?" tanya Kim Soo Hyun. Segera duduk kemudian menyandarkan tubuhnya di sofa.

"Aku sekretarisnya sehingga wajar aku mencari atasanku," ujar Soo Yin dengan nada sinis.

"Tidak perlu mencarinya. Bagaimana kalau mulai sekarang kau bekerja untukku? karena mulai besok aku juga bekerja di hotel ini," ucap Kim Soo Hyun dengan tersenyum miring. Pandangannya tanpa sengaja melihat kotak makanan yang dibawa oleh Soo Yin memegangi perutnya yang terasa perih.

Kim Soo Hyun baru sampai tadi pagi di Seoul. Ia baru saja kembali pulang dari Ghosan untuk mengurus cabang hotel yang ada di sana. Dirinya selalu berpindah-pindah tempat bekerja sehingga Park Ji Hoon terkadang memarahinya. Ia kembali ke Seoul karena sudah merasa bosan tinggal di Ghosan. Begitu sampai di bandara dirinya langsung pergi ke Silla Seoul Hotel tanpa pulang ke rumahnya terlebih dahulu.

Soo Yin menarik tangannya yang membawa kantong berisi kotak bekal ke belakang punggungnya saat melihat Kim Soo Hyun terus mengamatinya.

Kim Soo Hyun berdiri kemudian mengambil secara paksa kantong tersebut dari tangan Soo Yin.

"Kembalikan!" teriak Soo Yin sembari meraih kantong itu dari tangan Kim Soo Hyun namun dirinya tidak cukup tinggi untuk meraihnya.

"Aku lapar," ujar Kim Soo Hyun sembari mencium aroma makanan yang begitu menggoda. Membuat perutnya semakin menggelitik minta diisi.

"Kembalikan! makanan itu bukan untukmu, itu untuk Tuan Dae Hyun." Soo Yin masih berusaha untuk merebutnya. Tidak akan membiarkan makanan yang susah payah dibuatnya untuk suaminya namun dimakan oleh orang lain.

"Arghh!" teriak Kim Soo Hyun sembari memegangi perutnya. Pura-pura kesakitan.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Soo Yin dengan wajah panik.

"Aku lapar, apa kau akan membiarkanku mati kelaparan?" ujar Kim Soo Hyun.

Soo Yin sungguh tidak rela jika makanan itu dimakan oleh Kim Soo Hyun. Makanan yang dibuatnya dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang saat membuatnya. Ia bahkan sudah merencanakan akan menikmatinya berdua saja dengan suaminya. Dengan sengaja tidak sarapan dahulu tadi di rumah.

Bersambung ....

Terimakasih para Readers yang sudah mengikuti dan mendukung cerita ini. Tetap ikuti kelanjutan kisah mereka.... 😍😍